Story Fabiez

5.8K 268 11
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.

_______________________________________

Aku turun dari mobil dan langsung berlari masuk kedalam rumah. Jantungku loncat kesana kemari tanpa berhenti karena ini pertama kalinya Aldrich menciumku. Aku malu dan juga senang tentu saja, tapi rasa malu lebih mendominasi. lalu aku menarik napas sedalam mungkin kemudian menghembuskanya perlahan berulang kali hingga kurasa jantungku kembali normal.

Kakiku melangkah cepat ke arah sofa merah yang terletak di ruang tengah kemudian melemparkan tasku keasana dan berlari menuju dapur. Rasa malu tadi membuat perutku lapar sekarang. Lantas tanganku mulai membuka pendingin makanan dan menemukan bungkus macaroni disana. Aku mengambil bungkus macaroni itu lalu menuangkanya ke dalam panci yang sudah kuiisi air. Mungkin seperti ini cara memasaknya batinku.

"Maaf nona Katheryn biar saya saja yang memasaknya" aku tersentak dari tempat dan langsung menoleh ke samping yang ternyata adalah seorang koki. huh bikin kaget saja gumamku.

"Baiklah maafkan aku mengacaukan dapurmu" cengiran lebar kutampilkan di bibir dan aku merasa beruntung dia menghampiriku jika tidak mungkin dapur ini akan meledak dalam hitungan beberapa menit kedepan.

"saya Fabiez nona, koki handal dirumah ini" dia tersenyum sambil menampilkan gigi. Kumis tipisnya merekah mengikuti garis bibir.
Tunggu dulu, fabiez, bukankah ia papa luna? Jadi aku sedang berbicara dengan papa dari teman dekatku?

"Kau papa luna?" ia menatapku tapi tangannya masih asik mengaduk macaroni yang ia rebus. ia kembali tersenyum, aku menyukai senyumanya. Terlihat tulus.

"Nona mengenal luna? Ya aku papanya sudah lama aku tidak pulang nona, aku merindukan luna" mataku menatapnya dengan sedih. Apakah sean tidak memberikan hari libur untuk seluruh asistennya? Jahat sekali dia.

"Luna sahabatku, aku menyukai sikapnya yang pendiam dan tidak banyak bicara." bibirku kembali tersenyum dengan semangat semoga saja senyumku mampu membuatnya tidak bersedih lagi.

"Ya dia memang seperti itu nona.
Apakah saya boleh bertanya?" Kepalaku mengangguk cepat.

"Bertanyalah Fabiez, aku akan menjawabya dengan senang hati" dia meletakan macaroniku kedalam mangkuk lalu menaburinya dengan keju bubuk. Matanya kembali menatapku dan aku tersenyum sumringah ketika dia memberikan macaroninya kemari lalu aku berjalan kearah meja makan diiringi dengannya yang mengikutiku dibelakang.

"Apakah nona kekasih tuan sean?" Tanganku berhenti menyendokan macaroni yang sudah bertumpukan di sendok. Aku kembali meletakan macaroni itu kemangkok.

"Bukan, aku keponakan temanya. Dia hanya berbaik hati kepadaku menawarkan tempat tinggal. Ada apa?" Tanganku kembali menyendokan macaroni itu kedalam mulut. Aku mengunyahnya dengan perlahan sambil menunggu jawaban dari fabiez yang terlihat ragu

"Tidak ada nona, hanya saja nona terlalu muda untuk menjadi kekasih tuan sean" kekasih sean? Tidak aku bukan kekasihnya bahkan umurku saja baru menginjak 16 tahun sangat tidak mungkin aku berpacaran dengan pria berusia 25 tahun dan sean juga sepertinya tidak menginginkanku menjadi kekasihnya. Dia hanya menyayangiku sebatas adik.

"Aku.. bukan. Apakah sean memiliki kekasih?" Pertanyaan macam apa itu. Jika sean memiliki kekasih pasti dia akan mengenalkanya kepadaku. Dan fabiez tidak akan bertanya aku kekasihnya atau bukan. Tapi Tunggu. Aku ingat Roselli ya Roselli wanita itu apakah wanita itu kekasih sean? Bisa jadi.

"Tidak, hanya saja dia memiliki masa lalu yang suram dengan kekasihnya" jawabanya sukses membuatku berhenti makan. Mungkin dia akan sukarela menceritakan sebuah kisah seorang sean yang dicampakan kekasihnya atau aku yang akan memaksanya menceritakan itu. Dan ini akan menjadi cerita terfavoritku sepanjang masa.

Adore You [Republish]Where stories live. Discover now