[11] - Raymonds Tea and Soup

71 4 0
                                    

CAHAYA matahari sama sekali tidak mengusik Vanya dari tidurnya yang sangat lelap, padahal tirai sudah terbuka lebar dan memberikan segudang cahaya yang sangat besar. Alunan musik terdengar dari speaker yang terletak di tengah plafon kamar nya, hm, sangat menenangkan. Vanya membuka matanya pelan, lalu menutup lagi, sampai akhirnya matanya benar-benar terbuka.

Ia mengangkat tubuhnya hingga tersandar di head board tempat tidurnya, matanya agak membulat saat melihat jaket yang dipakainya hingga tidur. Sejenak, ia termenung, pandangan  matanya kosong sedang mengingat kejadian semalam. Laki-laki itu, lagi-lagi berbuat baik padanya secara tiba-tiba.

Vanya tidak tahu bagaimana ia bisa disini, terakhir diingatnya adalah, ia duduk di jok sebelah Raymond dan... tertidur begitu saja. Faktanya, setelah sampai di kampus ini, Raymond melihat sekeliling, tidak ada lagi bus yang terparkir, itu berarti semuanya sudah selesai berbenah dan sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing.

Raymond memperhatikan gadis itu sebentar, tidurnya sangat lelap, sampai sesekali ia mendengkur. Tidak mungkin kalau dibawanya Vanya ke ruangan khusus neneknya. Maka Raymond memutuskan untuk membawa Vanya ke kamar gadis itu sendiri. Dengan menopang tubuh gadis itu yang terkulai lemas dengan bridal style, menekan bel dan mendapat reaksi berlebihan dari Mery saat melihat Vanya digendong Raymond di depan pintu dengan keadaan tertidur.

Raymond meletakkan Vanya perlahan di atas kasur dan menutupi gadis itu lagi dengan selimut berbunga-bunga. Usai itu, ia menghadap Mery yang masih heboh dan flirting mode on padanya, Raymond menatapnya datar, tanpa kesan apapun, "jangan bangunkan atau menganggu dia, dia kedinginan dan letih, jadi biarkan dia istirahat."

Saat Raymond hendak berjalan terdengar suara Mery yang malu-malu, "ehm.. boleh.." Raymond segera berbalik badan dan menatap Mery dengan tatapan sedatar triplek, "dan lagi, aku tidak punya WA, atau LINE, atau nomor untuk dibagi padamu."

Skakmat untuk Mery, ia terdiam dan terpaku ditempat nya berdiri saat itu juga, Raymond tidak perduli bagaimana respon Mery, ia melangkah ke arah meja Vanya dan meletakkan tas kecil yang satu harian ditenteng gadis itu dengan rapi di atas meja, lalu meletakkan benda pipih berupa ponsel gadis itu tepat disebelahnya juga dengan rapi. Usai itu, Raymond menuju ke pintu dan keluar dari ruangan itu, lalu menutup pintu lagi dengan tenang.

Mery, tak sadar ia sudah meremas jari-jarinya sendiri sambil memandang Vanya yang tidak tahu kejadian ini. Mery emosi karena ia gagal membuat iri teman-temannya jika ia berhasil berkenalan dan dekat dengan Raymond. Ntah apa yang ia pikirkan, tapi ia sama sekali tidak mau mengganggu tidur gadis itu, apa karena perkataan Raymond barusan. 

Suara pintu terdengar dari arah kamar mandi, Vanya melirik yang tak lain dan tak bukan Mery. Cewek itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk, saat keluar tadi, ia melirik Vanya sinis, tapi ia langsung memutuskan lirikannya dan menghadap ke kaca didepannya sekarang. "Well... well.. well.. siapa yang udah jadi bahan gosip sekarang," kata Mery, menyindir, padahal ia bohong.

Vanya menatap kosong depan, tidak mau merespon Mery. Melihat tanggapan Vanya yang nol, Mery sedikit kesal dan kembali meledeknya, "cewek murahan yang berhasil menggoda cucu pemilik kampus jadi trending nomor 1 sekarang."

Vanya diam, menghela nafas lalu bangkit dari sandarannya dan duduk di pinggir kasur, ia memandang ke arah kursi belajarnya, lama, seperti ada yang salah. "Baju hangat yang kubuat di atas kursi belajar ku, mana?" Mery berbalik dan memutar matanya, "mana gue tahu, bego. Lo pikir gue babu lo? tolol lo ya?"

Vanya bangkit, mendengar itu, jujur ia sedikit sakit hati, kasarnya Mery berkata seperti itu padahal ia bertanya baik-baik. Vanya menuju ke toilet, namun berhenti tepat di depan toilet dan melihat ke bawah, "aku tidak akan memasukkan baju ku ke kain kotor, apalagi sewaktu aku mau memakainya." kata Vanya kali ini dengan nada lantang. Mery melotot, kali ini tak mau kalah lantang, "OH? GUE YANG BUANG BAJU LO KE SITU, KARENA UDAH KUSAM DEKIL, JADI GUE LETAKIN SITU. KENAPA? MAU PAKE LAGI? PAKE GIH!"

Restart In ItalyΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα