Prolog

3.7K 180 3
                                    

—11.30 PM, Midnight—

Aku masih tetap terdiam didepan layar monitor komputer. Mataku masih tetap terpaku pada layar monitor yang mulai menyilaukan—faktor mengantuk karena ini sudah hampir tengah malam. Aku sudah menunggu email panggilan itu selama berjam-jam, tapi belum satupun email yang masuk kedalam kotak emailku. Aku menguap sesaat, lalu menopang daguku tanpa berniat menolehkan kepalaku sedikitpun. Aku tetap menatap tulisan-tulisan kecil itu dengan mata sayu, akibat kelelahan.

Pusat rumah sakit itu pasti akan mengirimkan sebuah email kepadaku. Pasti! Aku akan menunggunya sampai jam satu pagi, jika belum ada notification yang masuk...ah, mungkin itu memang nasibku.

Ah. Tapi...jangan sampai itu terjadi! Itu adalah rumah sakit impianku sejak masih kecil!

Ah, ya, aku lupa memberitahu kalian tentang identitasku, ya? Namaku Huang Minzi, salah satu yang menjadi lulusan terbaik dari akademi kedokteran yang —terbaik— pula dan akan menjadi calon dokter muda disalah satu pusat rumah sakit terkenal di kota Chongqing. Ya, dokter muda, karena umurku saat ini baru menginjak dua puluh dua tahun. Nilai nilai hasil pengetahuan dan praktek lapanganku sangat memuaskan, jadi, pihak akademi langsung bergegas mendaftarkan namaku menjadi salah satu dokter umum di rumah sakit itu.

Mataku akhirnya sudah mencapai batasnya. Mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Aku memejamkan mataku untuk sesaat lalu menghela nafasku berat. Benar dugaanku, aku seharusnya tak menerima dan tak terlalu antusias dengan  tawaran Mr. Jay yang sangat berniat mendaftarkan ku dirumah sakit itu. Yah, tentu saja aku berpikiran seperti itu. Jarum jam bahkan telah melewati angka dua belas. Yang berarti kini telah memasuki dini hari.

Baru saja aku sudah hampir terlelap diatas meja belajarku, tiba tiba aku mendengar suara notification email yang berasal dari pc ku. Aku langsung mendongakkan kepalaku dan menatap kembali layar monitor. Aku meringis saat layar monitor itu kembali menyilaukan mataku.

Aku menggeser dan kemudian menekan mouse. Ke atas, ke atas, dan ke atas, itu yang aku lakukan. Aku menggigit bibir bawahku cemas, berharap kalau ini benar benar kiriman email dari pihak rumah sakit yang kuharapkan sejak kemarin-kemarin.

Tiba-tiba salah satu email sukses menarik perhatianku. Aku menggumam membacakan email itu dengan sangat pelan dan hati-hati.

Chongqingmedicalhospital@xxxx.

Mataku membulat kaget membacanya. Aku buru-buru menekan kiriman email itu. Rasanya mimpi sekali! Pusat rumah sakit itu.....ternyata ia menerima ku dan menyuruhku agar datang ke rumah sakit itu besok, tepat jam 9 dan bertemu di ruang audi gedung B!

Ah! Apakah ini mimpi?!

Aku berteriak tertahan didalam hatiku. Aku mengigit bibirku kemudian mencubit sendiri punggung tanganku kuat. Benar! Ini bukan mimpi!

Aku sontak terlonjak, bangkit dari tempat dudukku semula dan melompat lompat tidak jelas, alias jingkrak-jingkrak karena senang. Aku tersenyum sumringah.

Apa aku boleh berteriak sekarang?

Seandainya ini bukan tengah malam, aku pasti akan berteriak histeris!!

Aku merebahkan diriku asal-asalan keatas ranjangku. Aku menatap langit-langit kamarku kemudian tersenyum senang.

Besok. Karierku akan dimulai! Karier yang sudah lama aku idam-idamkan.

Aku memutar tubuhku menghadap samping. Tanganku tergerak untuk mengambil sebuah pigura kecil yang kebetulan terletak disebelah ku, alias tak jauh dengan keberadaanku. Aku menatap lirih foto yang tersimpan didalam pigura itu. Ini foto keluargaku, diambil saat aku masih berumur tujuh tahun, hingga sekarang, aku masih menyimpannya. Aku mengusap kaca pelindung foto ini dengan lembut. Arah mataku teralihkan pada salah satu pria yang berpakaian jas putih yang berada disampingku saat itu. Aku kembali tersenyum, antara senyuman lirih dan senang. Aku mengusap kaca itu sekali lagi.

Ayah.

Aku akan meneruskan tugasmu, percayalah kepadaku! Aku akan melakukan sebaik mungkin agar kau bisa tenang dan bangga melihatku dari atas sana.

Doakan aku berhasil, yah.

Aku memeluk pigura itu sesaat. Lalu meletakkannya kembali tepat disampingku. Aku mencoba memejamkan mataku, hingga akhirnya aku benar benar terlelap. Aku benar benar tak sabar dengan hari esok. Hari dimana aku akan menjalani impianku dengan sepenuh hati, dan menjadi kenyataan.

Jas putihku....sekarang aku akan mengenakanmu setiap hari!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya! Selesai juga! >,< sebenernya ini cerita udah lama di jadi in draft, hee~ 😂 Tapi baru sempat dipublish. 😁
Berikan kesan pertamanya yaa! First impressions is important! >,< *eh

Thankyou before! 💕 Thanks for supporting, all! ❤💞💙




My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Where stories live. Discover now