Henbusan nafas kasar terdengar, dan Iqbaale mengangguk mengerti. Lalu ia mempersilahkan Bryan masuk, tentunya Nk dan Diana ikut masuk. Sedangkan Iqbaale menaruh terlebh dahulu koper-koper Nk.

***

Disini lah mereka, Iqbaale dan Nk yang berdampingan,dan Bryan yang ada dihadapan mereka dengan tegang. Diana sudah ada ditaman belakang bersama anaknya pembantu mereka.

"Jelaskan!" Ucap Iqbaale langsung pada inti, tak ingin berlama-lama menahan amarahnya pada pria muda dihadapannya.

Sebelum memulai, Bryan menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. Lalu ia mengangkat kepalnya dan menatap keduanya takut, dan baru lah ia mulai menjelaskan. "Saat itu, Diyanti putus asa karna Iqbaale memilih madam dibandingkan dirinya. Dia sempat mengurung diri slama enam bulan, dan hampir bunuh diri setelah enam bulan itu. Dirinya makin tak karuan saat mendengar madam Nk hamil, dia meminta beberapa temannya untuk menikahinya dan menghamilinya, setelah itu dia bisa meminta pertanggung jawaban dari tuan Iqbaale." Jelasnya berusaha sesingkat, secepat namun tetap bisa didengar.

"Lalu? Kamu temannya Diyanti yang bilang iya?" Tanya Nk penasaran.

Bryan menggeleng pelan. "Aku sepupu jauh Karel. Sebelum aku bertemu Diyanti, aku sudah menjadi mu'alaf. Dan saat mendapat email bahwa sepupu favoritku akan datang, aku cukup bahagia. Namun sirna saat mendengar aku harus menikahi dan menghamili wanita berjilbab disampingnya. Awalnya aku pikir, ini pun bisa menjadi ibadah untukku, tapi setelah mendengar penjelasan Diyanti bahwa setelah ia mengandung anakku, aku harus menceraikan dia. Aku menolak. Tapi Karel tetap saja meminta, hingga kami sepakat dengan perjanjian bodoh itu."

Iqbaale kini angkat bicara. "Kamu menerimanya?"

"Dengan terpaksa, ya, saya menerima Diyanti. Aku tau sebenernya itu ga baik, tapi dengan ancaman akan keselamatan keluargaku, aku berusaha terlihat tulus dihadapan mereka.

Setelah menikah sirih dan pindah ke Jogja, Diyanti tak tanggung-tanggung meminta nafkah batin. Aku hanya mengiyahkan dan melakukannya, terus menerus sampai setahun pernikahan kami, Diyanti baru mengandung. Dan aku langsung menceraikannya, dan aku pulang ke Paris." Cerita Bryan singkat, namun tetap dimengerti oleh keduanya.

"Kalo dingat kembali, saya begitu bodoh dengan hal seperti itu. Saya benar-benar sadar dan berusaha berubah setelah bertemu Madam Nk, yang mengsosokkan diri bagai seorang kakak yang bijak." Ucap Bryan menatap Nk. "Sejak awal, saya memang menyukai dan menyayangi madam Nk, tapi hanya sebatas kakak bagi saya, tidak pernah lebih." Bryan meralat semua kekeliruan Iqbaale yang memasang raut ingin memukulnya.

Nk tersenyum kecil mendengarnya. "Senang rasanya ada yang menganggap saya seorang kakak." Ucapnya senang. "Lalu? Setelah semua terungkap terang-terangan seperti ini, kau mau rujuk dengan Diyanti?" Tanya Nk tanpa berpikir dua kali.

Pria bermata hijau ini tersenyum dan menggeleng pelan. "Saya sudah menemukan seseorang yang membuat saya jatuh cinta lagi setelag memeluk Islam."

"Siapa?" Tanya Nk lagi penasaran.

"Asistem madam, Annisa Jannah." Jawab Bryan dengan muka yang berseri-seri.

"Ica beruntung dicintai kamu," Nk mengepalkan tangan kanannya dan bergumam "Semangat ngejarnya."

"thank's..."

"ekhem...." Iqbaale berdehem, "Dan soal malam itu? Malam dimana kamu menyetubuhi Nk?" tanya Iqbaalw kembali pada topik.

"Diyanti dan Karel juga yang memaksa saya. Saya benar-benar menolak, makanya sangat enggan saat Karel mengirim pesan bahwa tetap saya yang harus melakukan itu ke madam. Tetap harus saya yang mengantar dan menemani madam dikamar." Jelas Bryan yang kini kembalu memasang wajah takutnya. "Saat di toko wine pun, disana ada Karel yang meminta saya untuk memberi minuman kaleng yang saya tau ada akoholnya. Lagi-lagi saya menolak, tapi tetap ancaman buruk Karel keluarkan. Saya hanya menurut dengan rasa takut yang teramat."

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now