Malicious threats

6.9K 217 10
                                    

"Bagaimana keadaanya?"

Aku sangat menyesal. Aku bodoh. Aku binatang. Ya memang pantas jika aku disebut binatang. Aku tidak pantas dicap sebagai lelaki sejati, aku brengsek. Kenapa harus Cattie yang menjadi pemuas nafsu binatangku?! Kenapa harus ia lagi yang menjadi puncak amarahku? Aku ingin bunuh diri rasanya jika harus melihat Cattie seperti ini.

"Ia masih belum sadar hingga saat ini, mungkin akan sadar sekitar beberapa hari kedepan dan saya ingin menanyakan apakah ia menjadi korban pemerkosaan? Karena dari hasil pemeriksaan, terdapat bekas tamparan di wajah serta luka memar hampir diseluruh tubuh terutama pada bagian punggung dan yang lebih parah lagi, dua tulang rusuknya patah serta pendarahan pada vaginanya."
Jelas dokter yang membuat seluruh saraf ditubuhku kaku. Jantungku seperti berhenti berdetak, kakiku lemas. Aku tidak tau jika perlakuanku begitu kasar kepadanya, aku lepas kendali lagi. Ah, sial. Aku menyakitinya.

Cattie.. maafkan aku.

"AARGGH!"

Aku menyugar rambut keras bersamaan dengan tonjokan pada tembok. Aku tidak sanggup mendengar kata-kata itu. Aku tidak mau ini semua terjadi, tapi akulah yang membuat ini semua terjadi, aku benci diriku sendiri. Cattie tidak akan mau memaafkanku.

"Sean tenanglah.. ia akan baik-baik saja" dokter itu menahan tubuhku yang bergetar emosi.

"Aku yang memperkosanya, aku bersalah, aku sungguh menyesal!" Jeritku di depan mukanya dan ia tersentak lalu menjauhi tubuhku. Aku luruh di lantai sembari meremas kuat rambutku sendiri. Bodoh bodoh bodoh! Aku bodoh.

"Kau.. kau gila sean, kau harus mencoba untuk mengontrol emosimu!"

Aku tidak mengubris ucapannya dan masih terfokus dengan pikiranku. Kalau aku tidak mengunjungi cafe-ku tidak akan mungkin Cattie seperti ini dan jika si Candice bodoh itu melarang Cattie pasti Cattie tidak akan terluka. Arrgh kenapa banyak orang bodoh di dunia ini? Kenapa?

Drtt drtt

Ponselku bergetar. Aku merasakan ponselku bergetar.

Drtt drtt

Benar. Aku sangat yakin jika itu ponselku, dengan segera aku mengambilnya lalu melihat siapa yang menelponku dalam keadaan seperti ini?

Ellena Winters

Nama itu terpampang jelas di layar. Ternyata Ella yang menelponku, tetapi mengapa ia menelponku? Apakah ia ingin datang menjemput Cattie dan membawanya pergi? Tidak.. tidak. cattie tidak akan pergi kemana-mana hanya aku yang boleh memilikinya.

'Halo'

'Ya Elle ada apa?'

'Dimana Cattie? Kenapa ponselnya tidak aktif, apakah gadis itu baik-baik saja?'

'Ya-ya dia.. dia sedang tidur'
Jawabku berbohong.

'Syukurlah, beri tahu dia kalau aku hamil. Dia pasti sangat senang mendengarnya'

'Okay'

Jawabku singkat lalu kuputuskan sambungan. Elle hamil, Cattie sangat menyukai bayi, dan ia akan senang mendengar berita bahwa Elle hamil ,tapi aku benar benar menyesal,
aku yang membuat cattie tidak bisa mendengar berita itu langsung dari mulut Elle.

Dan sekarang aku berada di ruanganya. Di samping tubuhnya yang terbaring lemah bersimpuh pada selang oksigen yang menutupi hidung dan juga perban yang hampir membalut seluruh tubuhnya. Suara monitor yang berbunyi juga berhasil membuat kebisingan di dalam ruangan ini.

Aku menatap nanar matanya yang terpejam. Disudut mata kanannya terdapat lebam keunguan yang kuyakin itu bekas tamparanku. Yatuhan aku tidak sanggup melihat hasil karyaku sendiri. Ia begitu mengenaskan.

"Hai sweety, aku tau aku kejam. Aku sangat kasar kepada gadis polos sepertimu dan ini hasilnya, maafkan aku sayang. Tolong jangan tinggalkan aku, aku menyayangimu. Aku akan berubah seperti apa yang kau inginkan, tapi aku mohon jika kau sadar nanti tolong jangan menjauh dariku, aku mencintaimu. Maafkan aku.. aku benar-benar menyesal Cattie, maafkan aku"

Setetes bulir bening berhasil luruh dari salah satu mataku. Aku tidak percaya jika aku menangis. Ini mustahil, tapi baru saja aku melakukanya. Aku menangis.

Drtt drtt

Ponselku kembali bergetar, tapi ini bukanlah sebuah panggilan melainkan pesan tanpa nama. Kemudian aku membukanya.

"She's gonna die"

Seketika tubuhku menegang. Tanganku bergetar hebat, siapa pemilik nomor ini?

Aku mencoba menelpon nomornya tapi sial nomor itu sudah tidak aktif. Aku terus mencoba menelpon nomor itu berulang kali, tetapi hasilnya tetap sama. Aku benci dengan teror! Bisakah orang itu langsung datang saja dan bertatap muka denganku? Mengapa ia harus menerorku?

Pikiranku benar-benar kacau. Aku langsung menelpon wegner menyuruhnya untuk menjaga ketat seluruh mansion dan Lakukan penahanan ditempat jika ditemukan tanda tanda penyusup. Aku yakin jika orang yang menerorku itu sama dengan orang yang membunuh Lunella dan aku sangat ingin tau siapa orang itu.

Tidak lama dari aku selesai menelpon wegner, dia kembali mengirimkanku pesan gambar melalui nomor yang berbeda dan bertuliskan "Coming soon :)" pada sebuah kertas usang. Tulisan tersebut berwarna merah dengan emoticons smile yang berwarna hitam, tapi yang membuatku geram adalah background dari pemotretan gambar itu. Kau tau apa? backgroundnya adalah mansionku.

Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus kesana untuk membereskan semuanya.

"Cattie aku harus pergi, kuhomon jangan membuka matamu sebelum aku datang"
Kemudian aku mengecup keningnya.

Sebelum aku pergi meninggalkanya di sini aku menyuruh empat anak buahku menjaga ketat ruangan Cattie dan tidak ada yang boleh menjenguknya walaupun itu teman sekelasnya sampai aku datang.

Setelah keempat anak buahku memahami semua ucapanku baru aku melangkah pergi meninggalkan ruangan Cattie untuk menyelesaikan semua ini.

*

"Sean!"

"Mama? Mengapa mama bisa ada disini?" Mataku membulat sempurna saat aku tau mama telah ada di depan. Aku tidak fokus untuk melihat jalan karena tatapanku hanya terfokus kepada handphone.

"Dimana gadis itu?"
Pertanyaannya kali ini benar-benar membuatku kaget setengah mati. Bagaimana mama bisa tau tentang Cattie? Atau jangan jangan maid dirumah yang memberitaunya? Oh itu sudah pasti. Siapa lagi jika bukan para bawahanku.

"Kau tidak perlu tau"

"Dimana gadis itu Sean? Mengapa kau tidak pernah berhenti memperlakukan wanita menjadi budak seksmu ha?!"

"Mama! Sebaiknya mama pergi dari sini!"

"Tidak, mama ingin bertemu dengan gadis itu dimana dia?"
Aku menggeleng cepat lalu menarik tubuhnya mengikutiku.

"Gadis itu tidak boleh bertemu dengan siapapun"

_______________________________________

Vote

Adore You [Republish]Where stories live. Discover now