40.

13.7K 805 26
                                    


***

"Anak kita laki-laki atau perempuan, A?"

"Perempuan."

"Aku maunya laki-laki."

"Iya sudah."

"Tapi perempuan juga lucu."

Ayash mengembuskan napas pendek mendengar segala kebawelan seorang wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya sibuk menyiapkan makan malam. Ayash baru pulang dari RS beberapa menit yang lalu dan ia kembali di sambut oleh kebawelan beruntun dari istrinya.

Ya, bawelnya perempuan itu fitrah, jadi wajar saja. Karena itu lelaki yang baik adalah pendengar yang baik. Ayash juga sedang berusaha menjadi suami yang baik meskipun terkadang ia sangat greget dengan istrinya yang tak henti bercerita.

Ayash tersenyum, ia hanya mengangguk sedari tadi, Ayash sedang kelelahan saat ini, jangan sampai istrinya menjadi pelampiasan untuk moodnya yang naik turun itu.

Afi bukan sedang berusaha menganggu Ayash, tapi ya, dia hanya ingin sedikit di perhatikan, mengingat bahwa suaminya sering sibuk akhir-akhir ini. Toh, itu bukan keinginan Ayash, dia bekerja juga demi istrinya.

"Aku terlihat gendut, ya?"

Ayash memijat pelipisnya pelan.
Dia tahu wanita memang di ciptakan dengan dua mulut, karena itulah ketika menangis mereka lebih sering menutup mulutnya. Yang Ayash tahu tentang wanita, wanita itu selalu benar, jika wanita salah, kembali lagi ke kalimat pertama. Itulah wanita.

Ia tahu, Perempuan memang butuh diperhatikan, selalu butuh. Karena dari sananya, Tuhan menciptakan perempuan satu paket dengan kelembutan. Sedangkan perhatian dan kelembutan itu dekat sekali jaraknya. Walaupun ada juga jenis orang yang mengungkapkan perhatiannya dengan marah-marah, dengan keras. Sejatinya, hatinya tetap lembut, selama niatnya lurus, untuk kebaikan, bukan karena hawa nafsu. Buktinya dia tetap peduli, tetap perhatian, walaupun mungkin dengan cara yang kurang kita sukai.

"Sayangku, mau kurus atau gemuk kamu selalu cantik di mata aku, kok."

"Berarti dimata orang aku gak cantik, gitu?"

Ini istri imajinasinya kemana-mana.

Ayash terkekeh, mengelus perut istrinya yang berisi janin berusia lima bulan dengan lembut. Matanya menatap wajah istrinya yang cantik, istrinya adalah gadis yang pemalu, bukankah Rasulullah juga sudah memberi tahu bahwa golongan istri yang akan masuk surga yaitu istri yang mempunyai rasa malu kepada Allah, atau kepada sesama manusia, di mana-mana suaminya tidak ada dia selalu menjaga diri. Baik dirinya ataupun harta suaminya.

"Orang yang selalu menuntutmu perfect, apa benar-benar mencintaimu? Dia hanya mencintai dirinya sendiri dan kau hanya dijadikan obsesinya. Ketahuilah, tidak ada yang sempurna. Setiap hati tercipta untuk saling menyempurnakan. Ya, disempurnakan dengan cinta yang berlandaskan iman."

Wajah Afi merona begitu kalimat manis suaminya melesat bebas, mengudara menciptakan perasaan hangat di hatinya.

"Jadi nanti kalau anak kita lahir perempuan, dia pasti cantik dan lucu seperti Umminya, jika laki-laki haruslah tampan dan gagah seperti Abinya, kamu ngerti kan, sayang? Masih mau ngeluh soal fisik, heumm?" Ayash mencubit hidung istrinya gemas.

Afi mengerucutkan bibirnya keki, "iya, tapi kalau aku gemukan gini anak aku juga gemuk dong nanti."

Kayaknya sudah kodratnya perempuan tidak ingin dikata apalagi terlihat gemuk gitu, ya? Padahal gendut dan gemuk adalah dua hal yang berbeda makna.

"Kamu gemuk gini aja seksi, apalagi kalau udah lahiran nanti--aw." kalimat Ayash terhenti karena lengannya kena pukul si istri.

"Itu aja taunya kamu mah, A. Abisnya bawaannya suka laper," Afi menundukkan wajahnya dia hanya mengelus perutnya yang mulai membesar, janinnya tumbuh pesat sekali di dalam sana.

ISTRI IMPIAN ( R E M A K E )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang