Cklek!

Seorang dokter keluar dari lab. Jungkook berdiri dan menghampiri dokter itu.

"Bagaimana, seonsaengnim? Apa ada masalah dengan diri saya?"

"Ini hasil pemeriksaan darahmu, Jungkook-ssi." Dokter itu tak menjawab pertanyaan Jungkook, namun memberikan sebuah amplop coklat.

Jungkook menerima amplopnya dan membaca tulisan yang ada di kertas itu.

Berdasarkan serangkaian tes yang telah kami lakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa, pasien yang bernama: Park Jungkook. POSITIF mengidap Leukimia.

Deg!

Jantung Jungkook seperti berhenti berdetak. Ia berulang kali membaca kertas itu. Mencoba memastikan jika yang dibacanya adalah sebuah kesalahan. Namun, hasilnya tetap sama. Semua tetap menunjukkan jika dirinya mengidap leukimia. Penyakit kelainan darah itu, benar-benar menghinggapi dirinya.

"Saya sarankan kau segera melakukan perawatan di rumah sakit, agar penyakitmu tidak semakin parah. Jika kau bersedia, saya akan menyiapkan jadwalnya, Jungkook-ssi." ucap dokter itu.

"Ah, saya akan mempertimbangkannya terlebih dahulu, seonsaengnim." Ucap Jungkook, dengan wajah yang sudah blank. Ia tak bisa berpikir lagi saat ini.

"Baiklah, tapi saya harap, kau segera memutuskannya, Jungkook-ssi. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu berlalu pergi meninggalkan Jungkook yang masih di tempatnya.

Jungkook benar-benar terpukul dengan apa yang di bacanya baru saja. Jika tau seperti ini, akan lebih baik jika dirinya tak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Tapi, jika ia tak mengetahuinya, maka itu akan menjadi hal yang membuatnya harus menyesal nantinya.

Jungkook bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Ia memutuskan untuk pulang ke apartementnya, sebelum dua hyungnya kembali.

.

.

Jungkook pov.

Aku berjalan menuju ke apartementku dengan langkah lemas. Bagaimana tidak? Hari ini aku mendapat sesuatu yang tak terduga. Sebuah kenyataan yang akan mengubah diriku nantinya. Ah, bukan nantinya, saat ini juga. Hidupku sudah berubah saat ini juga. Aku bukanlah Jungkook yang dulu, yang sehat dan baik-baik saja. Sekarang, aku adalah Jungkook yang lemah, dan akan selalu melemah setiap harinya.

"Wah, kau baru saja pergi main, huh?"

Sebuah suara membuatku tersadar dari lamunanku dan mendongak. Aku melihat Jin hyung dan Jimin hyung di depan pintu apartementku. Wajah mereka terlihat kesal. Ah.. aku pasti akan mendapat masalah lagi. Aku berjalan mendekat kearah Jin hyung dan Jimin hyung.

"Kalian sudah pulang, hyung?" tanyaku.

"Memangnya kenapa kalau kami sudah pulang, huh? Apa kau akan pergi bermain lebih lama lagi?" ucap Jimin.

"Aniya, hyung." aku mendukkan kepalaku.

"Dari mana saja kau?"

Pertanyaan Jin hyung membuatku terdiam.

Apa yang harus aku katakan? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya? Ah, andwae. Akan lebih baik jika Jin hyung dan Jimin hyung tak tau. Tapi, aku harus menjawab apa?

"Kenapa diam saja! Kau dari mana?!" Jin hyung semakin meninggikan suaranya. Aku hanya menundukkan kepalaku.

"A-aku.. d-dari depan, hyung." ucapku, bohong. Ya.. dan akhirnya aku harus berbohong.

Last Letter From God [END]Where stories live. Discover now