"jadi gantengan malaikat maut yah, dibanding aku." ujar Iqbaale ketus.

Nk terkekeh sembari memegang pipi kiri Iqbaale dan tersenyum damai. "Sekarang Iqbaale baperan yah, padahal udah tau kalo hati Nk tetap buat dia." ucapnya pelan, lalu mengecup kilat pipi satunya.

Mendengarnya, Iqbaale tersenyum cerah.

"eh ya, kata mau cerita soal kemarin," ucapan Nk membuat Iqbaale merasa senang bercampur gugup, takut tidak disetujui olehnya. "gimana kemarin sama Bryan? Mumpung ga ada Diyanti ini kan?"

Iqbaale bangkit dari duduknya dan menarik Nk keluar restorant, dan duduk dikursi pantai, dekat kolam renang dan terdiam sesaat. Nk yang hanya mengikutinya, langsung mengerutkan kening dengan bingung, pagi penuh tanda tanya baginya.

Pria itu masih terdiam, dengan tangan kanan menggenggam erat tangan Nk dan tas hitam kecil dipangkuannya. Nk bertanya-tanya, kapan Iqbaale hobi membawa tas kecil? Rasanya jarang, yah kecuali jika isinya sangat penting sehingga mengharuskan dirinya membawa benda tersebut kemana-mana.

"Sebegitu penting yah, isi dalam tas kamu itu sampai ga mau pisah kayak gitu." celetuk Nk yang menyadarkan Iqbaale dari lamunan. Ternyata Iqbaale diam bukan kenapa-napa, melainkan dia terlalu menikmati pagi terakhir di Paris.

"ah, soal isi tas aku ini, aku mau nunjukkin kamu sesuatu." Nk langsung memposisikan duduknya menghadap Iqbaale dan menatap serius pria itu. Iqbaale membuka resleting depan tasnya dan mengeluarkan dua sapu tangan dengan warna yang berbeda; yang satu hitam, yang satu peach dan tisu yang sudah dilipat rapih, Nk mengerutkan keningnya dalam.

"aku ngumpulin ini diam-diam, tanpa sepengetahuan Bryan dan Diara," Ucap Iqbaale menunjukkan 3 benda yang ia keluarkan.

"buat apa? Dan, ada isinya? Isinya apa?" tanpa ragu, Nk langsung memberi tiga pertanyaan yang simple, namun sulit dijelaskan.

"ini, isinya rambut Bryan, ini rambut aku, dan ini kuku Diara." jelas Iqbaale singkat dan padat sembari menunjuk sapu tangan hitam, lalu yang peach, baru lah tisu yang ia tunjukkan. Satu pertanyaan sudah terjawab, namun Nk masih kurang mengerti maksud Iqbaale mengumpulkan itu semua.

"Lalu?"

"Sehabis dari Jepang, atau kalau perlu di Jepang nanti, aku berniat tes DNA kita bertiga," Nk masih tak mengerti.

"buat apa?"

"Bukti kalau Diara bukan anak aku, Nk. Masa kamu ga ngerti sih?" gemas Iqbaale yang diakhiri kekehan, namun Nk tak ikut tertawa, dirinya masih berpikir kenapa harus Bryan yang Iqbaale pilih sebagai bandingannya.

"iya, aku ngerti buat ngetes Diara anak kamu atau bukan, tapi kenapa harus Bryan yang kamu curigai? Ga ada yang lain apa, yah?" tanya Nk kian penasaran.

"entahlah, tiba-tiba aja otak langsung nyeletuk tuh bocah, padahal kita baru kenal beberapa hari kan?" Jawab Iqbaale santai, tanpa berpikir langsung berucap.

"ya pemikiran orang suka beda, Baale." ucap Nk sambil meraih sapu tangan peach yang ia yakin miliknya dan memperhatikan tanpa ada rasa berani untuk membukanya. "Masih disimpan aja nih sapu tangan, sampe dibawa lagi ke Paris." Kekehnya pelan.

"udah mau 7 tahun tuh sapu tangan, tahan juga ternyata." puji Iqbaale secara tidak langsung.

"kalo mau bilang bagus, jangan gengsi bapak tua." keduanya kembali tertawa. "Hm, soal Jepang nanti..." Nk ingin mengungkapkan yang sebenarnya, namun ia tak tau harus kata apa mengungkapkannya.

"Kenapa? Kamu sama Diana tetep ikut ke Jepang kan?" Nk mengulum bibir, lalu menggigit bibir bawahnya dengan rasa bersalah, sehabis itu ia menggeleng pelan. Iqbaale yang melihat jawaban itu mengerut dahinya dalam. "kenapa?"

Love Me Harder (end)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon