"Kenapa Dim?" tanya (Namakamu).

"Oma ngajakkin kita buat jalan-jalan bareng abis pulang sekolah. Tapi gue bilang kalau kita gak bisa karena ada janji"

"Terus gimana? Oma marah gak?" (Namakamu) mulai cemas lagi seperti tadi.

"Santai aja, Oma gak marah kok."

(Namakamu) mengangguk paham, setelah itu masuk ke dalam kafe tanpa menghiraukan Dimas yang ngomel-ngomel gak jelas karena ditinggalin.

Di dalam kafe, (Namakamu) sibuk celingak-celinguk nyari keberadaan Rasyifa dan Azka yang katanya udah sampai duluan sebelum mereka.

Seorang perempuan yang duduk di bangku paling pojok melambaikan tangan ke arah (Namakamu) dan Dimas. Itu Rasyifa disebelahnya ada Azka yang mengisyaratkan untuk duduk disana, di tempat duduk kosong yang ada di hadapan mereka.

Dengan langkah-langkah lebar, (Namakamu) dan Dimas melangkah kesana. Mereka berdua duduk bersamaan di bangku kosong itu membuat Azka-Rasyifa jadi senyam senyum sambil bisik-bisik gak jelas.

"Jadi lo berdua mau ngomongin apa?" tanya Dimas to the point.

Azka menghela nafasnya dalam-dalam sebelum berbicara. Sedangkan Rasyifa hanya diam, membiarkan kekasih atau mantan sahabat nya ini menjelaskan semuanya.

"Sebelumnya gue mau nanya sama lo berdua. Selama ini lo berdua bohong kan? Lo berdua itu bukan sepupuan kan? Lo berdua itu di jodohin kan?"

(Namakamu) dan Dimas tercengang, bagaimana Azka bisa tahu?

Perasaan, selama ini Dimas atau (Namakamu) gak pernah ngasih tau tentang perjodohan ini ke siapa-siapa kecuali orang terdekat. Yang tau cuma keluarga (Namakamu), Dimas dan Michael.

"Lo berdua gak perlu bingung mikirin jawaban nya, karena gue udah duluan tau semuanya tanpa lo berdua kasih tau. Bahkan gue tau lebih dari ini"

"Ma-maksud lo apa?"

Dari sinilah cerita itu mengalir. Azka mulai mengingat dan menceritakan secara detail tentang semuanya.

Flashback on

"Arrgh!" Azka melempar semua barang yang ada di dekatnya.

"Kenapa semuanya jadi gini?!"

Kali ini Azka membenamkan wajahnya di bantal, dia frustasi, dia kecewa. Tidak tau lagi harus berbuat apa.

Semuanya sudah hilang, semuanya sudah tidak ada, semangat dia untuk menjalani hidup itu sepertinya sudah tidak ada lagi.

Apa yang selama ini dia coba untuk perjuangin juga sudah mulai hilang, bahkan orang yang pernah berjanji buat selalu ada di samping dia saat dia butuh juga menghilang karena perbuatannya sendiri.

Dia duduk di pinggir tempat tidurnya, tangan kanannya bergerak meraih sesuatu yang ada di atas nakas. Sebuah benda berupa kunci kini sudah ada di genggaman nya.

Azka bangkit dari duduk nya lalu berjalan keluar dari kamarnya dengan tampang acak-acakkan.

Saat Azka sudah sampai di tempat tujuan dia berhenti melangkah. Dia naik ke sepeda motor yang dia parkirkan di depan rumah dengan tergesa-gesa. Kunci yang sejak tadi dia pegang juga sudah dia tancapkan di lubang kunci.

Setelah menstarter motornya, Azka melaju dengan kencang meninggalkan pekarangan rumah.

'Gue bakal cari tau apa hubungan kalian sebenarnya. Awas aja kalau sampai yang kalian bilang itu gak bener, gue gak akan segan-segan buat ngasih kalian pelajaran'.

Motor nya sekarang sudah memasuki halaman rumah seseorang, Azka turun dan mencabut kunci motornya dari lubang kunci.

"Assalammualaikum" ucap Azka sopan pada salah seorang wanita paruh baya yang baru saja akan masuk ke rumah itu.

Akankah Dia? [√]Where stories live. Discover now