Phobia #10

1.3K 99 9
                                    

"Kita akan kemana?" tanya ku masih dalam keadaan penasaran. Yah, bagaimana aku tidak penasaran? Junkai hanya mengatakan jawaban yang sama sejak tadi. Dia tak pernah menjawab dengan jelas, dan malah mengajakku berputar putar dengan percakapannya.

Junkai mengedikkan bahunya. Ia membelokkan stirnya.

"Menurutmu?" tanyanya balik. "Yang pasti, bukan kerumah."

Jawaban yang sama. Ia kembali mengatakan hal itu sebanyak tiga kali. Aku mendengus sebal, lalu melipatkan tanganku. Aku membuang mukaku.

"Tentu saja. Aku sudah tahu hal itu sejak awal, tuan Wang." decakku sebal. "Kau selalu menjawab dengan jawaban yang sama!" protesku.

Junkai hanya terkekeh pelan, ia tersenyum miring setelah itu.

"Lagipula aku telah mengingatkanmu kalau ini adalah suprise." jelas Junkai tenang, dan santai. Aku mendengus, dan memutuskan untuk tidak bertanya banyak sekarang. Aku sudah tahu apa yang akan ia jawab, bahkan sebelum aku melontarkan pertanyaan kepadanya.

Aku mengalihkan pandanganku pada jendela samping. Aku melongo, mataku sedikit membulat saat baru menyadarinya.

Hamparan lautan biru yang luas mulai terlihat sedikit demi sedikit di hadapanku.

Pantas saja, aku melihat sedari tadi, sepanjang jalanan ini perumahan warga sudah mulai renggang.

"Kita tidak akan berhenti dipantai, kan?" tanya ku gugup.

Ya. Aku, aku memang sedikit takut dengan lautan. Apalagi jika lautan biru kelam.

Saat kecil, kira kira saat umurku baru menginjak tiga tahun, aku pernah menangis karena berkunjung ke pantai. Saking 'trauma'nya.

Kenapa dia membawaku kesini, sih?

Junkai tersenyum tipis, ia melirik kearahku.

"Seharusnya kau sudah tahu jawabanku kan, nona ku yang cantik?" tanya Junkai kembali bertanya. Ia tampak senang sekali. Aku langsung menolehkan kepalaku kearahnya dan melemparkannya tatapan tak percaya.

"SUNGGUH?!" aku tak sengaja berkata dengan volume keras. Junkai meringis, lalu mengangguk. Ia membelokkan stirnya, dan kemudian memarkirkan mobil pada parkiran yang berada didepan pantai.

"Aku malah telah memberhentikan nya sekarang." ucap Junkai sambil tersenyum cerah. Ia melirik kearahku.

"Ayo turun." ajaknya. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan kemudian bersiap-siap membuka pintu mobil. Aku mengigit bibir bawahku cemas. Belum sempat Junkai membuka pintu, aku telah menahan lengannya.

"Kumohon..." ucapku menatapnya dengan pandangan memelas. Junkai menolehkan kepalanya kearahku kemudian tertawa lepas.

"Hei, santai saja. Ini hanya pantai, tidak berbahaya kok." ucap Junkai senang. "Lagipula, ini bisa membuat otakmu tercuci oleh kejadian tadi." sambung Junkai masih tetap tenang. Ia mengedipkan matanya genit kearahku.

"Ayo!" ajaknya. Ia kemudian melepaskan pegangan tanganku yang terus memegang bajunya. Junkai membuka mobil dan meninggalkanku didalam. Aku menghela nafasku berat, lalu melirik kearah lautan yang kini tak berada jauh dariku.

Deru ombak...aku bisa mendengar itu dengan sangat jelas sekarang. Ah. Tiba-tiba aku menjadi pusing.

Aku menghembuskan nafasku untuk ke sekian kalinya. Aku bahkan lupa untuk membeli kopi. Jika aku tahu kalau aku akan pergi ke pantai...aku pasti akan membelinya. Itu akan sedikit meringankan, bagiku.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin