7. Si Ganteng Brengsek

2.3K 167 79
                                    

Sebelum Pak Bryan pergi beliau sempat berpesan tidak boleh ada yang meninggalkan lapangan sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi. Kecuali ada kepentingan dan ada alat olahraga yang ingin digunakan dan perlu diambil.

Kesialan pertama, bel terlambat berbunyi 15 menit-karena eror katanya. Sasya dan teman-temannya segera berganti seragam untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Matematika. Lebih tepatnya ulangan harian matematika seperti yang minggu lalu Bu Aurin katakan.

Tidak ada waktu untuk sekadar santai atau nongkrong di kantin sebentar. Karena selain waktu yang mepet dan ada ulangan, guru matematika peminatan nya itu juga terkenal baperan.

"Bu Aurin, woy, Bu Aurin."

Sasya yang sedang melipat baju olahraganya mendongak menatap Akhza yang berlari ke tempat duduknya. Tatapan Sasya teralih saat mendengar Bu Aurin mengucapkan sapaan formal. Sambil merespon sapaan yang sama, Sasya buru-buru memasukan baju olahraganya itu ke dalam tas.

"Hitungan ke sepuluh buku tugas kalian sudah terkumpul di meja saya dan tidak ada apapun di meja kalian kecuali ballpoint!"

Belum ada lima kali Sasya menarik nafas setelah kedatangan Bu Aurin, guru muda gebetannya Farrel itu tanpa basa-basi langsung memberi instruksi.

"Satu,"

Tidak ada ada waktu untuk mengeluh ataupun berani mengeluarkan umpatan. Karena Bu Aurin sudah memulai perhitungan.

"Dua,"

Sasya mengubrak-abrik tasnya mencari buku tugas matematika peminatan nya.

"Tiga,"

Dalam hitungan ke lima Sasya berhasil mengeluarkan buku yang dicari dan pena di dalam tas. Kemudian segera bangkit untuk mengumpulkan bukunya ke meja guru.

"Enam,"

Sasya yang sudah berdiri di samping meja menoleh pada Laura yang masih mencari buku di tas sekolahnya.

"Ra," Sasya memanggil Laura. Tapi sepupunya itu tidak merespon. Sibuk dengan kegiatannya.

"Tujuh,"

Hitungan Bu Aurin terus berjalan dan Sasya mulai ragu untuk melanjutkan langkahnya ke depan. Menyadari hanya dia yang berdiri siap mengumpulkan tugas matematikanya sementara semua teman sekelasnya masih sibuk dengan pencarian bukunya.

"Delapan,"

Tidak peduli lagi pada hitungan Bu Aurin, Sasya berniat kembali ke bangkunya dan membantu mencari buku Laura.

Tapi ...

"Sasya segera kumpulan buku kamu dan tolong ambilkan ponsel saya yang tertinggal di meja saya, diruang guru."

Sasya mematung bingung dan terkejut. Bingung kenapa teman-temannya belum ada yang juga beranjak untuk mengumpulkan buku dan terkejut mendengar Bu Aurin meminta tolong untuk mengambilkan ponselnya di ruang guru.

Ingin rasanya menolak permintaan Bu Aurin. Bukan tidak mau disuruh tapi Sasya agak keberatan kalau hanya pergi sendiri. Selama sekolah disini, bisa dihitung jari Sasya mengunjungi tempat itu. Tipikal siswi biasa yang pemalu dan tidak dekat dengan guru. Dan biasanya Randi selaku ketua kelas yang lebih sering disuruh-suruh oleh guru.

After RWhere stories live. Discover now