Part 10

861 73 0
                                    

Part 10

•°•

Bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun, (Namakamu) tak kunjung duduk dan meletakkan tas di bangkunya.

Bagaimana bisa (Namakamu) duduk? Jika kursinya saja di dudukki oleh seorang cowok berparas ke bule-bule-an yang sedari tadi selalu membuatnya jengkel.

"Ish cari bangku lain dong,
gue maunya duduk disini." rengek (Namakamu).

"Enak aja lo ngatur-ngatur gue! Dari pertama masuk kelas ini gue juga udah duduk disini. Lo tuh yang harusnya cari tempat lain," ujar Michael tak mau kalah.

Tak lama, Pak Rudi salah seorang yang terkenal galak masuk ke kelas mereka, membuat pertikaian antara (Namakamu) dan Michael terhenti.

"Loh kamu kenapa gak duduk?" tanya guru itu pada (Namakamu).

"Emm... Saya gak punya bangku pak, bangku saya di dudukin dia." jawab (Namakamu) sambil menunjuk ke arah Michael.

"Eh enak aja lo! Siapa yang ngerebut bangku lo? Lagian ini bangku gue."

"Tapi kan gue--"

"Stop!" suara bariton terdengar kuat di telinga mereka.

"Udah lah Mike lo ngalah aja sama cewek, lo duduk bareng Nida aja tuh sana!" Dimas melirik bangku sebelah Nida yang kosong.

"Gak!" Michael bersikeras membantah.

"Cepetan dong entar gue dimarahin, please Michael..."

"Males! Lo aja tuh yang duduk disana."

Tak ada satupun diantara mereka yang mau mengalah semuanya sibuk mempertahankan keinginannya.

"Udah gak usah pada ribut kalian! Michael kamu pindah ke tempat Nida! Cepat, ini perintah saya!"

Michael mendengus kesal, beranjak menyandang tasnya dan memindahkannya ke bangku kosong yang ada di sebelah Nida.

"Pak!" Nida mengangkat tangan kanannya.

"Kenapa gak gini aja, saya duduk bareng Dimas dan Michael duduk berdua sama (Namakamu). Biar mereka lebih deket dan akrab pak." usul Nida dengan ide cemerlang.

Sebenarnya Nida beralasan begitu hanya agar dia bisa duduk bareng Dimas. Tapi yah, upaya Nida lagi-lagi gagal.

"Udah gak usah banyak protes! Sekarang buka buku pelajarannya halaman 23"

Jawaban dari pak Rudi membuat Nida kembali murung. Sedangkan (Namakamu), bernafas lega bisa duduk kembali di bangkunya.

💓💓💓

     (Namakamu) menutup buku pelajarannya dan memasukkan semua alat tulis yang ada di meja ke dalam tas.

Dia melangkah ke depan meja Rasyifa, terlihat Rasyifa yang tengah termenung dengan wajah murung.

"Hai Syifa!" sapaan (Namakamu), menyadarkan Rasyifa dari lamunannya.

Setelah membalas sapaan (Namakamu) dengan senyuman tipis,
Rasyifa kembali melamun.

"Lo kenapa Syif? Kok lesu gitu? Lo sakit?" tanya (Namakamu) khawatir.

Rasyifa menggeleng kemudian bangkit dari duduknya.

"Gue ke toilet dulu ya (Nam..)"

"Gue ikut ya."

Akankah Dia? [√]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon