[16] - Raymond Miss Vanya (b)

85 6 0
                                    

MENUTUP pintu mobil dengan perasaan yang berkecamuk, Raymond dapat lihat Vanya sedang risih saat ini. Pasalnya gini, mereka keluar bersamaan dari gedung dengan setelan masing-masing, terlihat sangat kompak dan cocok.

Tentu saja ada mahasiswa/i yang tengah berada di sekitar gedung itu.

Jadilah Vanya mendapat sorot-sorot tajam dan sinis dari kaum hawa, bisik-bisikan halus juga yang dapat ditangkapnya.

Raymond terkekeh, Vanya baru saja memakai seat belt nya, ia menepuk pipinya gemas.

"Kenapa kau sudah sangat stres baru sampai mobil saja?" Tanya Raymond. Vanya mendongak, wajahnya tak terbilang. "Semuanya melihat ku Raymond. Oh.. astaga!"

Raymond diam, membiarkan Vanya melepaskan segala kekesalannya. Maka lelaki itu menunggunya dengan memainkan ponselnya. Sampai Vanya tersadar, setelah merapikan rambutnya, gadis itu mendongak dan menoleh, "apa sudah sampai?"

Menaikkan satu alisnya, itu jawaban Raymond membuat Vanya melihat ke arah depan, hah, masih di kampus.

"Kenapa tidak jalan dari tadi?" Tanya Vanya kembali menoleh.

Raymond menjawab, "kau kelihatannya sangat stres. Kalau kau mau, kau bisa turun." Pancing Raymond.

"Mana mungkin, Raymond. Sudah, ayo jalan."

Raymond mengangguk, menjalankan mobil, dalam hati, Raymond senang banget.

***

"Wuahhh.. aku tidak pernah ke tempat yang satu ini.." kata Vanya bersemangat. Mereka sudah sampai di tujuan, dan tengah berjalan beriringan di tengah-tengah penuhnya manusia.

Vanya kembali berseru, "hei! Ada yang khusus jual coklat! Imut sekali tokonya." Lucunya dia mengatakannya dengan tangan kanannya yang memegang mendadak lengan Raymond dan tangan kirinya yang menunjuk ke arah tokoh tersebut.

Agar menyenangkan hatinya, Raymond kembali menimpal, "kau mau ke sana?"

Mata yang indah itu berbinar dalam sedetik disertai anggukannya, ia langsung melangkah menarik Raymond ke toko yang menarik perhatiannya. Saat sampai di toko, Vanya melihat-lihat coklat yang sangat elegan dan nikmat itu.

Seseorang karyawan datang dan berkata, "kalian pasangan yang sangat cocok, kami memiliki cokelat kualitas utama untuk pasangan yang datang." Ia berkata dengan bahasa Italy.

Kellie tersadar saat itu juga, bingung harus ngapain. Sekilas didapatinya Raymond yang sangat tenang responnya.

"Tapi yang beli hanya boleh pasangan." Sambung karyawan itu sembari menunjukkan sekotak cokelat sangat cantik dan mewah. Raymond melihatnya, lalu mengangguk, "oke, kami mau." Ujarnya sembari mengusap-usap punggung tangan Vanya.

Setelah keluar dari toko, tanpa tunggu lama Vanya langsung membuka mulut, "kenapa kau membelinya? Kita bukan pasangan. Soal tangan mu yang ku tarik, aku minta maaf."

"Kau sangat tergiur dengan cokelatnya, lalu kenapa tidak dibeli saja?"

"...." Vanya diam, bener sih dia tergiur.

Belum puas Vanya kembali ingin mengelak, "ya tapi kan-"

Raymond memajukan tubuhnya, meletakkan jari telunjuknya di depan bibir nya, membuat Vanya sontak tercenung, "pssttt.. yang penting udah dibeli."

Restart In ItalyWhere stories live. Discover now