"Seru aja ngobrol sama dia, gak melulu ngomongin bisnis. Bisa diajak tuker pikiran juga," sahut Valdo.

"Belum sampai ke tahap sayang gitu?"

"Kalau itu gue belum tau. Kayaknya terlalu dini untuk ngomongin perasaan karena kita baru kenal bentar doang,"

Regi menganggukan kepalanya. "Bener sih. Lo juga kan gak tinggal disini. Tapi lo yakin dia gak ada rasa sama lo? Apalagi lo bakal ngajak dia diner di restoran pertama lo di Jakarta yang bahkan orang-orang masih nanya-nanya dimana lo bakal buka ini restoran,"

"Lo inget management udah hampir gila ngelak pertanyaan wartawan mengenai restoran ini karena emang kita kan niatnya mau ngasih surprise. Yang booking tempat ini buat grand opening aja masih belum tau dimana lokasi ini restoran," sahut Dimas yang memang merupakan bagian dari management team restoran Valdo.

Valdo mengangguk mantap. "Iya gue yakin dia gak akan bilang ke siapa-siapa,"

"Tapi lo harus inget ya, setelah resto ini buka, lo bakalan balik ke Bali jadi saran gue kalau emang lo mau berbuat baik doang ke si Shafira ini mending lo jangan terlalu dalem. Maksud gue jangan sampai dia jadi suka sama lo. Bukan apa-apa sih, cuma kasian aja kalau akhirnya lo tinggalin. Shafira ini bukan kayak cewek-cewek yang ada di lingkungan kita, Do. Dia orang biasa yang pasti bakalan berharap lebih setelah lo ngasih sesuatu yang spesial ini ke dia," Pesan Dimas.

Valdo terdiam mendengar penuturan Dimas. Selama ini dirinya tidak pernah berfikir sampai kesana karena memang dirinya dan Shafira tidak pernah membahas mengenai hal-hal yang berbau perasaan.

Pria itu mengerutkan kening ketika diingatkan bahwa dia tidak akan lama berada di Jakarta dan akan secepatnya kembali ke Bali. Pulang ke Bali berarti dia tidak akan bertemu lagi dengan Shafira untuk entah berapa lama, atau bisa saja selamanya dan Valdo tidak menyukai pemikiran itu.

Dirinya akan memastikan bahwa walaupun dia pulang ke Bali, dia dan Shafira akan tetap berkomunikasi secara rutin karena Shafira sudah begitu baik padanya selama dirinya di Jakarta.

"Ngomong-ngomong berarti lo ngasih tau Shafira dong lokasi resto lo ini?" tanya Regi memecah keheningan.

"Belum. Gue bakalan ngasih tau jalannya besok pas dia udah disekitar lokasi ini," sahut Valdo.

"Wah gila, masih juga lo nebeng-nebeng dia? Lo kan cowok, mobil lo banyak disini ngapain masih nebeng sama cewek? ck!" komentar Dimas.

"Nah mungkin sekarang waktunya lo jemput dia, Do. Ya sekali-sekali, gak kasian liat cewek malem mulu pulang setiap abis jalan sama lo? Pake harus nganter lo segala lagi," tambah Regi.

Dimas menganggukan kepalanya. "Katanya mau spesial ya sekalian aja ngapain setengah-setengah,"

Valdo menghelas nafas. Dia tidak punya mobil disini, benar dirumahnya ada mobil tapi bukan miliknya melainkan milih papa nya dan dia malas harus menggunakan mobil papanya namun disisi lain perkataan Regi dan Dimas ada benarnya. Dia gak bisa terus selamanya meminta Shafira menjemput dan mengantarnya pulang.

Memang dia anak TK?!

****

"Lo akrab banget ya sama selebriti Chef itu?" suara Cindy -teman satu divisi- memenuhi gendang telinganya setelah mereka keluar dari ruang meeting untuk rapat akhir bulan.

Bukan tanpa alasan Cindy menanyai hal itu sebab dia beberapa kali melihat instastory Shafira yang ada wajah Valdo didalamnya dan mereka terlihat akrab. Terlihat seperti sudah lama saling mengenal.

His PromisesWhere stories live. Discover now