PART 2

6.8K 473 1
                                    

"Abanggg!!"

Seorang gadis berseragam putih Abu-Abu datang sambil menangis. Pakaiannya kotor dan berantakan, begitupun dengan tubuhnya yang penuh dengan kotoran hitam seperti habia di siram air selokan.

"Rasti? Kamu kenapa?" Digo segera menghampiri gadis yang bernama Rasti itu, yang tak lain adalah adik kandungnya yang kelas 1 SMA.

"Aku gak mau sekolah lagi Bang. Aku mau kerja aja kayak Abang. Hiks..." jawab Rasti sambil meremas ujung seragamnya tak berani memeluk Abangnya karena takut pakaian Digo kotor.

"Sini duluu!" Digo menarik Rasti kedalam pelukannya tapi Rasti menolak.

"Nanti pakaian Abang kotor!" Ucap Rasti tapi Digo tetap memeluknya dan mengelus rambut adiknya dengan sayang.

"Kamu mau Abang datang ke rumah mereka dan melaporkan pada orangtuanya?" Tanya Digo yang di jawab oleh gelengan kepala dari Rasti. Sejak awal masuk SMA, Rasti sudah mendapatkan perlakuan seperti ini. Berangkat sekolah ceria dan seragam rapi, tapi pulang sekolah, seragam berantakan sambil menangis. Digo pernah datang kesekolah bersiap untuk melaporkan semuanya ke kepala sekolah tapi Rasti melarangnya. Rasti tak ingin musuhnya semakin banyak karena ia di anggap tukang adu. Saat di tanyai apa permasalahannya hingga teman-teman Rasti berbuat seperti itu, Rasti hanya diam tak menjawab.

"Jangan Bang! Jangan lakuin ituu!" Kata Rasti sesenggukan dalam pelukannya. Dimas yang ikut tak tega melihatnya turut mengusap kepala Rasti sayang.

"Bener apa kata Abang kamu Rasti. Ini gak bisa dibiarkan! Sudah setengah tahun kamu selalu diperlakukan seperti ini oleh teman-temanmu. Bagaimana bisa Ibu dan Abangmu hanya diam saja?" Dimas angkat bicara.

"Abang please, jangan lakuin ituuu!" Rasti menggeleng sambil mengeratkan pelukannya pada Digo. Dimas dan Digo saling menatap lalu menghela nafas.

"Yaudah, kamu tunggu disini sebentar sama Kak Dimas. Abang mau izin ke Pak Hardi dulu buat anterin kamu pulang."

"Gak usah Digo. Biar gue aja yang anterin Rasti ke rumah. Atau enggak, tinggal disini dulu biar Ibu gak kepikiran juga ngeliat Rasti pulang dalam keadaan seperti ini." Cegah Dimas sekaligus memberi saran.

"Yaudah, kamu disini dulu yaa? Nanti sore baru kita pulang." Kata Digo yang dijawab anggukan oleh Rasti. "Lo ada baju cewek kan?" Tanya Digo menoleh pada Dimas.

"Ada dongg!!" Jawab Dimas sambil mengedipkan sebelah matanya. Digo berbalik acuh meninggalkan Dimas sambil membawa Rasti masuk ke dalam karena ia tahu darimana Dimas mempunyai pakaian wanita.

******

Sisi berkaca berkali-kali sambil memoleskan bedaknya entah sudah keberapa kalinya. Setelah memakai lipbam sedikit di bibirnya dan sebuah pita pink di rambutnya, ia segera menyambar tasnya dan bergegas turun ke bawah menemui sang Papa dan Mamanya yang sudah menunggunya di ruang makan.

"Pagi Papa! Pagii Mama!" Sapa Sisi mencium kedua pipi Oom Yovan dan Tante Regina bergantian.

"Pagiii sayangg!" Balas Oom Yovan dan Tante Regina kompakan.

"Duhh cantikk banget sih anak Mama yang satu ini. Kayak mau ketemu sama pacar aja!" Goda Tante Regina saat Sisi duduk di kursinya dan meminum susu yang sudah menjadi rutinitas ia setiap pagi saat sarapan.

"Bukan mau ketemu pacar Ma..." sahut Sisi membuat kedua orang tuanya menoleh menuntut kelanjutan ucapan Sisi. "Tapi suamiii..." lanjutnya sambil tertawa.

"Suami? Kamu itu masih sekolah udah mikir suami-suami segala!" Kata Tante Regina mengambilkan nasi goreng di piring Sisi, sedangkan Oom Yova hanya menggelengkan kepalanya, karena ia tahu siapa yang dimaksud oleh Sisi.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang