Additional Part 2

12.5K 1.1K 125
                                    

4255 words. Enjoy! 😉

~||~

Sudah hampir satu minggu kota Jakarta di guyur hujan setiap pagi dan malam. Membuat kemacetan di saat berangkat dan pulang kerja. Shafira frustasi. Perempuan itu sudah hampir dua minggu ini lembur. Walaupun dia tidak perlu lagi bekerja di hari Sabtu karena pada akhirnya Shafira berani untuk menolak permintaan atasannya itu dengan dalih bahwa suaminya marah. Tetapi kini hampir setiap hari dia baru keluar kantor pukul 8 malam dan apabila Ayah mertuanya sedang ada di kantor, Shafira memanfaatkan situasi untuk 'kabur' jam 6 sore.

            Hingga saat ini Shafira masih tidak mengerti kenapa dirinya harus selalu lembur padahal menurutnya tidak ada pekerjaan deadline yang harus mereka kerjaan. Well, Shafira memang sedang mengerjakan majalah kantor yang setiap dua bulan sekali terbit dan annual report. Namun, pekerjaan itu tidak harus di kerjakan terburu-buru karena pekerjaan Shafira masih berjalan sesuai jadwal yang telah di sepakati. Tidak terlambat tetapi malah terlalu cepat.

            "Hari ini kalau bisa gak usah lembur, ya? Kamu keliatan capek banget. Harusnya izin aja." ujar Revaldo. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil. Revaldo akan mengantar Shafira kerja kemudian baru menuju restorannya.

            Shafira menganggukan kepalanya. Dirinya juga berencana untuk kabur saat jam pulang kerja. Hal yang ingin dirinya lakukan adalah tidur panjang di kasurnya.  

            Shafira merasa sudah berada di titik terlelahnya. Dia bahkan sempat menangis selama tiga hari berturut-turut di toilet kantor saking frustasinya. Dia sudah muak merevisi isi majalah kantor dan annual book yang tidak pernah selesai itu. Merevisi hal yang menurutnya tidak perlu di revisi, mengulang tulisan yang sudah sempat di tulisnya beberapa hari lalu karena bu Ita pada akhirnya lebih memilih tulisan Shafira yang lama dari pada hasil revisi ke empatnya. Ditambah komentar Amelia yang menyudutkannya mengenai hasil editan foto yang dilakukannya secara otodidak.  Membuat Shafira merasa berada di dalam wormhole with no way out.

            Dirinya tidak paham apa yang terjadi pada bu Ita hingga perempuan paruh baya itu kini selalu mengkritik hasil kerjanya habis-habisan tanpa menjelaskan apa maunya dan bagian mana yang harus Shafira ubah.

            "Kalau aku resign gimana ya?" Shafira bergumam. Lebih kepada diri sendiri.

            Revaldo melirik Shafira. "Gimana apanya? Ya gak gimana-gimana." sahut Revaldo bingung.

            Shafira menghela nafas panjang. Matanya memanas, dirinya berdeham. "Aku bingung."

            "Aku lebih bingung, sayang." ujar Revaldo tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka. "Kalau kamu mau resign ya resign aja. aku gak masalah kok, malah seneng. Tapi kamu mau kerja lagi atau mau dirumah aja? kalau dirumah aja kamu bosen gak?"

            "Iya makanya aku bingung." Shafira melemparkan pandangannya kearah jendela yang tertutup embun karena diluar sana hujan.

            "Kamu kenapa mau resign? capek ya?" Revaldo mengusap kepala Shafira dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya memegang stir mobil walaupun mobil mereka dalam keadaan berhenti karena lampu merah.

             "Kalau capek doang, istirahat juga udah selesai." Sahut Shafira pelan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis walaupun tangisannya sudah berada di ujung lehernya. "Aku.... Apa ya.... Aku suka kerjaan aku. Aku nyaman sama orang kantor aku.. tapi... gimana ya.. aku juga masih bingung mau aku apa."

            "Coba kamu ambil cuti dulu seminggu ini. Aku rasa kamu memang lagi capek aja, bosen sama kerjaan kamu. harus refreshing." Hibur Revaldo. "Kalau kamu nyaman gak kerja selama seminggu itu dan niat resignnya semakin tinggi, silahkan resign. Tapi kalau ternyata kamu masih kangen kerja, ya di lanjut. Pokoknya aku gak mau kamu kerja karena terpaksa. Gak ada yang maksa kamu kerja. Saat ini kamu kerja cuma buat ngisi waktu kamu dan kalaupun kamu resign pasti nanti kamu akan nemuin kegiatan yang bikin kamu gak bosen. Jadi santai aja. Gak ada yang ngejar-ngejar kamu dan nyuruh kamu untuk kerja atau gak kerja." ucap Revaldo tegas namun santai.

His PromisesUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum