Chapter 17.2

342 34 2
                                    

31 Oktober 2038

Kriiiiiing.

Bunyi alarm membangunkanku dari tidur tujuh jamku yang terasa sangat singkat. Hari ini aku tidak boleh mengecewakan siapa pun, termasuk diriku sendiri. Dan apa pun yang akan terjadi, aku harap setiap detiknya akan menjadi informasi yang sangat penting.

Aku bangun dan langsung mengganti pakaianku, tertutup seperti biasa dengan hoodie yang menutup bagian kepala. Pintu-pintu dari ruangan sebelah juga sudah bisa kudengar terbuka dan tertutup. Aku beranjak dan meraih gagang pintu itu dan langsung membukanya.

Tepat di depanku, Rion juga baru saja keluar dari ruangannya.

"Blue," sapa Rion dengan ekspresi sinis seperti biasanya. Meski ekspresinya memang terlihat seperti biasanya, tetapi hal yang tidak biasa kudengar adalah ia menyapa. Pasti ada sesuatu!

Aku hanya memandangnya sekilas sembari melempar sebuah ekspresi kepadanya dan langsung menoleh ke arah ujung koridor setelah menutup. Sibal sudah bersiap di ujung sana sebelum menuruni tangga, dan terlihat sudah menunggu kami untuk berkumpul, lalu memberi kami sebuah instruksi untuk langkah selanjutnya.

Kemudian ketua kelompok kami itu memberi isyarat untuk berkumpul, aku berjalan cepat dan diikuti oleh Rion di belakangku.

"Untuk misi kali ini, aku akan membutuhkan dua pemain untuk mendampingiku ke dalam rapat untuk negosiasi dan empat pemain lain untuk berjaga di luar ruangan." Ini dia, negosiasi yang dibicarakan olehnya semalam. "Aku akan menunjuk Skylar dan Bianca sebagai pendamping. Untuk penjaga aku menunjuk Ilva, Blue, Rion, dan Nathaniel."

Selepas kalimatnya yang selesai itu, ada seseorang yang mengangkat tangannya.

"Ya Skylar, kau ada pertanyaan?"

"Bagaimana dengan yang lain?" pertanyaan yang sama denganku, akan ada sepuluh pemain lain yang tersisa di luar siapa saja yang ditugasi tadi.

"Oh benar, yang tidak kusebutkan tadi, kalian bisa menunggu di gerbang." Hah, terdengar seperti orang yang tak berguna. "Dan mungkin kalian harus mempersiapkan senjata dan set skill terbaik kalian untuk puncak dari misi ini, karena aku tidak yakin negosiasi ini akan berjalan dengan lancar." itu! Itu sebuah petunjuk, jika negosiasi untuk mengambil alih kastel ini tidak berjalan dengan lancar mungkin akan terjadi perebutan dengan jalur guild war, tetapi bagaimana? Karena hanya satu guild saja yang diperbolehkan menyerang sebuah kastel dalam satu waktu.

Kami semua menuruni tangga, sepuluh pemain yang tidak disebutkan tadi berbelok ke kiri untuk keluar melalui pintu sebelah, sedangkan enam lainnya termasuk aku berbelok ke kanan melewati koridor yang cukup luas. Tepat di titik tengah kastel—tepatnya aula besar, kami berjalan lurus melewatinya, di sebuah pintu yang cukup besar ada empat pemain yang mungkin adalah anggota guild Stormfall. Dua dari mereka yang terdekat dengan pintu membuka pintu itu. Jadi itu adalah ruangan tempat negosiasi itu akan dilakukan. Aku melirik kilat ke dalam ruangan sembari Sibal dan dua pemain yang ditunjuknya tadi memasuki ruangan, terlihat cukup luas dan nyaman dengan meja bulat yang cukup besar yang mungkin bisa menampung untuk 20 pemain lebih.

Kami berempat—yang ditugasi Sibal untuk menjaga, kemudian berjalan ke seberang pintu, dan bersandar di pintu. Kami delapan pemain; empat di satu sisi dan empat di sisi yang lain, saling memandang tajam seolah kami semua akan ada sesuatu yang terjadi.

Sepuluh menit berlalu, Rion yang berada di sebelahku kemudian berbisik sambil menutupi mulutnya. "Kau tahu apa yang akan terjadi—yang Sibal tadi katakan jika negosiasi ini gagal?"

"Entah," jawabku, "kau sedang sakit, ya?" tanyaku mengakhiri kalimatku yang kugantung sebelumnya.

"Hah?" ia terlihat sedikit terkejut, memang sih, menurutku ia agak aneh sedari ia keluar dari ruangan—atau mungkin tepatnya semalam setelah perbincangan kami yang tidak berakhir seperti yang ia inginkan.

"Kau bersikap berbeda sejak tadi malam," ucapku.

"Aku tahu kau selalu peka dengan sekitarmu..." ucapnya, ia berdehem kemudian melanjutkan, "... dan mungkin aku yang terlalu bodoh atau kau saja yang terlalu pintar, tapi asal kau tahu saja, aku bersikap seperti ini kepadamu—aku ulangi, hanya kepadamu, karena aku tahu bahwa kau tahu sesuatu tentang Rain."

Aku memandangnya sejenak dan melempar senyum simpul kedua untuknya pagi ini. "Kau tahu, aku bisa saja membantumu, tapi—"

"Tapi aku juga harus memberimu informasi? Seperti itu, kan?" dia memang perempuan yang mengerti dengan hal-hal seperti ini.

"Begitulah."

"Terdengar cukup adil bagiku, apa pun akan kulakukan untuk Rain." Wow, aku tidak menyangka akan semudah ini mendekatinya. Satu informasi kunci untuk membuka dirinya yang sebenarnya.

Tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari dalam—cukup keras untuk dapat terdengar hingga ke luar ruangan, namun aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan.

Tidak lama kemudian pintu itu terbuka, di mulut pintu itu terlihat Sibal dengan sikapnya yang tenang—yang mungkin ia coba tahan. Mungkin negosiasi telah gagal.

"Ayo," ucap Sibal berbelok ke arah kanan selepas melewati pintu, kami berempat mengikutinya dan mencoba menyeimbangkan langkah untuk mengejar jalannya yang cukup cepat.

"Negosiasi gagal?" tanyaku berusaha mengejar langkahnya.

"Kurasa begitu," jawabnya. Entah apa maksudnya. Jadi dia sendiri tidak yakin jika negosiasinya gagal? "Skylar, hubungi mereka." mereka? Mereka siapa? Bantuan? Jadi ada guild lain yang terlibat selain kedelapan guild ini?

"Baik." Pemain yang dimaksud itu langsung membuka menu dan mengirim sebuah pesan kepada seseorang, aku tidak bisa melihat siapa pemain yang ia kirimi pesan.

Kembali di titik tengah kastel, kami berbelok kanan dan keluar melalui pintu utama besar. Sibal memberikan bahasa tubuh kepada mereka—kesepuluh pemain yang menunggu di gerbang agar mereka mengikuti kita.

"Kita kembali ke kamp itu," ucap Sibal yang kemudian mengeluarkan griffon miliknya.

--

Project Legacy: ReascendWhere stories live. Discover now