Critical Conditions

4.2K 363 24
                                    

Jungkook pov.

Aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Setelah Jongin hyung mengobati luka di kepalaku, aku kembali menuju ruang UGD.

Sepanjang jalan, pikiranku hanya tertuju pada Seokjin hyung dan Jimin hyung. Aku tak tau, bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu. Yang aku inginkan hanya, mereka segera sadar.

"Jungkook-ah, sayang.. kau dari mana saja?"

Aku mendongak ketika mendengar suara eommaku. Eomma berjalan menghampiriku dengan wajah cemasnya.

"Mianhae, eomma. Bagaimana hyungdeul? Apa mereka sudah di pindahkan?" Tanyaku.

Eomma tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya. Aku menatap bingung.

Apa yang terjadi?

"Eomma.." panggilku sambil memegang bahu eomma.

"Mereka masih belum keluar dari ruang UGD. Eomma.. eomma.."

"Sstt!! Tenanglah, eomma. Hyungdeul pasti baik-baik saja." Ucapku, mencoba menenangkan eomma.

Aku merangkul eomma dan kembali membawanya ke depan ruang UGD. Aku dan eomma duduk di kursi. Aku masih mengelus bahu eomma.

"Appa eodiya, eomma?" Tanyaku ketika menyadari tak ada tanda-tanda keberadaan appa disana.

"Ah, appamu tadi mendapat panggilan mendadak. Rekan bisnis appamu mengajak bertemu." Jawab eomma. Aky hanya mengangguk.

Cklek!

Pintu ruang UGD di depanku terbuka. Aku dan eomma beranjak dan menghampiri dokter yang keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana kondisi anak-anak saya, seonsaengnim?" Tanya eommaku dengan nada cemasnya.

Dokter itu tak kunjung menjawab. Hanya helaan nafas yang keluar. Aku tak bisa menyembunyikan rasa cemasku. Hanya berdoa yang bisa aku lakukan saat ini.

"Jwesonghamnida. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Kedua anak anda mengalami koma."

Deg!

Seperti hantaman palu yang tepat mengenai dadaku. Begitu menyesakkan.

"M-mwo? Andwae. Andwaeyo, seonsaengnim. Anak-anak saya pasti baik-baik saja. Mereka hanya tidur kan, seonsaengnim?!" Tanya eomma dengan nada yang mulai meninggi.

"Eomma, tenanglah." Aku mengusap bahu eomma.

"Jungkook-ah, hyung-hyungmu baik-baik saja, kan? Mereka pasti akan segera sadar, kan?" Tanya eomma dengan wajah memohonnya.

Aku tak bisa menjawabnya. Yang bisa kulakukan hanya merangkul eommaku dan mengusap bahunya dengan lembut. Aku tau, eomma pasti sangat terpukul dengan kondisi hyungdeul.

Pintu ruang UGD terbuka semakin lebar. Beberapa perawat mendorong bed keluar dari ruang UGD. Aku dan eomma bisa melihat kondisi Seokjin hyung dan Jimin hyung yang penuh dengan lilitan perban. Bahkan berbagai alat yang rumit dan asing menempel di sana sini.

"Seokjin-ah.. Jimin-ah.."

Aku menoleh kearah eomma yang menatap sendu dua anaknya itu.

"Dan ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Pasien Park Seokjin, harus mengalami kebutaan permanen pada kedua matanya." Ucap dokter itu.

"Seol-ma.. Seokjin tidak mungkin buta! Dia pasti baik-baik saja! Dia tidak buta, seonsaengnim!"

Eomma mulai berteriak. Aku hanya bisa merangkul eomma dan mencoba menenangkannya. Tapi, eomma terus saja berteriak. Hingga, tubuhnya melemas dan eomma jatuh tak sadarkan diri.

Last Letter From God [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu