Hi-Fi : AADD?

65.9K 9K 466
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Seharusnya, julukan makhluk paling tidak jelas itu tidak disematkan pada kaum hawa, melainkan pada kaum adam seperti Dimas.

Apa salahnya membuat Steffi baper? Begitu katanya?

Apa cowok itu tidak berpikir bahwa jantung Steffi sudah hampir melompat keluar atau aliran darahnya tiba-tiba berhenti akibat ucapan Dimas tersebut?

Apalagi Steffi tidak terlalu biasa dengan sikap Dimas yang sekarang 'agak' ramah dan murah senyum, walaupun tidak dipungkiri bahwa Steffi menyukai hal itu.

Ada apa dengan Dimas?

"Please deh, Dim. Jangan bikin gue baper terus berharap sama lo," ungkap Steffi jujur. Ia menatap Dimas yang kini juga menatapnya.

"Itu hak lo buat berharap, tapi gue nggak janji buat bales." Dimas mengangkat bahu dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Steffi mendengus, ia memukul lengan Dimas. "Lo itu jahat, Dimas. Jahat!"

Dimas menoleh, dan mengangkat bahunya lagi.

Steffi memutar bola matanya malas. "Sebenernya lo berubah kayak gini tuh kenapa sih? Kok semenjak gue sakit lo jadi rada baikan gini sama gue?"

"Ada pokoknya."

"Duh Dimas, kalo gue nggak suka sama lo mungkin udah gue bejek-bejek itu muka."

"Ya udah bejek-bejek aja."

"Beneran?"

"Terserah."

Steffi mencubit kedua pipi Dimas kencang, membuat cowok itu mengaduh.

"Aw! Sakit Steffi!"

"Katanya tadi terserah?"

Ernest yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena sejujurnya ia tahu mengapa Dimas bisa bersikap agak berbeda terhadap Steffi.

Karena ia juga yang bertanggung jawab untuk hal itu. Ernest tertawa dalam hati, kalau dipikir-pikir alasannya agak konyol. Tapi untuk cowok yang beberapa hari yang lalu sedang bimbang seperti Dimas, ternyata cara itu berhasil.

"Tapi nggak gitu juga, Steffi. Duh."

"Salah sendiri bikin baper anak orang." Steffi menjulurkan lidahnya.

"Salah sendiri kenapa baper."

"Tapi kan gara-gara tingkah lo gue jadi baper," sengit Steffi tak mau kalah.

"Dasar baperan."

"Dasar PHP."

"Baperan."

"PHP."

"Baperan."

"PHP."

"Steffi, Dimas, bisa tenang sedikit? Atau mau saya hukum?" ucap guru mereka tiba-tiba.

Bukannya tenang, suasana kelas malah menjadi gaduh karena semua siswa menggoda mereka secara kompak.

"Bentar lagi ada yang jadian nih."

"Cie penjahat Wi-fi bakalan jadian."

***

Hi-Fi (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now