That Girl She was Say (2) #21

898 73 12
                                    

Aku sengaja mengambil cuti untuk satu hari dari rumah sakit. Entahlah. Kupikir, aku membutuhkan istirahat. Dan, siapa sangka ternyata mereka memgizinkanku!

Ini benar benar hebat.

Dulu saja, saat aku pertama kali memasuki rumah sakit itu, betapa susahnya untuk meminta cuti, walau hanya sehari. Susah, sangat susah!

Sekarang?

Benar benar tak bisa kupercaya.

Aku mengambil jus jeruk kotak didalam kulkas, dan kemudian menuangkannya kedalam gelas. Aku meletakkan kembali jus itu.

Aku menatap lama uap-uap es yang muncul di gelas. Aku menghela nafasku berat, lalu memijit pelipisku pelan.

Kenapa aku jadi terlalu memikirkan hal itu?

Aku mengambil jus jeruk yang tadi kutuangkan didalam gelas, dan kemudian meneguknya sampai habis. Aku meletakkan kembali gelas jus, dan kemudian mendudukkan diriku pada kursi meja makan yang kebetulan juga terletak didekatku.

Huft.

Aku menghembuskan nafasku untuk kesekian kalinya.

Aku merasa bosan, sangat bosan. Padahal, hari masih terbilang sangat pagi. Jarum jam bahkan masih menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Cukup pagi, 'kan?

Sialnya,

Karena kebosananku ini, pikiranku tiba tiba saja tertuju pada Junkai. Tentang sikapnya yang begitu aneh akhir-akhir ini.

Dia sepertinya sangat-sangat-sangat sibuk. Padahal, pekerjaan dirumah sakit tak begitu sibuk, Jia yang mengatakan seperti itu.

"Ah...kenapa aku jadi memikirkannya?" gumamku, aku merutuki diriku sendiri.

Ruang kerja Junkai.

Entah kenapa, tempat itu terlintas dibenakku secara tiba-tiba. Aku terdiam untuk sesaat, mencoba berdebat dengan pikiranku tentang apa yang terlintas barusan.

Berkas-berkasnya.

Siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu disana.

Aku kembali terdiam. Otakku terasa sangat sakit, bahkan hanya untuk memikirkan hal yang bukan urusanku.

Tapi....

Argh.

Sayangnya, rasa penasaranku lebih besar daripada sifat egois dalam diriku.

Aku...

Akan melihatnya...

Sedikit, saja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku memutar knop pintu ruang kerja Junkai. Yah. Kupikir, aku telah mengambil keputusan nekat sekarang, walaupun Junkai sedang tidak ada disini.

Junkai masih akan pulang tiga atau empat jam lagi, untungnya. Aku masih ada waktu, dan akan selamat dari ceramahnya.

Yah, kecuali jika dirinya memasang beberapa cctv diruangannya ini saking sakralnya ruangan ini.

Aku meneguk salivaku gugup, dan mencoba memberanikan diriku. Aku menarik nafasku dalam-dalam, dan kemudian menghembuskan nya. Aku tersenyum tipis.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Where stories live. Discover now