PART 5

5.3K 375 0
                                    

"Kamu sepulang sekolah langsung kemana Ras? Ke rumah temen?"

Rasti yang sedang tiduran di kasurnya sambil membaca buku terkejut melihat Digo berdiri di depan pintu kamarnya dengan tatapan mengintimidasi. Ahh pasti Abang gak bakalan percaya lah kalau aku ke rumah temen. Temen yang mana? Gak ada yang mau temenan sama aku kan? Kecuali Kak Sisi. Hmm.. Rasti membatin lalu tersenyum mengingat sikap baik dan tingkah lucu Sisi yang menggemaskan.

"Rasti?"

"Eh..iya Bang. Aku main ke rumah temen," jawab Rasti bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk menghadap Digo yang masih berdiri di pintu kamarnya.

"Temen?" Ulang Digo memicingkan matanya.

Rasti menghela nafas, ia tahu jika Digo tak akan percaya dirinya mempunyai teman meski hanya satu.

"Iya Bang. Abang gak percaya kalau aku punya teman?"

"Bukannya begitu, yang Abang tahu bukannya teman-temanmu me-"

"Iya Bang aku tahu." Potong Rasti, kemudian ia tersenyum lebar. "Aku juga awalnya gak percaya Bang ada yang mau berteman denganku. Anaknya baik, ceria dan ramah. Aku di ajak ke rumahnya dan disuruh makan malam disana bersama orangtuanya. Oom dan Tante pun juga sama ramahnya sama aku."

Digo yang awalnya menyandar di daun pintu dengan tangan yang bersedekap di dada langsung menghampiri Rasti dan duduk di sisi tempat tidur. Baru ini Digo melihat wajah ceria adiknya ketika menceritakan seseorang bahkan ia menyebutnya 'teman'. Biasanya Rasti menceritakan soal temannya sambil menangis. Tapi kali ini berbeda, dan Digo harus menanyakannya. Apakah adiknya ini sedang jatuh cinta?

"Cowokkah?" Tanya Digo hati-hati.

Rasti menggeleng sambil tersenyum. "Ceweklah Bang. Sudah baik, ramah, tingkahnya lucu, cantik lagi. Dia itu kayak seorang peri kecil untuk Rasti."

"Benarkah begitu? Sebaik itukah dia?" Digo masih tak yakin karena ia takut jika ada seseorang yang hanya berpura-pura baik pada adiknya tapi ternyata ingin mencelakakannya.

"Iya. Tadi aja aku di anterin ke rumah dan bertemu dengan Ibu juga. Dia minta maaf pada Ibu karena tidak memberitahu Ibu bahwa aku di ajak ke rumahnya. Dan sepertinya Ibu juga suka padanya. Aku akui, dia pintar sekali mengambil hati orang Bang." Jawab Rasti masih dengan senyum bahagia nya karena ia memiliki seorang teman meski hanya satu. Ngapain banyak teman jika mereka hanya ingin singgah sekejap?

"Abang sih tadi udah buru-buru berangkat ke kampus. Jadinya gak ketemu deh..kapan-kapan aku kenalin sama Abang!" Lanjut Rasti.

"Hmmm...baiklah. Abang ikut senang jika kamu sudah mempunyai teman yang sayang padamu."

"Abang harus hati-hati ya kalau sudah ketemu orangnya?"

"Hati-hati kenapa? Dia menggigit?"

"Haha...enggaklah Bang. Emangnya Kak Sisi kanibal! Seperti yang ku bilang tadi, dia pintar mengambil hati banyak orang dengan sikap dan tingkahnya yang manis dan lucu."

"Sisi?"

Dari sekian jawaban Rasti, yang Digo dengarkan hanya kata 'SISI' . Apakah yang di maksud oleh adiknya adalah Sisi yang juga ia kenal sebagai gadis kecilnya?

"Iya Kak Sisi. Kenapa? Abang kenal?"

"Ahh.. enggak. Yasudah kamu istirahat. Meski besok libur, jangan suka tidur malam." Pesan Digo sambil mengusap lembut kepala Rasti.

"Siap Bang! Besok aku ikut Abang kerja yaa?"

"Hemm..pasti mau ketemu sama Dimas kan? Ngaku sama Abang?"

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang