7. Si Ganteng Brengsek

Mulai dari awal
                                    

Tapi Sasya tidak berani menyampaikan keberatannya. Jadi dengan terpaksa Sasya mengumpulkan buku tugasnya dan sebelum benar-benar keluar dari kelas, Sasya menatap teman-temannya penuh curiga.

★★★

Sasya menajamkan mata dengan kening berkerut, langkah kaki yang akan membawanya kembali ke kelas terhenti saat melihat ke arah lapangan. Semua teman sekelasnya di sana. Sedang berlari mengelilingi lapangan.

"Apa yang mereka lakukan?" Sasya bertanya dalam hati.

Bu Aurin nggak mungkin memiliki ide gila untuk melakukan pemanasan sebelum ulangan matematikanya dimulai.

Jadi, yang paling masuk akal adalah ... mereka mendapat hukuman. Tapi, karena apa?

"Sasya,"

Mendengar namanya dipanggil Sasya reflek menoleh pada sumber suara. Melihat guru cantik dan anggun tapi berkepribadian tegas berjalan menghampirinya.

"Bu," Tanpa sadar Sasya langsung menyampaikan kebingungannya. "Kenapa mereka di sana?"

Bu Aurin membuang nafas panjang. Kentara sekali dari wajahnya terlihat kesal. Lalu menatap anak didiknya yang sedang panas-panasan di lapangan.

"Mereka saya hukum." Ucapnya sambil melipat tangan di dada.

"Kenapa?" Sasya merespon cepat dengan suara yang sedikit keras. "Maaf Bu, maksudnya kenapa dihukum? Apa yang mereka lakukan sebelumnya?" Sambungnya dengan suara yang lebih sopan.

Sasya menatap Bu Aurin penuh penjelasan. Sementara gurunya itu masih memantau siswa-siswinya yang sekarang berganti jadi hormat di depan tiang bendera.

"Ponsel saya," Alih-alih menjawab Bu Aurin malah menadahkan tangan meminta ponselnya. Sasya melirik tangan kanannya. Hampir melupakan benda canggih berbentuk persegi digenggamnya. Kemudian memberikannya pada pemiliknya.

"Jangan hiraukan mereka dan kembali ke kelas!"

"Tapi saya bagian dari mereka," Entah keberanian dari mana Sasya mendebat Bu Aurin. Merasa tidak nyaman melihat semua teman sekelasnya dihukum sementara dirinya dibuat kebingungan menebak-nebak apa yang terjadi selama dia pergi.

"Saya nggak masalah kalo harus gabung sama mereka buat nerima hukuman." Sambung Sasya. Berbeda dengan yang lain rasanya tidak mengenakan.

Atau teman-temannya sengaja memilih dihukum untuk kembali mengasingkannya? Ah, seharusnya Sasya memang tidak langsung percaya pada mereka.

"Saya hanya akan memberi hukuman pada pada oknum yang bersalah." Ucap Bu Aurin tegas. "Jadi, kembali ke kelas dan tolong antar kan laptop juga barang-barang saya, termasuk buku tugas kamu, ke meja saya di ruang guru."

Bu Aurin kembali meminta tolong dengan nada perintah yang tidak ingin mendengar bantahan.

★★★

Laptop dan beberapa buku di dekapan Sasya nyaris terjatuh saat Sasya berbalik badan dan mendapati cowok dengan seringai menyebalkan berdiri menyandar di samping pintu kelas. Dengan kedua tangan tersimpan nyaman di saku celana.

Si ganteng brengsek itu lagi!

Sasya menelan saliva dan mulai waspada melihat Razka menutup rapat pintu kelasnya dengan tendangan. Lalu perlahan namun pasti, cowok itu berjalan menghampirinya.

After RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang