"Kamu ngebahayain diri sendiri demi cewek yang tega ngerusak kita? Iya?" Tanya Iqbaale sedikit membentak, namun tetap berbisik.

"Tadi aku kira dia sepupu jauh ku yang baru pulang dari Ausie," Gumam Nk memberi alasan kenapa ia hampir terpeleset akibat seseorang yang dateng. "Ternyata malah si Danti yang datang." Ucapnya memancarkan kekecewaannya. Ya, wanita tadi adalah Diyanti, Diyanti yang berpenampilan berbeda; rambutnya yang slama ini tertutup jilbab, kini tergerai sedikit bergelombang dengan warna coklat seperti orang bule, entah alasan apa dia berubah 180 derajat seperti itu.

"Riana bilangnya lusa, kan?" Tanya Iqbaale mengingat email yang diterima Nk dari sepupu jauhnya.

"Iya sih, tapi kan dia suka kasih kejutan gitu. Jadi aku pikir..."

'tingtong...'

Bunyi bell membuat kata-kata Nk terpotong. Dan dengan amarah yabg masih ada, Iqbaale membukanya dan menatap datar Diyanti yang masih memasang senyumnya.

"Mau apa kesini?" Tanya Iqbaale datar. Nk mengintip melewati bahu Iqbaale yang tingginya sama dengan tinggi badannya.

"Apa salah aku menemui suamiku sendiri dan calon istrinya?" Ujar Diyanti dan melirik Nk saat menyebutkan 2 kata terakhir.

"Salah!" Sahut Iqbaale cepat, tatapan dan arah matanya masih tak berubah, namun genggaman tangan dibalik tubuhnya pada Nk kian erat, siap untung menarik tangan Nk dan membawanya kabur.

Diyanti kembali menatap Iqbaale, lalu senyuman tipisnya menjadi senyuman licik yang Iqbaale hapal. "Ayo lah, kita bertiga bisa hidup akur, bukan?" tuturnya seperti membujuk.

"Loe pikir gue percaya lagi sama elo?"
Iqbaale mendekatkan wajahnya kewajah Diyanti.

Nk yang melihat nya hanya memejamkan mata, takut mimpi buruk kembali hadir.

"Rasa kepercayaan gue ancur, ngerti?" Bisik Iqbaale dan menatap leser wanita dihadapannya yang awalnya nampak bahagia karna mendapat kecupan manis, ternyata salah.

"Ka, kamu tau dari mana aku tinggal disini?" Rasa penasaran Nk tak bisa dibendungi lagi, dengan tubuh mungilnya yang masih ada dibelakang Iqbaale, ia memberanikan diri untuk bertanya. Karna memang, Diyanti belum pernah datang kemari sejak Nk dan Diana pindah 2 tahun yang lalu.

"Gue minta alamat loe dari ayahnya anak yang loe kandung itu." Jawab Diyanti lancar, dan tatapan yang ia berikan pada Nk, seakan meremehnkan.

Mendengar jawabannya, Iqbaale mengerutkan dahinya dalam. "Gue ga pernah ngasih alamat Nk ke elo." Ujarnya heran.

"Emang kamu yakin anak itu anak kamu?" Tangan Iqbaale tak bisa dikendalikan lagi, dia langsung melepas genggaman pada tangan Nk dan langsung mencekik leher Diyanti dan memojokkan wanita itu ditiang teras rumah. Tentu saja Nk terkejut dengan sikap Iqbaale itu, ia langsung berusaha menenangkan pria itu, walau kenyataannya sulit.

"Punya rencana apa lagi loe?! Heh?! Sebutin!" Teriak Iqbaale yang seakan berusaha mengakhiri hidup Diyanti.

"Baale, kita bisa ngobrol baik-baik. Ga kayak gini!" Ujar Nk masih berusaha memisahkan keduanya. Dan Iqbaale tak menuruti ucapan Nk.

"Apa loe mau gue bunuh aja? Biar loe puas?" Ucap Iqbaale pelan.

Diyanti membulatkan matanya dengan sempurna. Ia langsung menggeleng sebisa mungkin.

"Kalo gitu bilang!"

Diyanti kian merapatkan mulutnya, dan tatapannya ia tajamkan pada Nk yang malah menatap dirinya bingung. "Kamu tanya aja ke cewek yang udah kamu belain slama ini. Apa dia punya rencana sama Bryan? Rencana yang mungkin ga jauh beda sama yang aku lakuin dulu." ujarnya dengan nafas memburu.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now