Hi-Fi : Yang Gratis Memang Menarik Perhatian

228K 17.7K 1.3K
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Dimas membersihkan kaca matanya sambil mengembuskan napas berat, kini ia sedang duduk di kursi yang dikelilingi oleh hampir semua teman sekelasnya. Mereka kini sedang 'menikmati' internet gratis yang ia bagikan melalui benda bernama mifi miliknya yang baru kakaknya belikan seminggu yang lalu.

Sebenarnya Dimas tidak sebaik itu, tujuan awal mengapa ia sampai berbaik hati adalah agar tiga teman sekelompoknya bisa mencari materi untuk tugas Bahasa Indonesia yang Pak Handoko berikan.

Tetapi yang gratis memang selalu menarik perhatian, satu persatu temannya mulai menghampirinya dan meminta password yang harus dimasukkan.

Mereka kini ribut satu sama lain karena kapasitas maksimal hanya bisa terhubung ke sepuluh perangkat, sedangkan jumlah mereka tiga kali lipatnya.

"Eh Ernest! Gantian dong! Gue mau update snapgram nih, biar disebut anak hits!" teriak Yuka dengan suara yang tidak bisa disebut pelan.

"Bentar elah! Nanggung, gue masih belum war."

"Manu Rios ganteng gila!" Dona memekik kencang sambil menatap layar ponsel.

Dimas menggelengkan kepalanya heran. Apa mereka begitu senang? Dimas kemudian menyadari satu hal, siswi di kelasnya pasti tak akan ragu untuk mengantri ketika ada pembagian 'Roti Jepang' di kantin. Sedangkan para siswa mungkin akan segera mengantri ketika terjadi pembagian korek kuping secara gratis.

Pak Handoko masih belum kembali dari ruang guru, sehingga suasana ribut itu belum bisa terkendali.

Dimas menoleh ke arah kiri, bermaksud menatap apa pun di luar jendela. Tetapi pandangannya malah terpaku pada Steffi, si juara kelas yang tampak asyik sendiri. Cewek itu terlihat sedang mendengarkan musik dengan headset, tetapi matanya sendiri tak lepas menatap ponselnya.

Rambutnya yang hanya sepundak tergerai indah, dan entah mengapa Dimas senang melihatnya.

Dimas menaikkan sebelah alisnya, mungkin hanya Steffi yang masih memiliki malu, atau gengsi? untuk tidak meminta hotspot padanya.

Dimas melirik ponselnya sendiri yang terdengar berbunyi beberapa kali, penyebabnya tak lain adalah notifikasi dari aplikasi Instagram.

"Eh Dim! Si Ernest nonton YouTube!" Dimas mendengus. "Ernest, gue tadi bilang jangan buka YouTube atau download file yang ukurannya gede. Lo nggak denger?"

Ernest berdecak. "Gue denger, tapi jujur kagak peduli. Lagian elo kalo berbagi yang ikhlas dong, masa pelit sama sahabat sendiri."

Dimas menyerah.

Sesuatu yang ia simpulkan adalah, seringkali orang yang diberi terlalu keenakan dan bertindak lebih 'buas' dari yang memberi.

Ya sudah, hitung-hitung sebagai amal.

"Buset Dim! Sekarang Si Ernest download Japan Astagfirullah Video!" teriak Yuka sekali lagi sambil menutup matanya dengan tangan.

"ERNEST!" bentak Dimas akhirnya.

***

A.n : hohoho ini adalah short story pertama saya, jadi mohon kritik dan sarannya agar lebih berkembang lagi:)

Nantikan versi cetaknya ya, guys (Yap, Hi-Fi akan terbit dalam bentuk buku!)

Who's excited?!?!?!

More info bisa kalian pantengin Instagram (at)bayupermana31_ atau (at)penerbitclover

See you:))

Hi-Fi (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang