22 - Permainan Dimulai

350 43 25
                                    


Gue gak peduli. Meskipun dia udah kehilangan akal sehat juga, gue harus tetap perjuangin lo. Karena semua orang berhak memperjuangkan cintanya, meskipun akhirnya nyawa-lah yang jadi taruhannya.

-Fabulous-

🍂

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring seantero SMA Bhakti Jaya. Seluruh ketua kelas langsung menyiapkan kelasnya masing-masing untuk berdoa sebelum pulang. Dan setelah itu, barulah mereka berhamburan ke luar kelas ---terkecuali bagi siswa maupun siswi yang mempunyai jadwal piket hari ini.


Begitupun dengan Nauval dan keempat sahabat autis nya yang lain. Mereka langsung ngibrit ke luar kelas dengan rusuh karena berlari-larian. Mungkin kalau ada mereka, suasana selalu menjadi rusuh. Apalagi di kantin. Tapi Nauval senang, karena kerusuhannya membawa berkah. Berkat kerusuhan yang diciptakannya, ia jadi bertemu dengan Arla.

"Weh, Bro, lo gak jadi nembak Arla dong?" tanya Zaidan di sela-sela perjalanan mereka yang entah menuju mana. Bisa jadi ke kantin, bisa jadi ke gerbang, atau bisa jadi nongkrong di toilet?

"Gak," jawabnya sekenanya.

"Terus kapan lo mau jeder-jederin dia-nya?" celetuk Guntur.

"Apaan lagi, jedar-jeder jedar-jeder," dengus Nauval. "Ya gak tahu juga. Sebenarnya kemarin gue juga belum siap. Tapi kalian pada maksa."

"Untuk dia gak masuk ya Pal kemarin?"

Palalu meledak. Dia mau mati kemarin, batinnya. Ia tak boleh mengungkapkan yang sebenarnya. Arla yang menyuruhnya.

Mereka melanjutkan perjalanannya menuju gerbang. Karena mereka tak tahu mau ngapain lagi setelah ini.

"Tapi, ada saatnya gue nyatain semuanya," celetuk Nauval tiba-tiba. Sepertinya dia tak peduli mau dirinya mati atau tidak. Yang dia inginkan hanyalah satu; bersama Arla.

Semuanya mengerutkan dahinya, kecuali Guntur yang terlihat cengengesan dan menganggukkan kepalanya antusias. Kayaknya dia beneran mabok.

"Gue mau yang spesial," ujarnya lagi.

"Martabak manis?" tanya Guntur dengan raut wajah seriusnya.

"Kok lu goblok banget, sih?" Nauval jadi kesal sendiri. "Gue butuh bantuan kalian. Mungkin gak lama lagi."

Hening. Semuanya hanya menatap ke arah satu sama lain. Termasuk Nauval yang sedang menunggu respon dari teman-temannya. Dan lama-lama, mereka pun mengangguk setuju. "Asal lo gak jones, gue siap kok bantu apapun," ucap Guntur sambil tertawa lebar.

* * *

Pemandangan tak enak langsung Arla lihat saat ia membuka pintu kamarnya dan melihat cermin di meja riasnya dengan sangat kaget dan juga bingung.

Ia berjalan tergesa-gesa menuju meja riasnya, dan membaca satu per satu kata yang tertera di sana. Sebuah kalimat singkat, tapi begitu menyeramkan baginya. Ditambah lagi tulisan itu berwarna merah pekat seperti darah.

I'll kill Nauval immediately, Arla. Get Ready.

Arla membulatkan matanya refleks. Ia juga membuka mulutnya tak percaya. Spontan, ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, lalu berjalan mundur ke belakang. Hingga akhirnya ia tak bisa berjalan mundur lagi karena tubuhnya yang sudah mentok ke lemari pakaiannya.

FABULOUS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang