TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA
[BEBERAPA CHAPTER TELAH DIUNPUBLISH]
#Trueshortstory
Dimas menyesal dulu pernah memberikan password mifi-nya secara cuma-cuma, karena setelah itu ada satu gadget yang selalu terhubung denga...
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
***
Dimas yang sedang menggambar corat-coret di bukunya mendongak ketika seseorang menyodorkan sebuah minuman susu rasa pisang. Yang membuat Dimas heran adalah orang yang kini ditatapnya, dia Steffi.
"Apa?"
Steffi mendengus lalu duduk di meja kantin tepat di depan Dimas. "Ini dari gue, buat lo."
Dimas mengernyitkan dahi. "Buat apa?"
"Ini sebagai ungkapan permintaan maaf gue ke elo."
Dimas kembali melanjutkan aktivitas menggambarnya. "Oh."
"Diterima nggak nih?"
"Lo tau gue suka ginian darimana?"
"Dari Ernest."
"Oh."
Steffi geleng-geleng kepala tidak mengerti. Mengapa makhluk bernama Dimas ini kelampau cuek dan acuh tak acuh kepadanya?
"Woy, lo maafin gue nggak?"
"Nggak," jawab Dimas cepat.
"Kok enggak sih?" Steffi mencebik tidak mengerti.
"Lo pikir dapet maaf dari gue itu gampang? Nggak, lo harus buktiin permintaan maaf ini tulus."
Steffi berdecak. "Terus gue harus ngapain?"
"Ya pikir sendiri."
"Dasar ya cowok itu.."
"Berisik. Kalo nggak ada urusan lagi mending lo ke kelas."
Steffi berkacak pinggang. "Oke, gue bakalan cari cara buat minta maaf dari elo."
"Silakan."
"Lo tunggu aja nanti!" Steffi berbalik dan melangkah menuju kelas dengan langkah yang dihentak-hentakkan.
Entahlah, tetapi firasat Dimas menjadi tidak enak. Jangan sampai Steffi melakukan hal-hal di luar dugaan.
