Part 24 ~ SILY ~

5.4K 426 18
                                    

"Kebakaran! Kebakaran!" Teriak Dinda setelah dia masuk ke sebuah ruangan dimana sejak tadi dia sudah mencoba mengetuk pintu dari luar tapi tak ada respon sama sekali selama beberapa menit. Maka dari itu dia langsung masuk takut terjadi sesuatu dengan seorang gadis yang kini masih betah duduk dikursinya yang sengaja dihadapkan ke cendela.

"Kebakaran! Kebakaran!" Teriak Dinda lagi tetapi lebih dekat hingga akhirnya dia berhasil mendapatkan respon dari gadis yang ada di depannya itu.

Gadis itu tersentak dalam duduknya dan langsung menoleh ke arah Dinda dengan wajah paniknya. Sesaat dia mulai merasa bahwa dia sedang di tipu ketika melihat Dinda yang tengah menahan tawa.

"Kamu bohong ya Din?" Tanya gadis tersebut merubah ekspresinya yang awalnya panik menjadi kesal.

"Hehe, maaf Mbak. Abisnya Mbak lagi mikirin apa sih? Daritadi ngelamun terus? Ada masalah Mbak?"

Mendengar pertanyaan Dinda, Sisi menghela nafas kemudian menggelengkan kepalanya. Dia mau berbohong pun pasti Dinda sudah mengetahuinya. "Gapapa, kamu lanjutin aja pekerjaan kamu."

"Yaudah kalo Mbak belom mau cerita. Dinda cuma mau kasih tau ada Mbak Felice di depan bersama calonnya. Mau mengecek gaun pengantinnya. Katanya sudah buat janji sama Mbak hari ini."

Sisi memukul dahinya pelan pertanda ia lupa akan janjinya hari ini. Sejak awal datang ke butik pikirannya tak bisa tenang mengingat permintaan Rasti semalam. Sudah dua hari ini Sisi tak menjenguk dan tak mau tau bagaimana keadaan Digo setelah kejadian itu. Meski dalam hati ia ingin sekali menjenguk karena dia juga termasuk penyebab yang membuat Digo terbaring di Rumah Sakit.

"Halo Rasti, ada apa?" Tanyanya ketika menjawab telepon Rasti semalam.

"Halo Kak, maaf yaa ganggu Kakak malam begini. Rasti gak tau lagi mau minta tolong sama siapa lagi. Kak Dimas juga lagi keluar kota sama Oom Hardi soal pekerjaan. Dan yang Rasti percayai saat ini cuma Kak Sisi..." jelas Rasti terlihat resah dari nada bicaranya.

"Iyaa nggak papa. Kamu ngomong aja sama Kakak. Ada apa? Kamu baik-baik aja kan?"

"Rasti baik-baik aja kok Kak. Tapi, besok Rasti ada Ujian Tengah Semester Kak. Rasti gak bisa jagain Abang di Rumah Sakit. Apalagi besok Abang sudah dibolehin pulang sorenya..." Rasti berhenti sebentar mengambil nafas. "Rasti tau Kak Sisi lagi marah sama Abang. Tapi cuma Kak Sisi yang bisa Rasti mintain tolong saat ini. Kak Sisi bisa nggak besok ke Rumah Sakit? Rasti titip Abang sebentar. Kalaupun bisa, Rasti usahain besok nyelesain ujian cepet-cepet sebelum Abang pulang."

Sisi terdiam saat itu bergelut dengan pikirannya. Dimana dia sudah tidak ingin lagi bertemu dengan Digo karena dia masih marah meski terbersit rasa ingin dalam hati untuk melihat keadaan Digo.

"Kak Sisi gak bisa yaa? Yaudah gapapa Kak. Maaf yaa Kak, Rasti udah ganggu Kakak malam-malam begini."

"Enggak kok. Aku bisa, sekarang kamu ada dimana?"

"Di Rumah Sakit Kak. Gak tega ninggalin Abang sendirian di Rumah Sakit lagipula Rasti juga gak berani sendirian di rumah."

"Yaudah Kakak susulin yaa? Kamu kan juga harus belajar buat ujian besok. Kamu malam ini tinggal di rumah Kakak aja dulu. Untuk Abang kamu, Kak Sisi yang akan jagain malam ini."

"Gak usah Kak. Gapapa Rasti bermalam disini. Lagipula Abang udah istirahat kok, Rasti juga masih bisa belajar."

"Tapi-"

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang