Part 16

945 59 3
                                    

Part 16

•°•

"Gue juga suka sama seseorang dan dia kayaknya sukanya sama orang lain."

"Tapi pokoknya gue mau, elo perjuangin orang yang lo suka itu Dim.."

Sekarang, (Namakamu) yang balik curhat ke Dimas. Dan tentang keanehan Dimas tadi. Tenang saja, ternyata Dimas hanya bercanda.

"Siapa yang lo suka (Nam)?" tanya Dimas penasaran.

"Gue malu bilang nya ke lo."

"Idih, bilang aja kali (Nam), gue janji deh (Nam). Gue bakal jaga rahasia." ucap Dimas sambil menunjukkan jari kelingkingnya. (Namakamu) pun ikut menautkan jari kelingkingnya bersama jari kelingking Dimas.

"Oke. gue percaya sama lo, Dimas. Jadi sebenernya yang gue suka itu.... Ari."

Dimas diam, (Namakamu) juga ikutan diam. Lalu tak berapa lama, suara gelak tawa memenuhi sepenjuru mobil.

"B-buahaha! Ari anak kelas 9-3 itu ya?!

(Namakamu) memutar bola matanya jengah, Dimas memang benar-benar menyebalkan! Bisa-bisanya laki-laki itu menertawainya.

"Gue. Mau. Pulang!"

Gertakan (Namakamu) membuat Dimas jadi diam. Namun beberapa detik kemudian tawanya kembali menggelegar.

"Dih, sok ngambek HAHA! Ciee...(Namakamu) suka Ari, ciee..."

Dimas terkikik menahan tawa, sedangkan (Namakamu) menutupi sebagian wajahnya dengan tangan. Dia malu! Malu sekali.

"Hua... Dimas lo nyebelin, parah! Ngapain coba ngetawain gue?"

"Hahah, abisnya lo lucu!"

Tuk

Kepala Dimas ditoyor sama (Namakamu). Habisnya, Dimas daritadi gak berhenti gangguin dia.

"Wah kejam banget lo sama gue (Nam), gue aduin Ari nih..."

Dimas mengeluarkan ponselnya dari saku celana, berpura-pura akan menghubungi Ari.

"Aduin aja!" seru (Namakamu) kuat.

"Lo nantangin gue ya? Fix, gue aduin beneran ke Ari kalau lo suka dia."

Mata (Namakamu) membulat, gadis itu segera mengambil alih ponsel milik Dimas.

"Yah, payah nih masa takut." Dimas melenguh.

"Lo sendiri aja takut! Buktinya lo gak berani kan ngungkapin sama orang yang lo suka kalau lo suka sama dia. Malah, lo dengan bodohnya ngebiarin orang itu jatuh ke tangan orang lain."

Dimas tercekat, membeku dengan arah pandang lurus menatap (Namakamu).

"Kenapa diem? Ngomong dong! Kasih penjelasan kenapa lo gak berani bilang ke dia. Jangan bisanya ngeledekin doang. Kalau gue gak berani bilang, karena gue masih butuh waktu untuk deketin dia dulu."

Dimas menelan ludahnya dengan susah payah. Kali ini (Namakamu) menang.

Tok..!Tok..!

Suara jendela mobil yang diketuk dari luar, membuat suasana menegangkan di dalam mobil jadi meredam.

Dimas bernafas lega, karena akhirnya dia gak harus menjawab sekarang perkataan (Namakamu).

Laki-laki itu bergerak ke arah samping, membuka perlahan jendela yang diketuk.

"Kan bener lo! Eh kok..."

"Gue bisa jelasin, Mike." Dimas keluar dari mobilnya, meninggalkan (Namakamu) seorang diri didalam sana dengan mesin mobil yang masih menyala.

"Jadi gini..."

Mengalirlah cerita dari mulut Dimas. Dan orang yang berhadapan dengannya ini, yaitu Michael hanya bisa diam mendengarkan.

"Jadi elo sama (Namakamu) di... Jodohin?" tanya Michael ragu-ragu.

"Ya!" jawab Dimas cepat.

"Terus gimana?" tanya Michael lagi.

"Apanya yang gimana? Ya jalanin ajalah! Kan belum tentu jadi juga kalau udah gede. Lagian, (Namakamu)nya suka sama cowok lain."

"Oh... Jadi lo ngarep (Namakamu) suka sama lo ya?" Michael tersenyum mesem-mesem.

"Y-ya enggak lah!"

°°°

  (Namakamu) merenung sendiri dikamarnya, eh ralat kamar tamu rumah Dimas maksudnya.

Beberapa jam yang lalu dia kembali kerumahnya Dimas, bersama Dimas. Dan disepanjang perjalanan pulang, suasana hening sangat kontras mendominasi mereka. Tidak ada yang berbicara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Gue kelewatan banget gak ya ngomong kayak tadi ke Dimas?

Batin (Namakamu).

"(Nam)..."

Suara seorang cowok menginterupsi keheningan (Namakamu).

Gadis itu segera berbalik, ditatapnya orang yang memanggilnya.

Itu Dimas. Masih dengan pakaian yang tadi dia kenakan saat mengajak (Namakamu) jalan.

"Ada yang nyariin lo tuh dibawah." ujar Dimas, lalu berbalik akan pergi.

"Dim.. Maaf..."

Ucapan (Namakamu) membuat Dimas diam ditempat kemudian kembali menatap (Namakamu) dan tersenyum.

"Drama banget, sumpah. Gue gak marah sama lo kali (Nam). I'm really-really fine. Haha."

(Namakamu) ikut tersenyum lalu menghambur memeluk Dimas.

"(Namakamu), sayang Dim-Dim." bisik (Namakamu) disela-sela pelukannya.

Senyuman Dimas semakin melebar, sambil menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Dimas, (Namakamu)!" teriakan dari lantai bawah mengagetkan kedua insan ini.

Pelukan terlepas, lalu dengan tergesa-gesa mereka turun ke bawah menemui orang yang mencari.

"(Nam)... Maafin gue.."

Nida yang sedari tadi menunggu kehadiran (Namakamu) diruang tamu, langsung memeluk erat (Namakamu).

"Gue udah jahat sama lo, gue musuhin lo, jambak rambut lo, ngelabrak lo padahal lo ga salah." ujar Nida sambil mengusap air mata yang turun membasahi wajahnya.

"Nida, gue udah maafin lo dari dulu."

(Namakamu) melepaskan diri dari Nida kemudian menghapus air mata gadis dihadapannya ini perlahan-lahan.

"Lo, gak sepenuhnya salah. Gue juga pasti bakal gitu kalau orang yang gue sayangi malah lebih dekat sama orang lain. Tapi sayangnya, keberanian gue gak cukup buat itu." 

(Namakamu) tersenyum, Nida pun ikut tersenyum. Dan Dimas yang berada di belakang kedua gadis itu juga ikutan tersenyum.

jangan lupa vote & comment nya!

see you next part...!

Note: part ini telah direvisi hampir  keseluruhannya

Akankah Dia? [√]Where stories live. Discover now