2. Setuju!

2.2K 166 101
                                        

"Setidaknya kasih aku pemahaman tentang kata sahabat yang sebenarnya."

*****************

Lila dan Cellia terus tersenyum geli setiap membuka halaman demi halaman album foto masa kecil mereka. Kini keduanya sama-sama melirik satu sama lain, bertelepati jika kejadian dulu sangat menggelikan.

Saat album ditutup, Lila mulai menerawang. Ingatannya mulai berputar pada kejadian 2 tahun silam.

Teriakan heboh dari para penonton futsal, membuat Lila dan Cellia ikut berteriak heboheh salah, hanya Cellia saja yang berteriak heboh, sedangkan Lila hanya ikut bertepuk tangan tanpa selera. Bahkan rasanya, Lila ingin segera pergi dari lapangan futsal ini.

"Astaga, La. Gue deg-degan," ujar Cellia.

Lila akhirnya menoleh, kemudian menatap Cellia datar. "Lo kalau nggak deg-degan, berarti lo mati, Cell."

"AWAS!!!"

Ucapan itu sukses membuat Lila dan Cellia menatap ke depan. Mata Lila membulat sempurna saat sebuah bola meluncur ke arahnya. Lila sangat yakin, jika dalam hitungan detik, bola itu akan segera menghantam wajahnya. Refleks, kedua mata Lila langsung menutup saat bola yang terlempar ke arahnya semakin mendekat..

Dugh!

Suara bola yang bertabrakan terdengar sangat nyaring. Harusnya kan Lila merasa sakit karena tertembak bola? Tapi... dia tidak merasakan apapun. Perlahan matanya terbuka, dia termangu ketika sadar ada yang tengah melindunginya. Lila terpesona.

"Lo aman. Sorry ya, tendangan temen gue terlalu kencang dan gak seimbang, makanya jadi terlempar jauh ke sini.." cowok itu tersenyum manis. Sangat manis, sampai membuat Lila meleleh!

Lila masih bengong, tidak berkedip. Cewek itu merasa sosok di hadapannya ini sangat sempurna. Bahkan jika saat ini dia sedang bermimpi, Lila berharap tidak ada yang membangunkannya. Karena mimpi ini terlalu indah.

"Gue Alan. Dari SMP Utomo," ucap Alan sembari membawa bola, dia kembali tersenyum. "Sekali lagi maaf ya."

Mengangguk, hanya itu yang dapat Lila lakukan. Bahkan setelah cowok itu pergi, Lila masih termenung di tempatnya. Pesona cogan memang dahsyat. Tidak heran sampai membuat Lila kehilangan fokusnya.

Setelah cukup lama mematung, akhirnya Lila menarik napas, lalu menunduk. Dia mengeratkan pegangan tangannya pada tas selempang yang dipakainya. Ia tersenyum mengulum, mengingat wajah yang beberapa detik lalu mampu menggetarkan hatinya.

"Laurel!" jerit Cellia, kesal sendiri.

Lila mengerjap, tersadar dari lamunannya. Cewek itu nyengir lebar. "Apaan?" tanyanya, sok polos.

"Tau ah!"

Lila terkekeh geli melihat wajah bete Cellia, kemudian cewek itu berdehem singkat, membuat Cellia menoleh. "Cell, kayaknya gue udah benar-benar suka sama kak Alan deh," ungkap Lila dengan jujur.

Cellia sempat terkejut, lalu setelahnya ia kembali biasa saja. Cewek itu tersenyum tipis. Pandanganya sudah terarah pada langit-langit kamar.

"Serius, La?" tanya Cellia kalem. kemudian cewek itu tersenyum jahil. "Udah move on dari Rifki, nih?" kedua alis Cellia naik turun, membuat Lila mendengus kesal.

"Jangan ngebahas dia lagi, plis. Gue pengen muntah kalau dengar nama si bad boy cap laron itu." Lila bergidik jijik, mengingat kisah asmaranya dengan Rifki yang berantakan.

GAME OVER [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang