[17] - Raymond Two Girlfriends

68 5 5
                                    

"APA ini semua rencanamu, Raymond? Ntah kenapa tangan ku gatal ingin memukulmu."

Pertanyaan Vanya yang penuh curiga membuat Raymond yang tengah berdiri di hadapannya hanya menatapnya santai dan tenang. Vanya mendongakkan kepalanya, menunggu jawaban Raymond. Namun yabg didapatnya hanya Raymond yang menyeringai, tampan.

"Kau boleh jujur saja... sekarang aku dipanggil nenekmu, kau pasti tahu apa maksud dari nenekmu yang memanggil ku, karena kau yang merencanakannya." Vanya kembali mengaduh kesal.

Raymond dengan singkat menyahut kembali, "lalu bagaimana kalau itu bukan aku, hm?"

Membuat Vanya tertawa hambar, "lalu bagaimana nenekmu tahu, hm?"  Vanya malah menyerang balik dengan tatapannya penuh menusuknya. Yang Vanya dapatkan adalah Raymond yang merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih. Dengan cepatnya pria itu mengarahkan ponselnya dengan layar tepat di depan wajah Vanya.

Vanya yang tidak nampak, harus mundur sedikit untuk melihat apa yang ditunjukkan pria menyebalkan ini saat ini.

Nenek sayang : Cucuku ada waktu minum teh lagi? Nenek ingin bercerita dengan kalian berdua, nenek tahu kalian pergi bersama lohh :)))

Setelah itu Raymond kembali menarik tangannya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Raymond mengalihkan perhatiannya setelah itu kepada Vanya yang tengah membuka mulut tak percaya. Raymond berkata, "kau pasti mendapat pesan yang sama, hanya saja namanya diganti... nenekku itu malas mengetik, kau tahu?" Vanya malah ling-lung di tempat, ia jadi tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Lalu Raymond menjulurkan lengannya membuat Vanya terbuyar dan menatapnya tak mengerti. "Sekarang ayo masuk, nenekku pasti sudah menunggu dari tadi." Ia mengucapkannya sembari menggerakkan lengan kanannya sebagai isyarat. Ntah apa yang merasuki Vanya sekarang, hanya saja gadis itu meletakkan tangannya pada lengan Raymond. Dan mampu membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Suara ketukan pintu membuat Aimee tersenyum lebar, ah sudah datang. Aimee pun meletakkan dokumen yang tengah dibacanya dan menyambut kedua manusia yang sudah berada di ambang pintu dengan sangat romantisnya. Raymond melambaikan tangan kirinya, "hai nenek."

Ia menyapa seperti spongebob.

Sementara Vanya yang berada di sebelahnya segera melepaskan tangannya dari lelaki itu dan berjalan ke arah Aimee. Vanya berdiri dengan jarak satu meter dari Aimee, ia menunduk hormat dan tersenyum tipis. Aimee balas tersenyum, ia menatap Vanya yang masih malu-malu dan sungkan, ia berucap, "kenapa kau melepaskan tangan Raymond? apa karenaa...."

Vanya segera menggeleng, "huh? oh.. enggak nek, itu tadi Raymond yang menyuruhku untuk memegang tangannya."
Raymond memutar mata, ia berjalan santai dan menuju ke sofa di hadapan Aimee dan menghempaskan tubuhnya begitu gampang. Tak lupa juga ia kembali membalas perkataan Vanya, "terus kenapa kau mau?"

Aimee akhirnya menimpal lagi, "sudah-sudah... nenek suka melihat kalian bergandengan tangan, bagaimana jalan-jalannya? ahh... pasti sangat meyenangkan ya? sampai-sampai lupa memberitahu nenek.. apalagi mengajak.." Aimee berpura-pura cemberut, membuat Vanya hanya bisa menggaruk tengkuk lehernya.

"Kenapa sedari tadi hanya berdiri, honey? duduk disini." Raymond mengucapkan sembari menepuk sofa yang berada di sampingnya. Namun karena debaran jantung Vanya yang tak karuan membuat gadis itu salah tingkah hingga tangan Raymond menarik tangannya dan mendudukkannya secara paksa.

Aimee tertawa lucu melihat Raymond dan Vanya yang sama-sama memiliki gaya masing-masing. Vanya setelah beberapa detik mengangkat paper bag dan meletakkannya ke atas meja, "um.. nenek mau cokelat? Ini ada cokelat yang aku... um, kam-... um, dia beli untuk nenek."

Restart In ItalyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt