Part 14

779 67 1
                                    

Part 14

•°•

Sudah seminggu lebih semenjak (Namakamu) dan Ari keluar dari rumah sakit. Mereka berdua sudah sembuh. Tapi, tidak dengan masalah hati yang sedang mereka hadapi.

(Namakamu) sedang duduk santai di balkon kamar, dia masih menginap di rumah Dimas. Entah kapan orangtua nya kembali, sudah tidak terlalu ia fikirkan.

Sekarang pandangan (Namakamu) tertuju kepada sosok perempuan di depan pintu kamar yang terbuka.
Sepertinya dari wajah dan postur badan dia kenal siapa perempuan itu.

(Namakamu) segera bangkit dari duduknya lalu segera berjalan menghampiri perempuan itu.

"Rasyifa?!" ucap (Namakamu) tak percaya.

"Maafin gue, waktu itu gue cuekkin lo padahal lo gak punya salah apapun ke gue," ujar Rasyifa lirih.

"Iya Syif, santai aja gue udah maafin lo.."

Ucapan (Namakamu) membuat Rasyifa ambruk tak sadarkan diri membuat (namakamu) panik.

"Rasyifa bangun syif. Lo kenapa?" (namakamu) menepuk pipi rasyifa perlahan untuk menyadarkan nya.

Semua yang terjadi pada Rasyifa membuat (Namakamu) menjerit memanggil Dimas.

Dimas datang di hadapannya dengan raut muka penuh tanda tanya.

"Dimas cepetan siapin mobil atau panggilin ambulan! Gue gak mau terjadi apa-apa sama Rasyifa, dia tiba-tiba aja pingsan, Dim."
Jelas (Namakamu) panik.

Dimas mengangguk sambil menggendong tubuh Rasyifa untuk dibawa ke rumah sakit menggunakan mobilnya.

Sesampainya di rumah sakit, Rasyifa langsung dilarikan ke UGD karena kata dokter keadaannya lumayan parah.

Sedangkan (Namakamu) dan Dimas duduk di ruang tunggu sebab tak diperkenankan untuk masuk oleh dokter dan perawat.

"Gue takut terjadi apa-apa sama Rasyifa, Dim" ucap (Namakamu) sambil menggigit bibir bawahnya.

"Lo tenang aja (Nam), doain yang terbaik buat Rasyifa. Bentar lagi orang tua Rasyifa bakal dateng."

"Dim, (Nam) gimana keadaan Rasyifa?" tanya Ari yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Kenapa harus Ari yang keliatan lebih khawatir?

Perasaan (Namakamu) serasa kembali teriris. Dia memang kelihatan egois, menganggap Ari sebagai hak miliknya. Padahal mereka tak memiliki hubungan.

Tapi apakah harus dia yang disalahkan? Kenapa tidak hatinya saja? Karena hatinya lah yang selalu memberontak untuk selalu memiliki Ari, memikirkan Ari, menyayangi Ari, mencintai Ari.

Juga melakukan berbagai aktivitas yang beralasan tentang cara mendapatkan Ari.

Bahkan sekarang yang paling (Namakamu) benci adalah rasa cemburu berlebihan yang sering dialaminya karena alasan Ari dekat dengan perempuan lain, memberi perhatian terhadap orang lain selain dirinya.

Dan pertanyaan yang lebih menyakitkan lagi saat hatinya bertanya.

Dapatkah Ari ia miliki?

Sudahlah, (Namakamu) sudah muak dengan keadaan seperti ini, saat dia harus melamun memikirkan semua tentang Ari tanpa henti. Sampai otak nya mulai sulit mencerna hal lain selain Ari.

"Rasyifa masih ditangani dokter Ri, tadi dia tiba-tiba pingsan gitu." jawab Dimas.

"Kenapa Rasyifa bisa kayak gitu?" tanya Ari lagi.

Akankah Dia? [√]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن