Part 21 ~SILY~

5.3K 418 42
                                    

     Dimas menatap Sisi dalam-dalam menunggu jawaban Sisi selanjutnya. Tapi sayangnya, Sisi masih tetap memilih diam tak ingin melanjutkan pembicaraan ini hingga akhir. Melihat sikap Sisi seperti itu membuat Dimas sedikit kesal. Dia berpikir untuk menceritakan semua kejadian yang sudah dilewatkan Sisi selama 4 tahun ini.

     "Oke deh kalau lo gak mau jawab pertanyaan gue. Seenggaknya sekarang lo harus dengerin gue. Sebenernya waktu lo pergi gitu aja saat itu-"

     "Udahlah Kak, gue yakin lo pasti tau apa artinya kalau gue udah diem. Iya kan?" Potong Sisi masih keras kepala.

     "Iya gue tau. Tapi seenggaknya-"

     "Lo berhasil bikin mood gue buruk Kak hari ini. Selamet!" Potong Sisi lagi menyingkirkan sebuah bantal yang sejak tadi ada dipangkuannya karena ingin pergi dari sana.

     "Eh eh mau kemana? Iya iya oke deh sorry! Gue gak akan ngebahas lagi." Cegah Dimas menahan tangan Sisi.

     "Gue udah males sama lo!"

     "Ngambekan banget sih. Iya iya maaf deh enggak bakal diulangi lagi. Duduk dulu dong! Gue kan mau curhat, jahat banget lo kalau gak mau dengerin curhatan kakak lo yang paling kece ini." Rayu Dimas mengedipkan matanya berkali-kali memasang wajah sok imut yang membuat Sisi bergidik geli.

     "Dih sok imut banget lo Kak!"

     "Emang gue imut."

     "Kepedean lo! Geli gue!"

     "Biarin! Udah yok duduk lagi. Gue udah siap mau cerita nih tentang cewek yang berhasil mengambil hatiku.." kata Dimas mendramatisir sambil memegang dadanya.

     Melihat kelakuan Dimas yang seperti itu bukan yang pertama kalinya Sisi lihat. Tapi kalau boleh jujur, Sisi terlalu gemas melihat gaya Dimas kayak tadi hingga dia melemparkan bantalnya ke wajah Dimas lalu ketawa terbahak-bahak.

     "Jijik banget sumpah kalau lo gitu Kak. Gak pantes! Terlalu alay!"

     "Sialan! Gue ketularan elo!"

     Sambil terus tertawa sampai memegangi perutnya, Sisi pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia duduk kembali seperti semula menghadap ke arah Dimas yang tengah memelotinya.

     "Terusin aja ketawanya, bisa-bisa gue nginep di sini nih karena kelamaan nunggu lo berenti. apalagi cerita gue gak pendek." Sindir Dimas membuat Sisi makin terpingkal tapi tak lama karena setelahnya Sisi berusaha untuk meredakan tawanya.

     Bertepatan dengan itu, Bi Lastri datang membawakan minuman untuk Dimas dan juga Sisi. Bahkan Bi Lastri membawakan beberapa cemilan untuk mereka juga. Setelah mengucapkan terima kasih, Sisi pun menyuruh Dimas untuk mulai bercerita. Sebenarnya sejak dulu Sisi sudah mengetahui bahwa Rasti memiliki rasa kepada Dimas tetapi saat itu Sisi merasa tak punya hak untuk memberitahukannya pada Dimas mengingat dulu dia lebih sibuk mengurusi urusannya dalam mencari perhatian Digo. Meski pada akhirnya semuanya gagal, setidaknya dia sempat memiliki kenangan bersama Digo.

     Seiring berjalannya waktu, Sisi masih setia mendengarkan Dimas bercerita hingga dia tidak sadar bahwa dia sudah menghabiskan satu kotak cemilan. Sisi memang pendengar yang baik dan perasa, maka dari itu Dimas suka bercerita padanya jika ada sesuatu.

     "Tunggu dulu, lo kenapa sampe nangis begitu? Kan cerita gue happy ending." Ucap Dimas heran melihat airmata Sisi yang terus mengalir di pipi chubbynya.

     "Udah dong nangisnya. Nanti Tante ngirain yang enggak enggak nih. Si! Ah elo mah baperan banget." Kata Dimas menghapus airmata Sisi dengan punggung tangannya.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang