13 - Terjawab

617 84 151
                                    


Bel istirahat menggema di seantero SMA Bhakti Jaya. Hampir seluruh siswa maupun siswi langsung berhamburan ke luar kelas. Ada yang ke halaman belakang sekolah untuk berpacaran, ada pula yang ke perpustakaan untuk membaca buku atau novel, dan mayoritasnya mereka pergi menuju kantin, surganya para murid. Tak peduli seberapa panasnya hawa kantin, yang terpenting kebutuhan mereka tercukupi.

Tak terkecuali Arla. Ia sekarang menuju kantin, sendirian karena Dara sudah pergi duluan. Bersenandung kecil sambil menggenggam tas kecil berwarna biru pastel yang diberikan Nauval tadi pagi. Ia jadi penasaran apa isi dari kotak bekal tersebut dan bagaimana rasanya.

Hari ini hatinya sangat bahagia. Suatu kebanggaan tersendiri menurutnya karena diberikan bekal makanan oleh Nauval. Aneh juga rasanya, orang yang setiap hari merusak moodnya karena seringkali mengajaknya bertengkar, tiba-tiba memberikannya sebuah makanan.

"Aduh!" pekik Arla saat menabrak tubuh jenjang seseorang. Entah mengapa, akhir-akhir ini ia jadi sering menabrak tubuh seseorang, yang tak lain dan tak bukan adalah Nauval.

Atau jangan-jangan sekarang ia bertabrakan dengan Nauval lagi? Sungguh membosankan.

Saat sudah menstabilkan emosinya, Arla langsung mengernyitkan dahinya. "Aduh ... Kenapa sih, setiap gue tabrakan, pasti nabraknya lo mulu? Udah tiga kali lo nabrak gue tau gak. Untung bekal yang lo kasih gak jatuh!" tukasnya.

"Heh, yang ada lo kali yang nabrak gue terus," balas Nauval tak terima.

Nauval memperhatikan Arla sebentar, lalu pandangannya turun pada sebuah tas kecil berwarna biru pastel yang sedang digenggam Arla yang diberikannya tadi pagi. Lagi-lagi ia hanya tersenyum samar. Sedangkan raut wajah Arla masih saja kesal.

Ia berjalan, beranjak pergi, berlawanan arah dengan Arla. Begitupun Arla yang mulai berjalan pergi menuju kantin. Meskipun begitu, pandangan mata Nauval tak luput dari bekal makanan yang diberikannya itu, padahal ia sudah berjalan menjauh pergi.

Thanks ya, Ar. Bekalnya udah mau lo makan, batinnya, lalu tersenyum puas yang sebenarnya dari tadi hanya ditahannya karena gengsi.

"Aduh!!" sekarang justru Nauval yang memekik kencang sehingga membuat Arla menolehkan tubuhnya kembali ke belakang dan mendapati bahwa Nauval baru saja menabrak tembok karena saking fokusnya pada bekal makanan yang digenggam Arla.

Arla yang awalnya cemberut, tiba-tiba langsung tertawa, mentertawakan Nauval yang sedang mengusap-ngusap dahinya yang barusan terantuk. "Eh? Hati-hati. Ada tembok, lho. Awas, ntar nabrak," ucapnya yang masih saja tersenyum mengejek.

Nauval yang mendengar Si Empunya suara sedang meledeknya pun langsung menengadahkan wajahnya ke arahnya, lalu mengerutkan dahinya. "TELAT!"

Dan setelah berkata demikian, Nauval kembali berjalan entah menuju ke mana. Begitupun Arla yang masih saja cekikikan sampai-sampai membuat orang-orang menganggapnya tak waras.

****

"CIEEE. Tumben lo bawa bekal, Ar?" tanya Dara diselingi dengan tawa simpulnya.

"Ih, males banget gue bawa bekal," ucapnya, lalu membuka retsleting tas berwarna biru pastel tersebut.

Hal ini membuat Dara bingung, lalu mengerutkan dahinya sehingga menimbulkan garis di dahinya. "Lho, Ar? Jadi bekal itu dari siapa?"

Arla tersenyum mengejek, "Dari Nauval."

Arla membuka tutup dari wadah makanan tersebut. Matanya langsung berbinar dan senyumannya langsung mengembang seketika. "Wah! Nasi goreng. Asik."

Dara yang masih tak mengerti pun lantas bertanya lagi. "Bohong aja lo. Dia kan musuh bebuyutan lo. Mana mungkin dia mau ngasih lo makanan."

FABULOUS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang