PART 10

5.9K 378 2
                                    

SisiPov

"Injek rem Sisi! Kita bisa mati!"

Ciiiittttt....

Aku langsung menginjak rem tiba-tiba saat mendengar kata-kata itu lagi di telingaku. Mobil berhenti mendadak membuatku hampir terbentur setir tapi tertahan karena aku mengenakan seatbelt. Aku terdiam kaku sambil membuka mataku menerawang ke depan. Tanpa ku sadar mataku mulai berkaca-kaca.

"Heii Gadis Kecil! Lo bisa ngeb-"

Ku dengar Kak Digo sedang membentakku tapi ia terhenti ketika dirinya melihatku.

"Sisi? lo kenapa?"

Aku menoleh dengan mata yang berair menatap sendu ke arah Kak Digo. Ya Tuhan! Dia selamat. Kak Digoku masih selamat. Ku harap dirinya tak terluka sedikitpun karena ulahku barusan.

"Si?"

Aku memejamkan mataku mendengar panggilan itu. Aku semakin terisak pelan. Tubuhku gemetar dan mulai berkeringat dingin. Dengan caraku memejamkan mata seperti ini, bayangan itu mulai muncul.

"Zizie jahattt!!"

Aku berteriak tertahan saat melihat Zidan sedang memeluk seorang wanita di taman, tempat yang saat itu Zidan mengajakku ketemuan. Aku sudah terlanjur senang saat Zidan mengajakku ketemuan waktu sore hari di taman. Aku dan dia sudah sahabatan sejak kecil. Dia selalu menjadi pelindungku saat banyak anak yang mau melukaiku. Dia selalu ada untukku. Dia pahlawanku, pelindungku, sahabatku sekaligus Cinta Pertamaku!

Jangan kira Zidan tak tau bagaimana perasaanku terhadapnya. Ia tahu karena dia selalu membaca buku diaryku secara paksa meski aku sudah mencoba untuk melarang. Ya! Dulu aku sering mencurahkan perasaanku pada buku diaryku karena aku takut Zidan malah menjauh jika dia tau aku suka padanya. Tapi nyatanya? Tidak! Saat itu dia tersenyum penuh arti saat membacanya dan langsung menatapku yang menunduk malu karena ketahuan. Dengan perasaan sayangnya, dia menarikku ke dalam pelukannya dan mengecup kepalaku berkali-kali. Lalu berkata 'Makasih udah sayang sama aku. Kalau kamu ingin tahu gimana perasaanku ke kamu, besok kamu datang ke taman dimana kita sering bermain disana. Mau?'

Dan waktu itu dengan semangatnya aku mengangguk. Entah kenapa aku percaya saja jika Zidan memiliki perasaan yang sama sepertiku. Jika tidak? Kenapa dia tak marah padaku? Kenapa dia masih perhatian sama aku?

Tapi kini?
Apa yang ku lihat!
Inikah yang dia maksud agar aku tahu bahwa perasaannya bukan untukku?
Inikah yang dia maksud untuk menunjukkan bahwa wanita yang dalam pelukannya adalah kekasih hatinya padaku?

Jahat sekali kamu Zidan!

Aku membencimu!

Sangat membencimu!

"Sisi! Tunggu!" Teriaknya.

Dengan airmata yang sudah banjir membasahi wajahku, aku berbalik dan berlari meninggalkannya. Akan ku lupakan perasaanku untuknya. Akan ku lupakan semua kenanganku bersamanya.

"Sisi, heii! Tunggu!" Zidan berhasil menahan tanganku tapi aku enggan berbalik.

"Lepas!" Desisku mencoba melepaskan tangannya.

"Enggak akan! Kamu dengerin aku dulu. Sumpah kamu salah paham Sisi. Itu tadi-"

"Apa?" Akhirnya aku berbalik menatapnya membuat dia sedikit terkejut.

"Kamu nangis?" Tanyanya syok mencoba untuk menghapus airmataku.

"Jangan sentuh aku! Jangan sok perhatian lagi sama aku!" Aku menepis tangannya.

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang