America

4.2K 188 2
                                    

Pagi ini seperti biasa, aku telah mandi dan makan dan Sean ia masih asik dengan dunia mimpi. Aku berniat untuk mengganggu tidurnya, tapi sebelum itu aku harus merapihkan baju terlebih dulu jika tidak kau tau sendiri akibatnya, bajuku bisa tertinggal semua disini.

"Huft selesai juga akhirnya"

Setelah semua pakaian yang kubawa telah rapih di dalam koper, aku beranjak memindahkannya ke pinggir lemari dan menimang niat yang tadi kurencanakan. Hmm.. sepertinya asik juga mengganggu Sean tidur supaya pria kebo itu bisa bangun. Lantas aku segera berlari kedalam toilet mengambil air yang kuwadahkan dalam gelas dan membawanya keluar, Setelah itu aku berjalan santai menuju kasur untuk menarik selimut yang dipakai olehnya.

'Yatuhan sangat menjijikan melihatnya seperti ini'

Batinku bersorak ria untuk segera melakukan ritual yang sudah kusiapkan. Gelas yang berisi air ini langsung saja aku siramkan kearah wajah Sean dan tanpa hitungan detik ia langsung terbangun dengan wajah kaget yang membuatku tertawa.

"HOLLYSHIT!" Ia memekik dan belum menyadari keberadaanku. Dengan segera aku berlari kearah kamar mandi kemudian mengunci pintunya, aku tidak mau Sean menangkapku kali ini.

"What the fuck are you doing Cattie?! Damn. Asshole! I'm gonna fuck you now!"

Tukasnya marah dan aku yakin jika dia sedang menuju kearahku sekarang. Jantungku berdetak semakin cepat, suara cekikikanku berhenti seiring dengan gedoran pada pintu yang kuat. Yatuhan.. apakah ia sangat marah?

"Open the door!" Teriaknya sangat jelas di telinga, sontak aku langsung memundurkan langkah menjauhi pintu.

"No" jawabku dengan suara yang tidak kalah keras.
"Go away!" Timpalku lagi dan gedoran pada pintu pun melemah menjadi sebuah ketukan lembut.

"Open the door baby" suaranya juga ikut melembut. Aku merasa kasihan dengannya. Akhirnya aku mengalah dan membukakan pintu untuknya.

1

2

3

"Aaaaa" Tiba-tiba ia langsung mengangkat tubuhku dengan cepat dan melemparnya ke tempat tidur. Tubuhku benar-benar terkejut karena belum siap. Ia sangat mengejutkan!

"Seann!"

"Fuck you cattie!" Ucapnya dengan seringaian dibibir.

"Fuck me, huh?" Balasku sembari memasang wajah nakal yang membuatnya kembali tersenyum. Aku tidak tau kalau aku bisa senakal ini sekarang, bukankah itu semua ajarannya?

"Right now right here"

"No no no sean" aku menahan tanganya yang ingin melepas paksa baju atasku. Gila dia gila. Aku tidak mau kehilangan keperawanan yang sudah kujaga hampir 17 tahun walaupun dulu aku pernah ingin menyerahkannya.

"Kau ingin memperkosaku, ah! Sean" dan aku kalah. Bajuku terlepas sudah. Ia merobeknya sangat ganas sambil menatapku penuh arti. Aku tidak bergeming sama sekali, tatapan yang tadinya nakal berubah lembut membuatku tersirna. Sean sangat menakjubkan.

"No baby aku tidak akan memperkosamu, aku hanya ingin bercinta denganmu" ucapnya dengan hembusan nafas di akhir. Aku bisa merasakan hawa panas menerpa wajahku. Bibirnya yang merah itu terbuka sedikit membuatku ingin mengigitnya.

Aku masih diam sambil terus menatap matanya yang tidak berkedip. Dengan berani kedua tanganku memegang rahangnya yang keras. Oh lihatlah tanganku sangat kecil di wajahnya yang besar ini. Ia terlihat seperti raksasa di atasku.

"Apa bedanya?" Tanyaku memastikan. Bukankah itu sama saja melakukan hubungan badan?

"Bercinta dilakukan tanpa paksaan" jelasnya singkat dan ia langsung menciumi tanganku yang masih memegang rahangnya hingga ke lengan atas. Nafasku memburu, aku tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh pria manapun dan hanya Sean yang baru melakukanya, lalu ia memegang kakiku untuk mengalungi pinggangnya dan aku menurut. Bibirnya yang lembab menciumi pundakku hingga ke leher sampai berhenti pada bibir.

"Kau sudah selesai kan?" Ciumannya berhenti sambil menatapku lekat. Memang aku sudah selesai, tapi aku belum siap jika melakukan sex dengannya. Kau tau, jujur aku pernah meminjam diam-diam ponsel Sean untuk menonton video dewasa dan aku merasa kasihan dengan wanita yang selalu berteriak kesakitan. Aku tau itu nakal sekarang tapi aku sudah meminta maaf kepada tuhan supaya Dia tidak menghukumku karena menonton video dewasa.

"Aku..aku sudah, ta-tapi aku belum siap" pernyataanku membuatnya menjauh. Apa aku salah? Ini memang yang kurasakan sekarang, aku tidak ingin menjadi wanita-itu. Maksudku merasakan kesakitan seperti dia.

"Sean?" Aku memanggilnya dengan ragu. Aku takut jika Sean murka karenaku, tapi apa jadinya jika aku tidak menikmatinya kan?

"Sudahlah" jawabnya dengan ketus lalu pergi meninggalkanku. Hatiku mencelos perih. Semua itu menjadi bukti jika dia hanya hanya menginginkan tubuhku dan sudah terjawab dari sikapnya saat aku menolak. Aku bukan pelacur, kumohon jangan anggap aku seperti itu.

-

Amerika, Los Angeles.

22.00 AM

Malam ini aku tidak tidur dengan Sean, kurasa lebih baik jika memilih tidur sendiri walaupun ia sempat memaksaku untuk bersamanya tadi, namun aku tetap menolak. Aku masih belum bisa menerima kenyataan jika Sean hanya menginginkan tubuhku dan aku juga belum bisa merelakan tubuhku dinikmati olehnya.

Sikapku sangat cuek, tetapi Sean masih tidak peka kenapa aku bersikap seperti ini. Ia tak mempedulikan kalau aku sedang marah, seperti tadi, saat ia bertanya kepadaku 'lebih cocok memakai baju atau tidak' aku hanya menaikan sebelah alisku lalu pergi meninggalkanya dan ia hanya diam tanpa menanyaiku lagi.

Dan saat kami sampai di bandara dia menyanyakan hal konyol lagi kepadaku. Aku masih mengingat jelas pertanyaannya. 'Cattie, apakah penisku sepanjang terong?' Aku tak menggubris, tetapi ia terus-terusan mengganggu sampai aku menjawab 'ya! Terong belanda!' dengan sangat ketus. Apakah ia tidak memiliki pertanyaan bermutu selain membahas penisnya yang tidak ada untungnya denganku?

Tetapi aku tertawa ketika mengingat wajah kagetnya saat mendengar jawaban dariku. Dia memang aneh.

Huft

Sudahlah yang terpenting sekarang aku sedang marah dengannya dan mungkin akan berlanjut sampai lusa.

______________________________________

VOTE YA.  GA VOTE BACOK NI!🔪🔪

Adore You [Republish]Where stories live. Discover now