Setelah selesai makan, kami kembali ke kampus karena masih ada kelas yang harus kami selesaikan. Kelas rupanya masih sepi saat kami mulai masuk kedalam kelas. Tata dan Vanessa mulai sibuk dengan ponselnya masing-masing, aku mengeluarkan novel yang aku bawa, membuka halaman terakhir yang sudah terbaca tadi malam. Ku baca satu persatu kalimat yang ada disana, mencoba memaknai setiap maksud dari kalimat si penulis. Sesekali aku tersenyum tipis saat mendapati kata indah. Ingin sekali suatu hari aku bisa menulis kalimat seindah kalimat yang ada di novel ini.

"Cewek banget ya bacaan kamu." sebuah suara berat mengalihkan mataku dari novel. Sosok lelaki berkaca mata klasik sudah duduk manis disebelah kursiku.

Ku lirik sejenak novel yang aku baca, tersenyum padanya. "Aku baca semua genre novel kok." jawabku pelan.

Dia melepaskan tas gendongnya lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Wangi laki-laki ini tercium sampai ke hidungku.

"Enak tuh ya main game." katanya sambil menunjukkan layar ponsel. Disana sudah terbuka aplikasi game basket yang sepertinya sering dia mainkan.

"Cupu cuma main di hp. Asli dong kalo bisa." Rupanya kalimat ku mengundang ketertarikannya. Dia menatapku agak kesal.

Alva mengembalikan ponselnya menjadi layar menu dan meletakkannya di meja yang tak jauh dari tanganku. "Kapan kapan ikut aku latihan basket, awas sampe kagum ya." katanya.

Tak lama setelahnya segerombolan anak lelaki masuk dan menyebabkan kegaduhan di dalam kelas yang semula tenang tenang saja.

"Aduh Galang rame banget sih." Omel Vanessa pada salah satu anak yang masuk. Lelaki yang bernama Galang hanya mengedikkan matanya sambil melemparkan senyuman nakal pada Vanessa yang membuat Vanessa semakin berdecak kesal.

"Sabar, Van." kataku pada Vanessa.

Alva yang duduk di sebelahku ikut terkekeh melihat tingkah Vanessa. "Anak anak, kan, emang biasa kayak gitu." kata Alva.

"Vanessa, kan, juga udah biasa kayak gitu." sahutku. Senyuman Alva kembali tampak mendengar kalimatku.

Diam setelah itu, seolah pembicaraan terhenti disana.

Kringg...

Aku dan Alva saling bertatap sejenak sebelum akhirnya sadar jika ponselku yang berbunyi barusan. Terlihat tulisan Papa disana, segera ku tekan tombol jawab saat itu juga.

Tak terdengar suara apapun saat itu, hanya diam. Jantungku seketika berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

"Halo, Pa?" ku beranikan menyapanya terlebih dahulu.

"Halo, ini Ayma, ya."

Suara seorang wanita itu membuatku berpikir, siapa pemilik suara itu. Suaranya begitu getar, seperti sedang menangis.

"Iya, ini siapa? Papa saya mana?"

Pembicaraanku ini ternyata mengundang perhatian Tata, Pika, Vanessa juga Alva yang ada di tak jauh dariku.

"Ayma, papa kamu pingsan di kantornya tadi pagi. Dan sekarang keadaannya drop banget. Kamu bisa ke rumah sakit Medica sekarang?"

Jantungku semakin berdetak kencang mendengarnya. Suara wanita di seberang sana pun terdengar semakin bergetar hebat. Tak sadar air mata langsung meluncur dari kelopak mataku.

"Saya kesana sekarang." jawabku.

Aku mengemasi barangku dan memasukannya kedalam tas. Beberapa pertanyaan mulai sampai terdengar dari ketiga sahabatku ini. Aku menghentikan kegiatanku sejenak lalu memeluk Tata yang duduk tepat di sebelah kananku. Aku menangis di pelukannya.

"Kenapa, Im?" tanya Tata sambil mengelus punggung ku, berusaha menenangkan ku.

"Papa ku pingsan dan sekarang dia di rumah sakit." jawabku.

Pika memberikanku tisu untuk menghapus air mata, aku pasti akan menjadi perhatian banyak orang jika terlihat menangis seperti ini.

"Mau aku anterin? Kamu syok banget kayaknya." kata Alva menawarkan.

Vanessa mengangguk mantap mendengar tawaran Alva padaku. "Nah iya, Va. Tolong ya kamu anter Ayma. Nanti aku yang tanda tanganin absen kamu." kata Vanessa setelah itu.

Tanpa berpikir panjang, aku dan Alva langsung beranjak dari tempat duduk kami. Aku menunduk selama berjalan agar tak menimbulkan kehebohan untuk yang lainnya. Alva berjalan tepat di sebelahku. Sekilas ku melihat sosok Jeco yang terlihat heran dengan ku yang tidak karuan seperti ini di tambah saat ini aku berjalan bersama Alva. Sebelum masuk sampai di mobil, ku berikan kunci mobil kepada Alva, dia tau maksudku adalah agar dia yang menyetir.

Aku belum siap kehilangan lagi, Tuhan tolong....

Setelah Aku Tau |✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