48 - Guard

263 29 8
                                    

Di sepanjang jalan, Arla hanya diam dan memejamkan matanya. Entah beneran tidur atau hanya memejamkan mata, Nauval tak tahu. Tapi saat Nauval mendengar suara dengkuran halus yang berasal dari Arla, membuatnya yakin bahwa Arla benar-benar tidur di mobilnya.

Nauval menepikan mobilnya ke pinggir jalan, lalu melepas seatbelt yang mengikat tubuh Arla. Ia menarik bahu Arla padanya sehingga membuat kepala Arla langsung bersender di bahunya agar cewek itu bisa mendapat posisi yang nyaman. Padahal hal ini akan menyulitkannya dalam berkendara karena tangan yang kirinya yang memegang bahu kiri Arla, dan yang satunya lagi memegang stir tentunya.

Arla mengerang pelan, tapi tak membuka matanya. Membuat Nauval menoleh padanya.

"Sshhht," desis Nauval agar Arla tetap terlelap dalam tidurnya. Tapi sebelum menjalankan mobilnya lagi, Nauval nyaris mengusap pelan rambut Arla. Tapi sedetik kemudian hal itu enggan dilakukannya, entah apa penyebabnya. Lantas ia meletakkan lagi tangannya di lengan kiri Arla, lalu akhirnya kembali menginjak pedal gas.

Butuh waktu 1 jam untuk bisa sampai ke rumah Arla, karena keadan yang macet akibat orang-orang yang sudah pulang kerja. Dan setelah terbebas dari kemacetan yang padat merayap itu, akhirnya mereka pun tiba di rumah Arla yang kelihatannya sangat sepi.

Nauval memberhentikan mobilnya setelah ia membuka sendiri pintu gerbang rumah Arla karena Arla tak memiliki satpam.

Tadinya ia hendak membangunkan Arla, tapi ia urungkan niatnya karena tak tega. Nauval membuka pintu mobilnya, lalu berjalan mengitari mobil bagian depannya. Dan setelahnya, ia membuka pintu Arla, lalu menyelipkan tangannya di antara lekukan kaki Arla dan tangan yang satunya memegang tubuh bagian belakang cewek itu.

Nauval menggendong tubuh Arla dan membawanya masuk ke dalam. Dan ternyata rumah itu sepi. Hanya ada asisten rumah tangga Arla yang sebentar lagi akan pamit untuk pulang. Tadi juga ia sempat menghampirinya untuk menanyakan apa yang terjadi pada Arla. Sedangkan Papanya Arla sendiri sudah pergi ke Kalimantan tadi pagi.

Nauval berjalan menaiki satu per satu anak tangga tanpa merasa keberatan sedikitpun, hingga akhirnya mereka tiba di depan kamar Arla. Langsung saja Nauval merebahkan Arla di atas tempat tidur, lalu membukakan sepatu yang membungkus kaki gadis yang masih terlelap itu. Terakhir, ia menyibakkan selimut hingga sampai leher Arla.

Ia menatap wajah Arla, lumayan lama. Merasa kasihan pada Arla yang diperlakukan seperti itu oleh Reynand. Daritadi ia juga terus-terusan berpikir, bagaimana jadinya Arla jika ia datang tak tadi.

Tadinya saat Nauval menerima dan membaca pesan Line dari Arla, ia merasa tak peduli. Ia juga sudah di tengah jalan, ingin pulang ke rumah. Masa iya dia harus balik lagi ke sekolah. Tapi lama kelamaan, fokusnya dalam berkendara perlahan buyar. Tiba-tiba ia merasa takut terjadi apa-apa pada Arla. Maka dari itu, ia memutar balik mobilnya menuju sekolah dan berlari menuju ruang olahraga. Lantas ia menemukan Arla dan Reynand yang berada di sudut ruangan. Terlihat jelas jika hampir saja Arla tersentuh oleh cowok sialan itu.

Setelah puas memandangi gadis itu, Nauval mengembuskan napas panjang, lalu pergi dari sana. Tapi sebuah tangan yang mencengkalnya membuatnya berbalik dan menoleh pada Arla yang ternyata sudah membuka matanya.

"Nauval ...."

Nauval berjalan mendekatinya, lalu membungkukkan badannya sedikit. "Apa?"

"Aku takut ditinggal sendirian."

Nauval menggeleng pelan seraya mengembuskan napasnya berat. "Gue harus pulang. Gak mungkin gue nginep di sini."

FABULOUS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang