BAB 16

7.8K 978 44
                                    

His promises is back! And will still slow update ya. Don't hope too much. Sorry

~||~

            Shafira terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul 9 pagi. Secara refleks tangannya mencari ponselnya, kemudian dia harus menelan kekecewaan setelah tidak menemukan satupun pesan dari Revaldo. Ia menghela nafas dan melempar ponselnya ke ujung tempat tidur.

Hampir satu bulan ini Shafira melakukan hubungan jarak jauh dengan Revaldo. Bukannya mereka tidak pernah melakukannya sebelum ini, hanya saja kalau dulu Revaldo masih menyempatkan diri mencari waktu untuk bertemu dengan Shafira, kali ini laki-laki itu tidak melakukannya. Shafira paham bahwa Revaldo sedang tertimpa masalah sehingga dia tidak menuntut laki-laki itu untuk menemuinya. Tetapi Shafira tidak bisa membendung kekesalannya saat Revaldo sama sekali jarang menghubunginya. Jangannya menelepon, mengirim pesanpun bisa dihitung dengan jari setiap harinya.

Hal ini menimbulkan fikiran jelek mengenai Revaldo dikepala Shafira, dan perempuan itu menjadi mood swing setiap hari. Bahkan saat Revaldo meneleponnya.

Dengan malas Shafira bangun dari tidurnya kemudian beranjak menuju kamar mandi. Hari Sabtu ini dia berniat untuk melakukan me time. menghabiskan waktu di mall untuk makan sushi, es krim, minum kopi, belanja buku sebanyak-banyaknya. Dia perlu melampiaskan perasaan kesalnya pada Revaldo.

Begitu Shafira keluar dari mobil, ponselnya bergetar. Sadar bahwa ada telepon yang masuk, Ia segera merogoh tas kecilnya dan menemukan nama Revaldo tertera dilayar ponselnya. Shafira mendengus dan memutuskan untuk mengangkat teleponnya.

"Hallo," seru Shafira.

"Hi," sapa Revaldo diujung sana.

"Tumben telepon,"

"Emang aku gak boleh telepon kamu?"

"Boleh," sahut Shafira pendek.

"Maaf ya aku jarang kasih kabar. Lagi hektik banget disini,"

"Iya gak apa-apa," jawab Shafira cepat karena selain dia masih kesal dengan Revaldo, dia juga tidak tahu apalagi yang harus dikatakan kepada laki-laki itu.

"Kamu lagi dimana ini? kok kayaknya berisik banget,"

"Aku lagi diMall,"

"Kok gak bilang?"

"Bilang? gimana mau bilang, chat aku aja jarang dibales. Ngapain juga aku bilang, percuma kan,"

Revaldo menghela nafas. "Maafin aku ya. Aku janji bakalan sering kabarin kamu setelah ini,"

"Hmm, gak usah janji-janji kalau gak bisa tepatin,"

"Iya ya udah. Maafin aku yaa." Ucap Revaldo mengalah. "Oiya, Fir, akhir bulan ini aku gak jadi ke Jakarta, gak apa-apa kan?"

Kali ini, Shafira menghela nafas. Satu minggu yang lalu Revaldo mengatakan pada Shafira bahwa laki-laki itu akan datang ke Jakarta untuk bertemu dengan Shafira karena mereka sudah lama tidak bertemu. Tapi ternyata pertemuan mereka gagal dan Shafira tidak tahu kapan mereka bisa bertemu.

"Iya gak apa-apa," sahut Shafira akhirnya.

"Beneran gak apa-apa?"

"Ya terus aku harus ngomong gimana? Marah-marah kayak perempuan labil gitu? Udah deh urusin aja dulu urusan kamu sampai selesai baru kamu hubungin aku lagi," Shafira tahu ucapannya terdengar keterlaluan tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya.

His PromisesWhere stories live. Discover now