Part 22 ~ SILY ~

5.1K 414 18
                                    

Digo PoV

          Aku menghela nafas pelan beberapa kali sambil terus melirik jam tanganku yang melingkar indah di pergelangan tangan kiriku. Entah mengapa rapat kali ini terasa lama sekali bagiku, mungkin karena aku sudah tak sabar ingin segera pergi dari sini menuju ke sebuah alamat yang dikirimkan oleh Rasti melalui SMS tadi.

          Bahkan sejak awal rapat, aku tak bisa fokus mendengarkan apa saja yang di presentasikan tadi. Pikiranku melayang jauh kepada Sisi yang hari ini pasti sangat bahagia karena apa yang diinginkannya terwujud. Akhirnya dia memiliki butik sendiri yang akan dikelolanya dengan berbagai macam model busana yang akan dirancangnya sendiri pula.

          Aku dulu pernah mendengar sebuah kalimat 'orang yang bertubuh kecil, pasti bisa melakukan suatu hal yang lebih besar'

          Dan kini aku mempercayai kalimat itu. Dia memang gadis yang memiliki tubuh mungil, tetapi dengan otak cerdasnya aku yakin dia pasti akan sukses suatu saat, dia pasti akan menjadi seorang designer terkenal yang dikenal banyak orang akibat rancangannya yang pastinya amazing sekali. Apakah aku berlebihan?? Aku rasa tidak, karena selain itu, dia juga bisa membolak-balikkan hatiku.

          Dulu, ketika aku masih memiliki Lidya, tingkah nya yang begitu hiperaktif dan sifatnya yang rame memang tak sempat mempengaruhiku sedikitpun. Meski aku tau dulu dia bersikap seperti itu alasan salah satunya untuk mencuri perhatianku. Sering sekali dia mendapatkan omelanku bahkan terkadang bentakanku. Tapi dia tak pernah mengenal kata putus asa. Hingga saat itu tiba, ketika aku berbicara kasar padanya yang pastinya membuat hatinya sakit, aku benar-benar baru merasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidupku.

          Biasanya setiap hariku, aku lewati dengan ocehan dan sikapnya yang begitu berisik, mendadak aku merasakan sepi. Tak ada lagi tawa ceria dan teriakan cemprengnya yang saat itu sempat mengganggu pendengaranku. Tapi kini, aku merindukan semuanya. Aku merindukan semua yang ada dalam dirinya.

          Saat itu aku memang belum menyadari. Apalagi saat dia bertemu dengan Lidya, terlihat jelas dari matanya ada kekecewaan yang begitu mendalam. Dan saat dia tahu bahwa aku dan Lidya bertunangan waktu itu, dia begitu terluka. Seketika dia menjadi seorang gadis pendiam, tak banyak bicara bahkan senyum yang ia tampilkan saat itu terlihat berbeda dari biasanya.

          Maka dari itu, kini sudah saatnya untukku menebus semuanya yang sudah aku perbuat padanya. Jika dulu dia yang berusaha untuk mencuri perhatianku, kini saatku yang akan terus berusaha mencuri perhatiannya. Tak peduli jika nanti dia akan kesal padaku. Jika dulu dia tak mengenal kata menyerah untuk mendapatkan hatiku, kini saatku yang tak akan menyerah untuk berjuang mendapatkannya.

          Jika saat ini perasaannya sudah tak lagi sama padaku seperti dulu, aku berjanji akan mengembalikan segalanya entah itu bagaimanapun caranya. Yang pasti aku akan mengembalikan semua sikapnya, senyumnya serta tawanya seperti yang ia lakukan dulu.

          "Rapat hari ini selesai!"

          Aku bernafas lega ketika melihat Pak Adnan sudah keluar dari ruangan rapat ini. Ku bereskan berkas-berkasku segera karena takut Sisi sudah pergi dari butiknya. Meski aku tahu, jika Sisi sudah bertemu dengan adikku, dia pasti akan menyekap adikku begitu lama bersamanya. Darimana aku mengetahuinya? aku mengambil kesimpulan dari cerita-cerita Rasti dulu saat dia menceritakan tentang kebersamaannya dengan Sisi dengan raut kebahagiaannya. Ku harap, sikap Sisi masih tetap sama pada Rasti seperti dulu.

          "Ada apa Digo? Aku lihat dari tadi kamu gak fokus sama rapat. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Indri, Manager Pemasaran yang kata orang-orang sekitar menaruh rasa padaku. Tapi aku tak pernah menanggapinya.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang