That Girl She was Say #9

1.3K 100 7
                                    

"Well, hai."

"Yo!"

Junkai menyapa teman-teman sekelasnya pada saat sekolah menengah atas dulu, yang kini duduk didepan nya. Seperti biasanya, sapaan nya sama sekali tidak menarik. Terlalu formal, dingin, dan membosankan seperti biasanya.

Yah, aku tak tahu ternyata aku juga harus ada di acara ini. Aku baru sadar jika aku sekelas dengan Junkai sejak awal aku masuk sekolah menengah atas. Tapi, aku sama sekali tak mengenalnya, aku hanya mengenal wajahnya. Dia murid populer. Yah, mana ada murid populer yang melirik wanita biasa sepertiku, sedangkan di hadapannya terdapat ribuan gadis bak model yang mengejar-ngejarnya.

Itu sangat sangat mustahil.

Tapi, sekarang, menjadi kenyataan berkat ibu.

Junkai mendudukkan dirinya didepan teman-temannya. Begitupun aku, aku terpaksa mengikutinya. Untung saja meja di restoran ini berbentuk bundar dan melebar. Sehingga, tak perlu duduk berbaris-baris agar dapat melihat satu sama lain.

Tapi, yang hadir hari ini hanya beberapa orang saja. Sekitar empat orang. Selebihnya, terpaksa tidak menghadiri acara ini karena urusan pekerjaan mereka yang sangat sibuk.

"Wah, cincin?" celetuk salah seorang teman sekelas wanitaku. Matanya menatap tanganku dan tangan Junkai secara bergantian. Kebetulan, dia juga teman akrab sekaligus teman sebangku ku saat berada dikelas dua belas. Namanya Irene. Irene Ao lebih tepatnya.

Matanya mengerjap-ngerjap. Ia tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Aku tertawa canggung, lalu perlahan menyembunyikan tanganku. Ini benar benar membuatku malu dan salah tingkah. Sungguh.

"Kalian telah menikah?" tanya Irene. Ia terlihat sangat kaget. Aku hanya menutup mulutku, tidak berkata apa apa selain memberikan senyuman yang terlihat kaku dan canggung.

"Hm." gumam Junkai tiba-tiba. Ia menganggukkan kepalanya tenang. Ia tampak membantuku untuk menjawab pertanyaan ini, dan mengetahui segala perasaanku sekarang. Semua yang ia katakan tergambar jelas pada lirikan matanya yang ia berikan kepadaku tadi, untuk sebagai kode.

"Sungguh?!" Irene tak sengaja hampir terpekik karena saking kagetnya dengan anggukan Junkai. Untung saja, mulut Irene sudah langsung dibekap oleh Zhihong sehingga ia pekikkannya tertahan, teredam oleh bungkaman Zhihong.

"Kau kenapa sih hampir terpekik begitu?" decak Junkai dingin,namun ia terdengar sangat kesal. Irene hanya tersenyum kikuk, matanya terus mengerjap-ngerjap imut. Tanda jika ia sedang bingung sekarang.

Zhihong tiba tiba tertawa keras, ia terlihat canggung. Ia melepaskan tangannya yang menutupi mulut Irene, kemudian meletakannya diatas meja.

"Irene masih tetap dalam keadaan yang sama, Junkai. Maklumi saja, dia beberapa bulan ini tinggal di London sebagai desainer disana. Jadi dia kurang terfokus pada kegiatan disini." ucap Zhihong sambil tersenyum cerah. Aku mengerutkan keningku, lalu melongo.

My Coldest Doctor [TFBOYSWJK]Where stories live. Discover now