13. Menggoda

2.4K 160 53
                                    

Berdebu banget lapak ini wkwk.

Silahkan baca part sebelumnya, karena kita pasti sama. Sama-sama lupa sama alurnya.

Kalo rame lanjut part 14👍

★★★

Kadang, apa yang ditakutkan, realitanya tidak seburuk yang dibayangkan.

Efek dari kekhawatiran membuat tidur Sasya tidak nyenyak semalam. Kepalanya dipenuhi dengan ekspektasi menakutkan perihal pendapat orang-orang yang kini tahu hubungannya dengan Razka. Cowok idaman yang menjadi incaran nyaris semua siswi di sekolahnya.

Sasya membayangkan akan kembali mendapat bully-an. Mendapat perlakuan kasar serta makian seperti pengalaman sebelumnya, dan seperti bayangan dari novel atau drama yang sering di baca dan ditontonnya. Karena merasa, mungkin orang-orang tidak akan terima orang biasa—tidak punya keistimewaan dan kelebihan apa-apa seperti dirinya dipacari Razka.

Tapi realitanya, ternyata sedikit jauh lebih baik. Tidak ada yang berani menganggu nya. Tidak sedikit memang yang menunjukkan rasa tidak sukanya secara terang-terangan. Tapi mereka hanya sekadar menunjukkan dengan pandangan. Tidak ada yang menyentuhnya atau melemparkan sindiran kasar.

Selebihnya orang-orang tampak senang dan mendukung hubungannya dengan Razka.

Mereka yang tidak menyukai Sasya adalah orang yang belum move on dari percintaan Razka dan Tamara. Masih mengharapkan kisah cinta Razka dan Tamara bersemi kembali.

Sedangkan orang-orang yang senang mendapat kabar status pacaran keduanya adalah barisan orang yang ikut sakit hati saat Tamara memutuskan Razka dengan begitu saja. Yang mereka pikir, penyebabnya karena Tamara selingkuh dengan sahabatnya. Sebab, berkedok sahabatan Tamara selalu menempel mesra pada Kaivan. Dan terbukti, tidak lama kemudian berhembus kabar kalau keduanya pacaran.

“Mau pesan apa?” tanya Shilla.

Ketiga gadis yang ditanya berpikir sebentar.

“Mm ... Bakso enak kali, ya. Tapi mie ayam juga enak,” ucap Natya. “Ya udah, nasi goreng aja deh, gue belum sarapan soalnya.”

“Kebiasaan,” cibir Shilla, yang mendapat respon cengiran tidak berdosa dari Natya.

“Lo mau apa, Ra, Sya?” Shilla mengalihkan pandangannya pada Laura dan Sasya.

“Gue ... mau Sandwich buah aja deh,” sahut Laura.

“Lo, Sya?”

“Samain sama Laura aja.” jawab Sasya.

“Oke.” Shilla mengangguk. “Minumnya samain semua aja, ya?”

Setelah mendapat anggukan persetujuan, Shilla berbalik badan untuk memesan pesanan mereka, tapi mendadak mematung bingung saat beberapa pelayan kantin lebih dulu membawa banyak makanan lengkap dengan minumnya ke atas meja yang ditempati teman-temannya.

“Kita belum pesan, mbak,” ucap Natya. Barangkali pelayan itu salah, terlebih makanan yang dibawa mereka sangat banyak sampai nyaris memenuhi meja.

“Oh, nggak, kok.” salah satu pelayan merespon ucapan Natya dengan ramah. “Mbak Sasya, kan?” sambungnya bertanya sembari tersenyum pada Sasya.

Sasya mengangguk bingung dan ragu. “I-iya.” ucapnya.

Sebelum menjawab kebingungan Sasya, tiga pelayan kantin itu tersenyum lagi. Merasa senang tidak salah orang dan menyelesaikan tugasnya dengan benar.

Sembari menunggu penjelasan, Sasya meraih ponsel di sakunya yang bergetar.

“Kata mas Razka ....”

Makan yang banyak. Abisin kalo bisa semuanya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang