5. Bolos Sekolah

Comincia dall'inizio
                                    

Setelah mengunjungi Sasya di kelasnya, Razka langsung membawa motornya meninggalkan sekolah. Bolos bersama para sahabatnya. Tanpa Karel, si wakil ketua OSIS tentunya.

Dan saat asik bermain game, Gintang menggangunya dengan menyodorkan ponselnya. Razka berdecak marah tentu saja. Tapi saat Gintang menyebut nama Sasya, Razka langsung mengambil alih ponsel sahabatnya. Melihat foto dan video menyedihkan Barbie-nya yang di upload di grup kelas dan angkatan.

Razka meng-close game-nya yang masih berlangsung dan dengan marah kembali ke sekolah.

Cowok egois dan posesif seperti dirinya, tentu saja tidak suka mainannya disentuh dan diganggu oleh tangan lain tanpa seizinnya.

Razka tidak tahu dan tidak mau repot-repot peduli ada masalah apa antara dua cewek itu. Razka hanya memanfaatkan kesempatan itu untuk membalas budinya pada Gea. Berpihak pada Gea sebagai wujud terima kasih karena sudah menolong Mamanya.

Iya, hanya itu. Main-main dengan Sasya harusnya hanya itu alasannya.

"Ada apalagi ini?"

Razka berdecak saat pria yang sering ditemuinya di ruang BK berteriak menghampirinya. Menerobos para siswa-siswi yang berkerumun menonton perbuatannya.

"Kamu lagi yang buat masalah?!" Ujarnya menuding Razka. Menatap lelah sambil membenarkan kacamata nya yang melorot. Bosan menulis nama Razka lagi dengan puluhan kenakalannya dan tidak bisa menghukum siswa itu terlalu berlebihan.

"BUBAR! BUBAR! BUBAR!" Pak Jaya, guru BK kelas Xl itu berteriak. Tangannya juga ikut bergerak, bergaya mengusir anak didiknya. Dan hanya sebagian yang menurut.

"Kalian semua bubar. Dan kamu," Pak Jaya menunjuk Razka. "Ikut saya!"

Inggita merasa bersyukur dengan kehadiran pak Jaya. Membuat cowok itu mengakhiri aksi menakutkannya. Dan lebih bersyukur lagi, Razka datang sendiri. Tanpa Bian disampingnya. Karena kalau Bian ada di sini, bukan hanya air matanya yang menetes tapi mungkin juga ... darahnya.

Razka mendelik tajam pada Inggita. Kembali memperingati cewek itu melalui kode mata. Kemudian mengikuti langkah pak Jaya. Jelas dia akan kembali mendapat hadiah hasil karyanya barusan, hukuman.

Dan untuk kali ini Razka tidak akan menyelesaikan hukumannya. Razka perlu memastikan kalau Sasya baik-baik saja. Iya, Sasya harus baik-baik saja karena permainan sesungguhnya bahkan belum dimulai.

🍂🍂

Sasya membenci hari ini dan beberapa hari ke depan, mungkin. Tapi mau tidak mau Sasya harus melewatinya. Menjadi remaja berseragam SMA seperti biasanya, namun dengan situasi yang tidak seharusnya.

"Sayang?" Usapan lembut di kepala Sasya membuat cewek itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa, kamu sakit?" Sasya memutuskan pandangannya dari gedung sekolah dari balik kaca mobil dan perlahan menoleh pada pria paruh baya di sampingnya.

Seperti biasa, setiap berangkat sekolah Sasya diantar Papanya. Berangkat diantar Papa dan pulang dijemput supir pribadinya. Fredly -Papanya- tidak pernah membiarkan putri semata wayangnya itu pulang dengan sembarang orang.

Bukannya Fredly mem-putri rajakan Sasya, hanya saja kekhawatirannya sebagai ayah dari seorang anak gadis tidak bisa diremehkan. Banyaknya kasus-kasus kriminal dan pelecehan yang diberitakan dianggapnya sebagai peringatan, kalau Fredly harus benar-benar menjaga putrinya.

Dan sayangnya, papanya itu tidak tahu. Gadis remajanya yang dijaga dengan sepenuh hati itu, dikucilkan oleh lingkungannya. Dijadikan mainan dan bahan bully-an lagi di sekolahnya.

After RDove le storie prendono vita. Scoprilo ora