italia

5.4K 251 6
                                    

Udah ah langsung aja baca
Capcuss
.
.
EH TUNGGU..
VOTE DULU YEA!
.
.
_______________________________________

Katheryn POV

Tidak kusangka ternyata aku akan berangkat ke italia dalam beberapa menit kedepan. Sekitar 25 menit untuk menempuh jarak ke bandara. Dan kau tau? Sean memilih pesawat dengan fasilitas termewah di sini dan aku belum pernah menumpanginya.

Sedari tadi mataku terus memandang keluar menjelajahi gedung gedung tinggi dengan mobil mewah yang terparkir rapih dibarisan. hatiku terus berdebar menunggu agar mobil yang dilajukan romusa ini cepat sampai ke bandara, aku tidak sabar menanti menaiki pesawat mewah yang pasti harga satu ticket nya mampu untuk membangun rumah.

"Kenapa kau dari tadi diam saja cattie, apa yang terjadi?" Sean memecahkan keheningan yang berlangsung di dalam mobil. Aku memutar kepala menghadapnya, oh gosh dia sangat tampan aku tidak kuat menatapnya seperti ini.

"Ah, em aku hanya.. em.. merasa sangat senang" jawabku dengan ekspresi bahagia yang kupastikan ia akan tersenyum melihat tingkahku.

"Kau pendiam ya saat bahagia"
Tanganya mencubit hidungku gemas membuat hidungku seakan ingin tercabut dari sana. Aku akui ia memang kuat tapi tidak dipraktekan dengan hidungku.

-
Venesia, italia

22:15 PM

Disinilah aku berdiri sekarang, dikota apung italia atau lebih dikenal kota venesia. Kota teromantis yang pernah kukunjungi. Dan aku langsung berlari ke arah jendela yang menyuguhkan pemandangan grand cannal membelah di tengah kota. Menakjubkan! Ini sungguh menakjubkan. Aku tidak pernah membayangkan berada disini seperti berada di negeri dongeng yang selalu kudengar dari cerita guru.

Lampu lampu yang menghiasi sepanjang sungai dan jembatan, juga perahu dayung yang berhilir mudik melewati aliran sungai menambah keromantisan kota ini. Aku merasa ingin loncat dari jendela hotel lalu berenang di sungai yang kurasa airnya tidak sedingin es. Sudah terlalu lama aku memandangi keindahan Venesia hingga aku tidak menyadari jika tiba tiba sebuah tangan besar melingkari sepanjang garis perutku. Aku tersentak lalu menolehkan wajah kesamping dan mendapati wajah sean yang tengah menyender di bahuku.

Hembusan napas sean menerpa kulit leherku yang membuat diriku merinding seketika. Tanganya juga tidak diam untuk terus mengusapi perutku menambah kegelian disana.

"Kau-" ucapanku terhenti ketika bibirnya mulai menyentuh bibirku dengan pelan dan penuh kelembutan, tetapi tak lama ia melepasnya dan seketika batinku merasa sedih, seperti ada rasa yang hilang.

"Kau menyukai suasana romantis?" Suaranya seakan menembus telinga. Mataku mengerjap berulangkali untuk mengembalikan pikiranku yang melayang entah kemana.

"Ya.. tapi tidak untuk waktu lama" pandanganku kembali kualihkan keluar jendela mengedar keseluruh penjuru kota yang tertangkap oleh pandangan mata.

"Aku ingin melakukanya"
Suaranya yang berat berhasil membuat bulu romaku berdiri. Daguku di tolehkan kearah wajahnya yang tampan itu. Mataku bertemu dengan matanya yang berkabut. Tanganya mengusap pinggangku dengan perlahan yang membuat getaran aneh disana.

Tubuhku terpaku sedangkan mataku tidak melakukan gerakan apapun selain berkedip. Lantas ia mulai menarik tubuhku kearahnya yang membuatku seketika berjinjit. jarak wajahnya denganku sangat dekat bahkan Aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa dan ujung dari semua itu berakhir dengan ciuman. Tidak ada kekasaran saat dia menciumku aku menikmatinya lalu ia menggendongku dan meletakanku keatas kasur.

Dia melepas kemejanya lalu kembali menciumku. Tanganya menyingkap gaunku, namun kutahan ketika ia ingin melepas dalamanku. "Biar aku saja, nanti kau merobek dalaman kesayanganku"

Dia terkikih aku mendengus sebal melihatnya terkikih kemenangan seperti ini. Setelah celana dalamku terlepas tanganya mulai beraksi menggesek lipatan aset membuat tubuhku menggelinjang geli.

"Ahh please.." aku memohon untuk tanganya masuk kedalam. Dia menyiksaku seperti ini membuatku gila. Oh my gosh aku tidak bisa berpikir jernih. Aku menginginkanya dan setelah itu jarinya masuk kedalamku dengan penuh. Aku melengguh merasakan jarinya yang mulai berputar dibawah sana. Sean tersenyum nakal melihatku. Jari jarinya bergerak cepat dibawah sana membuatku benar benar gila.

"Seann aahhh.. see" tangan kirinya memiringkan tubuhku ke kanan lalu menurunkan resleting gaun yang aku kenakan dan melepasnya hingga hanya menyisakan bra-ku saja sedangkan tangan kanannya masih mengocok intiku semakin cepat.

"Aahh shit.." aku tidak bisa melanjutkan ucapanku lagi rasanya seperti ingin meledak.

"Aaahhh seann.." dan aku melepasnya. Tanganku mencengkram bahunya dengan kepalaku yang mengadah. Aku merasakan rasa ini lagi dan tetap bersama sean.

Aku merasakan jika sean mencium milikku, menjilatnya. Tanganku meremas rambut sean kuat tidak sanggup jika dia memberikanya lagi.
Tiba tiba kepalanya keluar dari sela pahaku menelusuri perutku kemudian naik kearah gundukan asetku.

"Aku tidak ingin kau menunjukan ini kepada pria lain" dia menunjuk asetku dengan dagunya lalu mencium belahanku. Kepalanya semakin naik keatas dan berhenti tepat di bibirku lalu menciumnya.

"Aku tidak ingin kau menyentuh bibir pria lain menggunakan ini" dia menekan ciumanya semakin dalam yang membuat bibirku terasa sakit karena bertekanan oleh gigi.

"Ahh.." lantas desahan kembali lolos dari mulutku ketika jarinya berhasil menerobos asetku dengan sekali sentakan kuat.

"Dan aku tidak ingin jika kau melakukan ini dengan pria lain walaupun aku belum memasukimu" kemudian ia mencabut jarinya dariku dan itu membuat tubuhku merasa kesal karena jarinya. Tidak seharusnya dia mempermainkanku seperti ini.

Aku mengangguk menyetujui semua perintahnya. Lagipula siapa yang akan melakukan hal seperti itu dengan pria lain? Aku juga tidak mau terkena penyakit AIDS karena berganti pria untuk Sex. Tidak tidak aku tidak pernah berpikir seperti itu. Mencobanya saja belum apalagi berpikir.

"Kita akan memulainya" lagi dan lagi suara yang mampu membangkitkan bulu romaku berbunyi dengan nada yang benar benar seksi ditelinga dan dia baru saja mengucapkan kata yang membuatku merinding.

"Tunggu, apa kau ingin membuat bayi?" Tukas ku lalu dia mengangguk.

"Ya kau menginginkanya bukan?" Dia menjawab dengan antusias. Aku memang menginginkan bayi tapi apa aku bisa merawatnya? Lagi pula bagaimana jika aku memiliki perut buncit karena hamil, bukankah itu merepotkan. Dan juga aku masih sekolah.

"Tidak" ya aku harus menjawab tidak jika iya aku akan hamil. Aku tidak mau memiliki perut buncit. Aku tidak mau teman temanku mengataiku 'si perut badut' bukankah itu lelucon mengerikan?

"Kenapa?"

"Aku tidak mau memiliki perut buncit nantinya" aku ingin bayi tapi aku tidak ingin perut buncit. Seharusnya sean mengerti apa yang aku inginkan.

"Kalau begitu aku akan mengenakan pengaman, jadi kau tidak akan hamil" tegasnya. Otaku kembali berpikir. Mengenakan pengaman supaya tidak hamil? Ide bagus. Tapi apa tidak sakit jika pengaman itu masuk kedalam diriku? Bagaimana jika pengaman itu tertinggal di dalam sana?

"Tidak" jawabku sekali lagi. Aku selalu mempertimbangkan resiko yang terjadi di kemudian hari. Lebih baik aku jawab tidak karena aku takut terjadi apa apa dengan diriku.

"Maumu apa?" Dia menyugar rambutnya kebelakang dan menatapku kecewa. Aku mengerutkan kening memikirkan apa yang kumau sekarang. Sepertinya membaca novel sampai pagi bisa menambah kebahagianku malam ini.

"Aku ingin baca novel"

_______________________________________

Vote ya makasih.

-Rafaefazelt-

Adore You [Republish]Where stories live. Discover now