Part 18

911 72 9
                                    

Part 18

•°•

"Satu. Dua. Tiga." (Namakamu) memutar balik badannya setelah hitungannya selesai. Dan, gelap.

Pandangannya seketika menghitam. Dia tak bisa melihat apapun, hanya ada warna hitam yang mendominasi.

Tangannya meraba penglihatannya. Namun yang didapatinya malah tangan seseorang yang menutupi.

"Hayo.. Tebak!"

"Hmm, A-Azka kan!" seru (Namakamu) antusias.

Sekarang tangan itu menghilang, (Namakamu) bisa melihat sekitar lagi.

"Selamat, anda benar! Mau hadiah gak?" Azka menaik-turunkan kedua alisnya.

"Emang nebak gitu doang ada hadiahnya?" tanya (Namakamu) agak antusias.

"Ermm, Ya ada dong! Kalau mau tutup dulu coba matanya,"

Dengan ragu, gadis itu menutup kedua matanya dan...

Cup..!

Satu kecupan ringan mendarat mulus di pipi kiri (Namakamu), membuat darahnya berdesir hebat.

Se cepat mungkin, gadis itu membuka matanya. Dilihatnya Azka tersenyum lebar menatap sekeliling.

"Mau lagi hadiahnya?"

Azka memang benar-benar membuat (Namakamu) naik darah.

Udah salah, ga tau salah!

(Namamamu) menoyor kepala Azka, hingga si-empu nya kepala meringis.

"Nyebelin lo!" bentak (Namakamu) yang dibalas cekikikan oleh Azka.

"Gue suka sama lo (Nam)."

(Namakamu) diam. Suasana jadi hening.

"L-lo bercanda kan?" tanya (Namakamu) takut-takut.

Yang ditanya malah duduk di rumput kemudian menepuk-nepuk rumput yang ada disebelahnya, mengisyaratkan kepada (Namakamu) untuk ikutan duduk disitu.

Gadis yang dilanda rasa penasaran yang amat banyak itupun akhirnya ikutan duduk disitu. Tepatnya, disebelah Azka.

"Gue gak pernah bercanda kalau bahas soal perasaan, (Nam)."

"Azka ma–"

"Gue tau kok, lo mau minta maaf karena gak bisa balas perasaan gue kan? Gapapa (Nam), gapapa." jawab Azka lemah.

"Cinta itu gak bisa dipaksa."

Seseorang menyela percakapan antara Azka dan (Namakamu).
(Namakamu) menoleh dan mendapati Rasyifa yang duduk ditempat duduk yang tadinya mereka duduki entah sejak kapan.

Rasyifa, cewek itu tersenyum ke arah (Namakamu).

"Azka, lo pernah ngomong gitu kan ke gue?"

Ada apa ini?

Kening (Namakamu) mengernyit saking tak mengerti.

"Lo nyakitin gue, tapi gue mencoba untuk tetap kuat. Lo tinggalin gue, tapi gue ikhlas untuk itu. Dan dengan seenaknya lo lari dari masalah tanpa ada niatan untuk memperbaikinya. Gue tau gue bodoh.

Masih naruh hati buat orang yang hatinya jelas-jelas bukan buat gue. Sabar? Gak usah ditanya lagi seberapa sabarnya gue ngehadapin lo. Sampai-sampai kesabaran gue itu bikin gue gak bisa berenti nangisin lo."

Rasyifa menangis, sedangkan Azka menutupi sebagian wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Lalu (Namakamu)? Entahlah. Dia masih sibuk berfikir tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Kemana semua rasa sayang lo yang dulu ke gue Zka? Hiks, dulu lo pernah bilang ke gue, kalau lo janji bakal jadi orang pertama yang akan selalu ada di saat gue sedih. Tapi, kenapa, hiks. Kenapa sekarang--"

"Stop Syif! Janji? Janji itu gak bakal selamanya bisa ditepati. Apa harus gue maksain diri gue buat suka sama lo supaya lo bahagia? Nggak, kan?!" Azka membentak Rasyifa kasar seraya mengusap rambutnya frustasi.

(Namakamu) merundukkan kepalanya. Dia mengerti sekarang.

Segelintir pertanyaannya terjawab sudah. Tapi, belum sepenuhnya.

Menahan tangis (Namakamu) memaksakan untuk melangkah pergi dari tempat itu. Entah apa yang terjadi pada dirinya saat ini, (Namakamu) juga tidak mengerti.

Didudukkannya dirinya di sebuah bangku panjang yang kosong. Dan air mata itu jatuh membasahi permukaan wajahnya.

°°°

See you next part..

Jangan lupa vote dan komentarnya..!

Note: Part ini telah direvisi hampir keseluruhannya

Kamis, 14 desember 2017
11.33 am

Akankah Dia? [√]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt