Gara-Gara Mark

28.5K 3.6K 109
                                    

"Rin" Seseorang menepuk pundak Ahrin yang membuatnya berjengit kaget. Ahrin kemudian berbalik.

"Eh kak Taeyong, ngapain disini?" Tanya Ahrin heran. Bukankah harusnya kak Taeyong ada diruangannya? Tapi ia malah berada di pintu masuk Rumah Sakit.

"Nunggu kamu."

"Hah?"

"Itu tadi pacar kamu ya? Ganteng juga. Pantesan kamu suka."

"Hah?! Itu......."

"Langgeng ya."

Taeyong berlalu pergi. Membuat Ahrin makin bingung karena saat mengobrol tadi, Taeyong memasang ekspresi yang keras.

'Apa kak Taeyong marah? Buat apa?' Pikir Ahrin.

Kemudian ia menggeleng dan memasuki gedung rumah sakit. Ia mengambil data pasien yang harus di check dari ruang perawat. Hari ini pasiennya tak terlalu banyak. Jadi mungkin ini akan cepat.

Ia pun mengambil troli dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan olehnya. Ia berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit, ia berpapasan dengan Taeyong tetapi Taeyong malah menunduk. Namun saat ini Ahrin tidak bisa memperdulikan itu. Tugasnya saat ini lebih penting.

Ia memasuki satu ruangan dengan seorang pasien. Ini ruang VIP.

"Selamat Sore ibu. Gimana kabarnya hari ini?" Ucap Ahrin sembari tersenyum. Ibu itu membalas senyum Ahrin.

"Lebih baik suster. Kapan ya saya bisa pulang?" Tanya ibu itu.

Ahrin menyiapkan kantung cairan infus. Ia mengambil kantung infus yang sudah hampir habis dan menggantinya dengan yang baru. "Mungkin setelah infus yang baru ini habis bu. Nanti ibu tunggu kabar dokter ya" Ahrin tersenyum lagi.

Ibu itu mengangguk.
"Bu, saya mau suntik cairan tambahan ya. Maaf kalau sedikit ngilu" Ahrin tersenyum, mengambil suntikan, menyentilnya pelan beberapa kali, kemudian menyuntikan cairan tersebut melalui selang infus.

"Nah, sudah. Lekas sembuh ibu" Ahrin menundukkan sedikit kepalanya tanda hormat.

"Terima kasih suster" Ahrin mengangguk kemudian keluar dari ruangan. Mengecheck pasien lain di ruang lainnya. Banyak pasien ataupun keluarga pasiennya yang memuji Ahrin 'sudah ramah, cantik pula' begitu katanya. Bahkan Ahrin pernah mendapat pasien yang ingin menjodohkannya dengan anaknya. Tentu saja Ahrin menolaknya dengan halus. Saat itu, ia masih terlalu muda untuk menikah.

-------
Ahrin sekarang sedang berada di ruang perawat bersama Seulgi. Shift mereka memang selalu sama.

"Gi, kayanya Dr. Lee marah deh sama gue."

"Napa emang?"

"Entah, tadi ketemu aja dia malah nunduk. Padahal gue senyum."

"pfft, malu anjir" Seulgi tertawa puas.

"Heh gue cerita pengen dikasih solusi bukan diketawain."

"Hehe iya iya. Ya lu samperin aja gih, minta maaf"

"Tapi gue gatau salah gue apa"

"Ya sebelumnya lo ngapain?"

"gatau, gue aja baru dateng."

"chat sama kak Taeyong kali?"

"Kita gak chat kok."

"lu dateng sama siapa?"

"tetangga gue, si Mark."

"roman-romannya sih doi cembokur"

"Ah masa?" Ahrin tampak berpikir. 'Kenapa kak Taeyong marah? Kan cuma........ OH YA AMPUN!'

Ahrin segera beranjak dari duduknya dan pergi dari ruang perawat, tak menghiraukan Seulgi yang bertanya ia mau kemana.

Sekarang, Ahrin sudah berada di depan ruang Dr. Lee. Ia bingung apa ia harus menemui Dr. Lee. Padahal ia juga tak yakin Dr. Lee marah karna itu.

Cklek

Pintu ruangan terbuka menampakkan Dr. Lee tanpa jas putihnya. Yang berarti ia sedang istirahat atau akan pulang.

Dr. Lee melihat Ahrin dingin. "Kenapa?" Ucap Taeyong.

"Eumm.. Dr. Lee, aku ingin bicara sebentar. Bisa?"

"Baiklah jangan lama-lama, aku sibuk"

"Ehmm iya, kalau begitu, kita bicara di ruangan Dr. Lee saja."

Taeyong mengangguk dan mempersilahkan Ahrin untuk masuk.

Mereka duduk di sofa yang berada di ruangan Taeyong.

"Dokter.. aku...."

"Taeyong"

"Tapi ini masih lingkungan kerja."

"Kita hanya berdua, santai"

"Ehm, kak, kakak marah ya sama aku?"

"Soal apa?"

"Tadi di depan....."

"Aku gak ada hak marah."

"Kak, tadi itu Mark, tetangga aku, dia udah kaya adek aku sendiri." Ahrin Sebenarnya merasa aneh harus menjelaskan ini pada Taeyong, padahal mereka tidak ada hubungan.

"Tetangga kok mesra gitu sampe peluk-peluk cium-cium. Udahlah, gausah bohong, aku mau pulang." Taeyong beranjak berdiri dan akan membuka pintu namun Ahrin menahan pergelangan tangan Taeyong. Namun Taeyong tak berbalik. "Kak, tapi aku berani sumpah, dia bukan pacar aku kaya yang kakak kira."

"Tapi di sms tadi kamu bilang dia pacar kamu."

"Hah? Sms apa kak? Aku aja belom pegang Hp seharian."

Taeyong pun berbalik.

"Tadi aku sms bilang mau jemput kamu tapi kamu bilang kamu dianter pacar kamu" Taeyong dan Ahrin sama-sama nampak bingung.

Taeyong mengeluarkan ponselnya. Mengutak-atik nya beberapa saat kemudian menunjukkan roomchat nya dengan Ahrin.

"Tuh liat"

Ahrin pun membacanya dan membulatkan matanya kaget.

"Dasar Mark!" Geram Ahrin. "Kak, ini pasti dibajak si Mark pas aku tidur. Pantesan tadi dia tumbenan nganter aku!" Ucap Ahrin dengan kesal.

"Oke aku percaya. Tapi gimana cara Mark bajak hp kamu pas kamu tidur. Kalian tidur berdua?

Salah lagi.

"Aku bisa jelasin kak."

-------

Semoga suka yaa ♥

Maafkan Taeyong yang ngambekan di chapter ini.

Biasanya gue nulis sehari 2-3 chapter, tapi kemaren cuma bisa nulis setengah chapter.

Yang kemaren-kemaren bisa double update, kayanya sekarang cuma sehari sekali.

Makasih buat yang selalu support fanfic ini, yang udah vote dan comment. Yang udah mau baca juga.

Jeongmal Kamsahamnida ♥♥♥

PAPA MUDA ✘ Mark Lee AU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang