8. Menyerah

2.4K 177 56
                                    


"Bian ngajak cabut, lo mau ikut nggak?"

Sesaat setelah Razka mengangkat kepala, Sasya langsung menyandarkan keningnya pada bahu Razka.

Menyembunyikan kepalanya dari orang yang baru saja membuka pintu kelasnya. Jantungnya berdegup kencang, dadanya naik turun dengan cepat. Namun Sasya sedikit lega. Setidaknya bukan Bu Aurin atau teman sekelasnya yang memergoki mereka. Seperti yang Sasya kira.

"Nanti gue nyusul." Sahut Razka menatap temannya yang menggangu berdiri di ambang pintu. Lalu mengusirnya dengan gerakan dagu.

Sasya tidak mendengar respon apapun lagi selain suara pintu yang tertutup. Pertanda kalau sahabatnya Razka —kalau tidak salah dari suaranya terdengar seperti suara Gintang itu sudah pergi.

"Lo nge-grepe gue," ujar Razka memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Sasya mengangkat kepala dan menatap tangannya yang meremas kemeja bagian dada Razka. Lalu buru-buru membawa kedua tangannya ke belakang punggung dengan pipi merona.

"So-sorry,"

Gumam Sasya sambil menunduk lalu menggigit bibir bawahnya. Tapi sedetik kemudian Sasya memejamkan mata, menyesali permintaan maafnya.

Harusnya Razka yang meminta maaf padanya. Cowok itu keterlaluan dan kurang ajar. Nyaris mencuri first kiss nya. Sasya selalu berusaha menciptakan jarak aman dengan lawan jenisnya. Tidak pernah seintim itu dengan sembarang cowok. Tapi Razka sudah beberapa kali berhasil melakukannya.

Dan ... Posisi mereka tadi sangat memungkinkan Gintang yang melihatnya salah paham.

Razka menyandarkan bokongnya, setengah menduduki meja guru sambil terus menikmati eksepsi wajah Sasya yang sekarang terlihat dari samping.

"Ini baru pemanasan, lo udah syok duluan," ejeknya.

Tiba-tiba sifat posesifnya keluar, hanya Razka yang boleh menggoda dan mengambil kesempatan seperti barusan. Tidak boleh ada cowok lain selain dirinya.

Sasya semakin menundukkan kepala, membuat sebagian rambutnya menutupi sisi wajahnya. Sasya bukan lagi cewek polos yang tidak tahu apa-apa diusia remajanya.

Bisa dibilang Sasya penikmat drama Korea, yang di dalamnya disuguhkan scene romantis. Saling tatapan, bergenggaman tangan, pelukan, penyatuan bibir dan adegan yang lebih vulgar yang biasanya langsung Sasya skip. Sebagai cewek normal, Sasya ingin menyerahkan hal-hal seintim itu pada orang yang dicintai dan mencintainya. Melakukannya saat sudah dewasa dan menikah. Bukan karena paksaan atau keuntungan satu pihak saja. Apalagi kenakalan bertameng kesenangan menikmati waktu remaja.

Tapi Razka nyaris ... Ah, nggak. Lebih tepatnya mulai mencurinya satu persatu.

Rasa pegal karena sudah cukup lama berdiri membuat Sasya sadar, dia harus segara mengakhiri semua ini kalau hidupnya pengin kembali tenang dan normal lagi. 

Sasya menarik nafas panjang, sengaja menghembuskan nya sambil meniup poni rambutnya. Lalu menghadapkan tubuhnya pada Razka.

"Bi-bilang, apa yang lo mau sekarang?"

Razka menyeringai. Pertanyaan ini yang ditunggunya.

"Bilang kalo lo nyerah,"

After RWhere stories live. Discover now