^Thanks All^

26 4 5
                                        

"Gak semua yang terlihat baik itu bersahabat. Bahkan bisa saja mereka tidak lebih dari seorang srigala yang kelaparan."

_____♡_____♡______♡______♡______

"Lo tau? Gue gasuka sama orang yang ganggu hubungan gue sama pacar gue!" Ucap Dessy sambil bertolak pinggang.

Sungguh! Luna tidak mengerti apa yang dimaksud oleh perempuan didepannya ini. "Pacar kaka siapa?" Tanya Luna polos.

"Andreas Wersten!" Ucapnya santai.

Luna sangat tidak percaya dengan apa yang dilontarkan oleh wanita didepannya ini. Benarkah? Kenapa Andreas tidak pernah mengatakan ini sebelumnya? Apa ini hanya lelucon saja? Fikirnya melayang tak terarah.

"Dan Lo!" Dessy menunjuk tepat dihidung Luna. "Lo yang udah ngerusak kebahagian gue sama Andreas! Gue gak suka dan gue gaakan tinggal diam!" Lanjutnya lagi.

Okey, diperkirakan ini sudah pukul 4.00 PM. Jadi, apa Luna hanya bermimpi? Oh tuhan.. tolong bangunkan dia dari mimpi seperti ini. Luna tidak mau!

"Kak Andreas gapernah cerita kalo dia udah punya pacar. Dan aku gapernah ganggu hubungan kaka, jadi kalaupun aku mengganggunya aku minta maaf" Ucap Luna lirih.

"Maaf?! Gak segampang itu anak kecil!" Dessy mengeluarkan pisau lipat dari balik jaketnya. Ia membuka pisau itu dan menggerakkannya perlahan dipipi mulus Luna.

"Lo tau? Gue C I N T A banget sama Andreas. Dan lo tau? Karena lo! Andreas semakin mengacuhkan gue. Apa salah gue Lun? Apa?!" Amarah Dessy menggebu-gebu sehingga pisau yang digerakkannya menembus kepipi mulus Luna dan menciptakan goresan yang cukup dalam dan panjang.

"Aww kak sakittt" Rintih Luna saat merasakan perih di pipinya akibat pisau itu.

"Sakit yaa? Uhh kasiann" Dessy terkekeh pelan. Ia meletakkan pisau itu dimeja samping Luna dan memegang pipi Luna yang terkena goresan itu. "Mahakarya yang cukuo bagus" Ia menyubit luka itu kencang sehingga membuat Luna berteriak kesakitan.

"Ampun kak ampunn.... sakittt" Luna menangis sejadinya. Entah sudah berapa kali ia menangis semenjak kejadian ini? Entahlah ia tidak pernah berfikiran untuk menghitungnya. Luna merasakan ada tetesan darah segar yang mengalir menuju lehernya. Ia yakin itu darah dari pipinya.

"Lo gatau betapa menderitanya gue selama ini kan Lun? Andreas gapernah ngelirik sedikitpun ke gue Lun! Bahkan dari SMP gue udah naro hati ke dia! Gue yang lebih lama hadir dihidup dia, tapi kenapa dia malah tertarim sama Bocah ingusan yang baru aja hadir dihidup dia?! Kenapa Lun kenapa?!" Ucap Dessy sambil membanting Meja yang berada disamping Luna tadi. Ia frustasi! Sangat frustasi.

Luna yang tidak bisa dibentak atau mendengar cacian mendadak bungkam dan hanya bisa menunduk sambil menangis. Ditambah lagi setiap air mata yang jatuh dan mengalir kepipinya itu malah menambah rasa perih yang ia rasakan. "Mom...Pap... Luna takut... Luna takut..."  Batinnya menangis.

"Kenapa lo nunduk? Takut ngeliat gue? Lo fikir gue gila? Hah?! Iyaa?!" Seakan tau apa yang difikirkan oleh Luna, Dessy langsung menjambak rambut panjang Luna yang sudah tidak beraturan sehingga membuatnya secara tidak mau terdangak menatap Dessy.

"JAWAB GUE LUNA!" Bentak Dessy lagi.

Luna masih terbungkam dan tetap menangis. Apakah penderitaannya baru dimulai? Dan kalau iya, kapan berakhirnya ya Rabb...

Dessy menghempaskan rambut Luna kasar dan beralih mengambil pisau yang tergeletak dilantai. "Gue bakal bunuh lo sekarang!" Gunamnya pelan.

Bugg....Duggg...Bugghhh....Duaarr...

