Yes

29.7K 3K 369
                                    

Ahrin dan Mark saat ini sudah berada di pekarangan rumah mereka, namun keduanya masih berada di dalam mobil.

Hening. Tidak ada satupun yang membuka pembicaraan diantara mereka selama 10 menit, mereka sibuk dengan fikiran masing-masing. Ahrin memandang keluar jendela sedangkan Mark memperhatikan Ahrin.

"Kalian ada hubungan apa?" Mark memecah keheningan. Mark berusaha setenang mungkin.

"Jeno? Bukannya udah jelas kan kalo dia ayah dari anak yang aku kandung?" Ucap Ahrin sarkastik. Ia menjawab tanpa melihat ke arah Mark.

"Kak! Jangan bikin gue marah bisa gak sih?!" Bentak Mark, membuat Ahrin menatap Mark penuh amarah.

"Lo sendiri kan yang bilang ini anaknya Jeno?! Terus lo marah kenapa hah?! Kenapa?!" Perlahan amarah Ahrin meleleh bersama air matanya. Namun ia segera mengusap air matanya kasar.

Ahrin tersenyum miris. "Menurut lo gue selacur itu kan?! Iya ini anaknya Jeno terus lo mau apa?! Hah?!"

Mark terdiam mendengar semua kata-kata Ahrin. Rasa bersalah menyeruak dalam dirinya melihat Ahrin seperti ini. Bagaimana bisa ia sebodoh itu menganggap anak itu adalah milik Jeno sedangkan Ahrin selalu bersamanya?

"Kak....." lirih Mark, ia akan memeluk Ahrin, namun Ahrin menolaknya. Ahrin menggeser duduknya merapat pada pintu.

"Kak jangan gini dong, aku tau aku salah aku emang brengsek, please maafin aku?" Mark mencoba memegang tangan Ahrin namun Ahrin segera menepisnya.

"Gak usah pegang-pegang gue!"

Mark mengalah dan membiarkan Ahrin seperti itu. Lama-kelamaan suara tangis Ahrin tak terdengar lagi. Mark melihat Ahrin yang sudah tertidur, kelelahan menangis. Ia pun segera keluar dari mobilnya, kemudian menggendong Ahrin masuk ke rumah.

Mark merebahkan Ahrin dengan hati-hati ke ranjang mereka, kemudian merebahkan dirinya disamping Ahrin dengan posisi miring dan kepalanya disangga oleh sebelah tangannya, memperhatikan wajah Ahrin. Hidungnya memerah, matanya terlihat sembab. Bahkan Ahrin terlihat sangat sedih dalam tidurnya.

Tangan Mark terulur mengelusi rambut Ahrin. Mark mendekatkan wajahnya ke wajah Ahrin. Mencium kening Ahrin cukup lama kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Ahrin.

"I'm sorry, my dear."

------------------------------------

Mark langsung terbangun dari tidurnya saat ia tidak merasakan kehadiran Ahrin di ranjangnya. Wajah Mark langsung berubah panik, ia melihat sekitar tetapi tidak ada tanda-tanda Ahrin. Mark keluar dari kamarnya, ia bernafas lega saat melihat Ahrin tengah memasak di dapur.

Ia menghampiri Ahrin dan memeluknya dari belakang yang membuat Ahrin terkejut.

"Good morning, my queen." Sapa Mark sembari menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ahrin, menghirup aroma yang sangat ia rindukan.

"Mark, jangan gini" Ahrin berusaha melepas tangan Mark, namun Mark malah makin memeluknya.

"Kenapa? Aku kangen yang"

"Tapi sebentar lagi kita cerai." Ucap Ahrin lirih tapi cukup untuk didengar oleh Mark.

Mark melepas pelukannya kemudian membalikkan tubuh Ahrin menghadapnya.

"Sayang dengerin aku." Mark memegang kedua bahu Ahrin.

"Kita ga akan pernah cerai. Dan jangan pernah bilang kaya gitu lagi." Lanjut Mark dengan penuh penekanan.

"Tapi kamu....."

Ucapan Ahrin terintrupsi saat Mark mencium bibirnya tiba-tiba, tapi Ahrin segera mendorong Mark.

"Mark, listen." Ahrin membalikkan tubuhnya sebentar untuk mematikan kompor kemudian kembali menghadap Mark.

"Kamu jangan egois Mark! Herin gimana? Hyena gimana? Perasaan kamu gimana? Kamu bilang kamu masih sayang kan sama Herin? Aku gamau cuma karna aku hamil kamu jadi ngorbanin perasaan kamu sama Herin. Kamu, Herin, Hyena. Kalian.........."

Ahrin menjeda ucapannya, meyakinkan hatinya bahwa ia cukup kuat untuk mengatakan ini.

"Kalian......... bakal jadi keluarga yang bahagia. Gausah khawatirin aku sama anak ini, aku bisa ngerawat dia sendirian."

Mark memeluk Ahrin erat, kali ini Ahrin membiarkannya.

"Kak, gue tau gue udah keterlaluan. Gue udah bikin semuanya berantakan. Gue kacau lo gak ada walaupun cuma bentar. Hyena juga nyariin lo terus. Gue sayang banget sama lo kak. Please, stay."

Ahrin mendorong Mark pelan. Ahrin terkejut saat melihat Mark yang ternyata sedang menangis.

"Hey, why are you crying?" Ucap Ahrin lembut sembari mengusap air mata Mark.

"I'm scared. You hate me right? You want to leave me? You don't love me anymore."

Mungkin ini bukan waktu yang tepat tetapi Ahrin justru tertawa kecil melihat Mark yang menurutnya kekanakan.

"I still perfectly in love with you, Mark." Jawab Ahrin. "Tapi Herin? Aku gamau jadi benalu."

"Aku bakal ngomong sama dia baik-baik. Tapi please, kita jangan jadi cerai ya? Aku sayang sama kamu. Cuma kamu pokoknya. Please?"

Mark menggoyang-goyangkan tangan Ahrin dan mengehentakkan kakinya membuat Ahrin tersenyum geli melihat tingkah Mark yang sangat menggemaskan.

Ahrin akhirnya mengangguk. "I'll stay"

"YESH!" Seru Mark kemudian memeluk Ahrin erat dan menciumi wajah Ahrin berkali-kali, membuat Ahrin tertawa.

-------------------------------------

Ini part macem apa si?! Kenapa akhirnya jadi menye-menye gitu? 😂😂😂

Pasti ada yang kecewa sama chapter ini yang gagal baper. Tapi gue udah ga tahan liat mereka jauhan 😂

So? Yesh, satu atau dua chapter lagi dan selesai. Finally 😭😭

Thanks alot for your support my dearest commenters, voters, followers and readers. I love y'all 💕💕

 I love y'all 💕💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAPA MUDA ✘ Mark Lee AU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang