11. Terpaksa

1.9K 136 16
                                    


Dari banyaknya alasan, reaksi dan pandangan orang-orang disekolah adalah yang paling Sasya takuti perihal menjadi pacar Razka.

Sasya dan Razka punya kepribadian dan keseharian yang berbeda dan berlawanan. Razka adalah most wanted boy sekolah. Cowok dengan sejuta pesona yang paling terkenal dan terbiasa menjadi pusat perhatian. Sedangkan Sasya, hanya siswi biasa yang malah sering mengasingkan diri dari keramaian.

Meskipun dulu begitu menyukai Razka, tapi Sasya selalu menasehati dan merendahkan diri untuk tidak berharap lebih menjadi pacarnya. Selain merasa sadar diri bukan tipe Razka, kehidupan keduanya yang berbanding terbalik 180 derajat juga menjadi penyebabnya.

Kurang lebih seminggu berurusan dengan Razka dan selama itu pula Sasya lebih merasa sensitif dengan lingkungan sekitarnya.

Sejauh langkah kaki Sasya membawanya melangkah dari gerbang ke kelas dan dari kelas ke kantin seperti sekarang ini, Sasya merasa pandangan orang-orang masih baik-baik saja padanya.

Itu artinya belum ada yang tahu status barunya dengan Razka.

“Tuh, kan, penuh!” keluh Shilla. Melihat bangku kantin yang nyaris sudah terisi semua.

“Pojok sana masih kosong tuh, Shil,” tunjuk Laura.

“Ya udah, ayo, kita duduk di sana!” Natya memimpin langkah lebih dulu, yang langsung diikuti oleh Shilla, Laura dan Sasya.

Sasya mengikuti ketiga temannya dengan gugup dan salah tingkah. Pasalnya dari langkah pertama kakinya menginjak lantai kantin, mata Sasya sudah bertemu pandang dengan manik mata milik cowok yang sekarang berstatus ehem ... Pacarnya.

Bahkan cowok itu masih terus memperhatikannya.

Melotot kaget lalu bergidik ngeri, Sasya menyesal sempat melirik Razka lagi. Karena cowok itu iseng menggoda dengan menepuk-nepuk pahanya. Memberi kode dengan seringai mesum agar Sasya duduk di atas pangkuannya.

Sasya menelan ludah lalu merapatkan tubuhnya pada Laura. Sedangkan ditempatnya, Razka tersenyum kecil tanpa dosa melihat tingkah lucu pacar barunya.

"Nggak lo ajak gabung sama kita?" Tanya Karel di samping Razka. Cowok itu ikut menatap cewek yang sedari tadi terus diperhatikan Razka.

"Sasya nggak bakal nyaman," sahut Razka pelan.

Sosis yang hampir tergigit di mulut Gintang spontan cowok itu keluarkan lagi mendengar ucapan sahabatnya. "Sejak kapan lo peduli sama kenyamanan orang?"

Razka tidak menjawab, cowok itu membuka minuman bersoda lalu menenggaknya.

"Dari kapan?"

"Apa?" Tanya balik Razka pada Karel.

"Pacaran sama Sasya?"

"Kemarin,"

"Lo maksa dia?"

Razka menggelengkan kepala. "Nggak. Kita punya kesepakatan." Jawabnya.

Hembusan nafas berat terdengar. "Nggak ngerti lagi gue, bahasa apa yang harus gue pake buat nasehatin lo." Keluh Karel.

"Gue ngejar Tamara terus-terusan salah, pacaran sama Sasya juga salah. Emang nggak pernah ada benernya gue di mata lo, kan?!" Gerutu Razka kesal.

"Lo nggak salah pacaran sama siapapun dan gue juga nggak bakal ngelarang," ucap Karel. "Cuma yang harus lo tau, selesaiin dulu perasaan lo sama masa lalu, baru pacarin cewek manapun yang lo mau!"

"Percaya sama gue, Az. Lo bakal ribet sendiri sama perasaan lo dan gue juga udah nggak mau ngeliat lo kayak orang gila lagi nantinya." Sambung Karel.

After RWhere stories live. Discover now