Dessy mendengar suara kerusuhan diluar dan ia berjalan kearah jendela untuk mengintip keadaan diluar. "Sial! Itu siswa Pelita Bangsa! Dari mana mereka tau Luna disini?" Gunamnya.

Dessy langsung melepas ikatan yang berada ditangan dan kaki Luna. "Kalo lo gamau gue bunuh, Lo harus ikut gue sekarang! Okey?!" Ancan Dessy.

Luna hanya mengangguk dan mulai berjalan dengan bantuan dari Dessy. Ia merasakan kakinya sangat perih dan sakit. Dessy membawa Luna kemobilnya lewat pintu belakang. Lalu berjalan dengan kecepatan Maximal.

"Kita mau kemana?" Luna memasang Sealtbelt nya dan memperhatikan kecepatan mobik tersebut. "Jangan kencang-kencang kak! Kita berdua bisa celaka!" Ucap Luna takut.

"Berisik Lo!" Dessy masih fokus kearah jalanan dan sesekali menatap kearah kaca spionnya. Cih! Kenapa mereka masih mengikuti?!

Luna merapalkan doa didalam hatinya agar tuhannya senantiasa menjaga dan melindunginya. Ia tidak ingin mati untuk sekarang ini. Ia merasa masih belum cukup bekal untuk sekarang. Oh tuhann... kumohon bantu aku...

Dessy melihat ada sebuah truk besar dari arah berlawanan. Ia langsung membanting stirnya ke kanan dan mobilnya menabrak sebuah pagar pembatas jalan.

Luna menutup matanya dan kepalanya membentur sisi mobil. Begitu pula dengan Dessy yang kepalanya membetur stir kemudi mobil. Mobil mereka mengeluarkan asar dan mungkin beberapa menit lagi akan meledak.

**********

Penjaga digubuk itu cukup banyak dan membuat Andreas dan teman-temannya cukup kewalahan. Saat Gilang sudah berhasil masuk kedalam, ia tidak melihat apa-apa dan hanya menemukan sepatu sebelah milik Luna. Pasti mereka sudah kabur!

Gilang langsung menaiki motor kijangnya dan menyusul mobil yang ia yakini telah membawa Luna didalamnya.

"Luna? Lo ada disanakan? Lo tenang yaa. Gue akan terus pegang janji gue ke lo buat tetep jagain lo kok!" Gunam Gilang.

Laju motor Gilang terhenti saat melihat mobil yang dikejarnya mengalami kecelakaan. Ia langsung turun dari motornya dan berlari kearah mobil itu. Ia menemukan sosok Luna dan berusaha mengeluarkannya dari dalam mobil itu.

"Dessy?" Matanya terbelalak saat melihat seseorang yang berada dibagian kemudi. Apa mungkin dia yang melakukan ini semua? Ah bodo amat deh! Yang terpenting Luna harus cepat-cepat dibawa ke Rumah Sakit terdekat!.

Gilang mengeluarkan Luna dari sana dan segera membawa Luna menuju Rumah Sakit 24 jam dengan motornya.

**********

"Gimana kabar Luna, Gilang?" Tanya Mommy Farah dan Papih Mike.

"Om, Tante" Gilang mencium kedua pundak tangan Orang Tua Luna terlebih dahulu. "Luna masih diruang UGD dan masih ditangani oleh dokter Om,Tan. Katanya banyak serpihat-serpihan kaca yang harus dibersihkan terlebih dahulu dari wajahnya." Jelas Gilang.

"Innalillahi Pap" Tangis Mommy Farah pecah saat mendengar keadaan anaknya. Tubuhnya melemas dan suaminya hanya bisa menenangkannya dan membawanya kedalam pelukannya.

"Kalau begitu terimakasih yaa nak Gilang, sudah mau mencari dan menyelamatkan Luna." Sambung Papih Mike.

"Iya om, sama-sama" jawab Gilang sopan.

Tidak lama setelah itu, seluruh sahabat dan teman-teman Luna disekolah datang untuk melihat kondisi Luna. Beberapa dari mereka juga menangis saat tau kondisi temannya itu. Mereka hanya berharap besok atau lusa mereka bisa kembali melihat senyuman indah milik Luna lagi.

Tbc~

Hohooo...
Luna udah ketemu :v dan maaf late update😆 aku langsung update 3 part yaaa guyss😉 Luvyu😚

Kayaknya cerita ini gaakan lebih dari 25 part deh😁 xixixi

-Rara-
#SalamDariPenulisYangSukaTypo

C I N (T) A (COMPLETE)Where stories live. Discover now