Part 29 ~ SILY ~

4.2K 351 8
                                    

"Hashh!"

Di dalam kamar, Digo frustasi menunggu kabar dari Rasti yang kemungkinan malam ini menginap di rumah Sisi. Dia berjalan mondar-mandir disamping ranjangnya sambil melirik handphonenya yang ia geletakkan diatas kasur, mengapa tak juga menyala dan berdering pertanda ada yang menelpon atau pesan masuk. Hatinya tak tenang ingin tau bagaimana keadaan Sisi meski dirinya sudah berusaha untuk menyibukkan diri, tapi tetap saja pikirannya melayang pada gadis kecilnya itu. Sorot matanya yang terlihat begitu kecewa dan terluka masih terekam jelas dalam ingatannya. Apalagi airmata yang keluar dari kedua mata indahnya hingga membuat matanya memerah. Demi Tuhan, Digo membenci melihat gadis kecilnya itu menangis meski dahulu ia selalu menjadi penyebab utama gadis itu menangis.

"Kamu kemana Rasti?" Digo duduk diatas kasur sambil menghembuskan nafasnya begitu berat.

Diliriknya jam dinding yang tertempel dipojok kamarnya menunjukkan pukul 12 malam. Apakah Rasti ketiduran saat menemani Sisi? Jika memang begitu, Digo tak tau lagi apakah dia bisa tidur nyenyak malam ini. Sedangkan besok dia harus berangkat kerja meski sebenarnya tak ingin.

Dia menunduk menyangga wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ingatannya melayang pada saat di restaurant beberapa waktu lalu ketika dirinya menemukan Sisi menangis dihadapannya.

"Sialan!"

Setelah mengucapkan itu, dengan mantap Digo melangkahkan kakinya menuju ke seorang laki-laki yang berdiri beberapa meter dari tempatnya dengan keadaan yang sama menyedihkan tapi bagi Digo, dia sangat keterlaluan hingga membuat gadis kecilnya menangis seperti tadi.

Bugh!

Tanpa mengucapkan apapun, Digo langsung memberikan satu pukulan pada Gerald tepat mengenai rahangnya hingga membuat kedua orang tua Gerald terkejut begitu pula dengan beberapa orang yang menyaksikan itu.

Didekatinya Gerald yang terdorong kebelakang kemudian mencengkeram kerahnya begitu kuat.

"Gue udah bilang, jangan sampe lo ngebuat dia netesin airmata setetes pun dari mata indahnya apalagi didepan gue!" Digo menekan suaranya karena ia masih berusaha menahan amarahnya.

"Lo juga janji bakalan bahagiain dia dan dengan tegasnya bilang ke gue tadi siang kalau malam ini, lo akan ngelamar dia secara resmi? Lalu ini apa?"

"Digo, sudah. Tahan emosi kamu nak!" Ternyata Oom Yovan yang awalnya menyusul Sisi bersama sang istri, kembali ketempat semula saat melihat Digo sempat melewatinya tadi dengan tatapan membunuh pada Gerald. Sepertinya Digo tak melihatnya tadi karena terfokus pada Gerald. Sedangkan istrinya disuruh membawa Sisi kemobil.

"Gue memang pengen Sisi yang ngelepasin lo! Tapi bukan gini caranya!! Secara nggak langsung, lo yang ngelepasin dia dengan cara menyakiti dia!!" Lagi-lagi Digo menekankan suaranya hingga tak banyak orang yang mendengarkan.

"Digo, sudah. Jangan seperti ini." Oom Yovan berusaha meredakan emosi Digo hingga akhirnya Digo melepaskan cengkeramannya dari kerah Gerald dengan kasar.

"Kamu nggak papa sayang?" Ariana, Mama Gerald langsung memegang putranya yang hanya diam dan mengangguk pertanda ia baik-baik saja.

"Harusnya lo seneng, gue nggak jadi ngikat Sisi." Gerald berucap lirih, sangat bertolak belalang dengan hatinya. Dia memberanikan diri menatap mata elang Digo yang sangat membunuh.

"Gue lebih seneng lagi kalau lo hilang dari muka bumi!" Digo menggeretakkan giginya sambil berusaha maju tapi ditahan oleh Oom Yovan.

"Silahkan lo miliki dia! Ini kesempatan buat lo jangan disia siain."

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang